Catatan di Akhir Senja – Dec 13

By Robert Tanurahardja

 

Saya teringat saat saya masih duduk di bangku SD, saya sangat suka sekali bersepeda mengelilingi kompleks perumahan dengan kedua adik saya. Kami cukup mahir bersepeda. Saya dan adik saya yang pertama mengendarai sepeda beroda dua dan adik saya yang kedua mengendarai sepeda beroda tiga. Saya tidak ingat kapan saya dapat mulai bersepeda roda dua, namun mengendarai sepeda beroda dua tentunya lebih sulit untuk dilakukan daripada mengendarai sepeda roda tiga.

 

Saya mengucap syukur untuk orang tua saya yang mengajari saya untuk bersepeda roda dua. Karena tanpa dukungan dan inisiatif mereka, saya tidak dapat menikmati asyiknya bersepeda. Lagipula, darimana saya dapat tahu sebelumnya bahwa saya bisa mengendarai sepeda roda dua?

 

Mungkin banyak dari kita yang sedang dalam kesulitan dalam menghadapi tantangan pekerjaan, sekolah ataupun rumah tangga? Atau anda mungkin sedang dalam kesulitan untuk memaafkan seseorang yang pernah menyalahi anda.  Anda merasa tantangan anda besar dan kemungkinan anda tidak dapat mengatasinya.

 

Mari kita lihat seekor kupu-kupu. Kupu-kupu bermula dari rupa ulat yang tentunya tidak seindah kupu-kupu. Ulat tidak bisa terbang dan kelihatan tidak menarik. Namun ulat dan kupu-kupu adalah satu hewan yang sama. Perbedaan yang kita lihat adalah karena waktu. Ulat akan tumbuh menjadi kupu-kupu pada waktunya. Sebuah permulaan yang baik tidak menjamin sebuah hasil akhir yang baik. Begitu pula permulaan yang buruk belum tentu menghasilkan akhir yang buruk.

 

Bila ulat tahu bahwa ia akan menjadi kupu-kupu, ulat akan sabar menunggu waktunya. Masalah dan tantangan anda mungkin memang besar. Tetapi apakah mungkin anda belum tahu saja bahwa anda bisa mengatasinya? Ada seorang yang sudah terlebih dulu berjalan didepan kita. Dia mengetahui batas kemampuan kita dan dia setia menjaga kita.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.