Lama Banget Nunggunya ! – June 12

By Eddy Suki

Pada saat saya berumur 16 tahun, maka seseorang akan mengerti bahwa waktu menunggu selama 2 tahun untuk mendapatkan SIM (Surat Ijin Mengemudi) serasa menunggu berabad-abad. Waktu serasa berjalan dengan amat sangat lambat. Saya sering kesal dan menggerutu…lama banget nunggunya!

Dibandingkan sekarang, pada saat berumur 39 tahun, waktu berjalan dengan amat sangat cepat dan jika anda bertanya kepada ABG (anak baru Go-Cap) maka saya jamin mereka akan berkata waktu berjalan dengan super cepat (lebih cepat dari yang saya rasakan).

Mengapa persepsi berjalannya waktu berbeda pada setiap generasi?

Untuk mengerti hal diatas, rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus di dalam 1 Korintus 7:29 “Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang beristri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristri.” Rasul Paulus memakai perumpamaan dalam kehidupan berumah tangga dan ayat diatas tidak bermaksud melarang orang untuk menikah ataupun menganggap istri seolah-olah tidak ada.

Pada saat kita membaca I Korintus 7 maka kita akan mengerti bahwa yang dimaksud oleh rasul Paulus adalah:

1. Kedewasaan rohani seseorang akan menentukan persepsi akan waktu. Oleh sebab itu rasul Paulus berbicara kepada orang yang telah siap untuk menikah (dewasa secara rohani dan jasmani). Orang yang dewasa mengerti bahwa kehidupan kita di dunia ini sangatlah singkat dibandingkan dengan dunia kekekalan.

2. Tanggung jawab seorang suami ataupun istri jauh lebih besar dibandingkan seorang remaja. Semakin besar tanggung jawab yang dipikul yang ada tidaklah banyak dibandingkan dengan jumlah tanggung jawab yang harus diselesaikan.

3. Pada saat seseorang yang dewasa mengerti betapa besar tanggung jawab yang dipikul maka rasul Paulus menekankan pentingnya prioritas dalam menjalani semua tanggung jawab tersebut sehingga kita tidak salah mengambil keputusan.

Apakah kita merasa waktu berjalan dengan cepat? Jikalau anda menjawab “Ya” maka pertanyaan berikutnya adalah, “Apakah kita mengerti jelas tanggung jawab dan memprioritaskan itu semua sesuai dengan kehendak Tuhan?”

Dalam buku “Choosing to Cheat” oleh Andy Stanley, dikatakan bahwa dalam memprioritaskan apa yang akan kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, pasti ada pihak yang kita “cheat” (tidak didahulukan). Saya sungguh berharap bahwa Tuhan bukanlah pihak yang kita “cheat” dalam kehidupan kita sehari-hari.

Waktu ini singkat, dahulukanlah Kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan kepada kita.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.