Mounting Up (Soaring) With Wings Like Eagles (Holy Spirit) – Jan 11

By Rev Samuel Yusuf

Bacaan: Yesaya 40:27-31

Sering kali kita mengeluh ke­tika berada di dalam masalah yang kian lama belum selesai atau di saat kita belum berhasil mencapai sesuatu yang Tuhan janjikan. Kebiasaan ini perlu kita perbaiki, sebab tidak mungkin Tuhan bisa lupa dengan pribadi kita dan apa yang sudah kita alami, bahkan Tuhan mengukir nama kita di telapak tangan­Nya.

 

Perlu kita ingat kembali bahwa mata uang Kerajaan Sorga ialah IMAN dan WAK­TU, percaya dengan iman dan ijinkan Tuhan bekerja dalam waktuNya. Jangan sampai kita mudah menyerah kepada kondisi dan keadaan, tetapi bertahanlah dalam iman kita. Tak peduli seberapa hebat­nya kita, ketika kita berjalan melaku- kan kehendak Tuhan, kita akan mengalami masa-masa yang melelahkan dan susah. Namun ingatlah, semua ini terjadi supaya Tuhan dapat melatih kita untuk bergantung kepada Dia dan tidak mengan­dalkan kekuatan sendiri.

 

“Yet those who wait for the LORD will GAIN NEW STRENGTH; They will MOUNT UP (SOAR) with WINGS like EAGLES, they will run and not get tired, they will walk and not become weary.” – Isaiah 40:31 NASB

 

“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TU­HAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik ter­bang dengan kekuatan sayapnya; mereka ber­lari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” – Yesaya 40:31 TB

 

Menanti-nantikan Tuhan bu­kan berarti duduk diam dan tid­ak melakukan apa-apa. Dalam bahasa aslinya, “Qavah”, be­rarti menunggu dengan penuh harapan besar dan tidak tinggal diam sampai digenapi. Sedang­kan, kekuatan baru yang dalam bahasa aslinya, “Qalaph”, be­rarti kekuatan kita yang lama diambil oleh Tuhan dan diber­kan KEKUATAN YANG PU­NYA TUHAN SENDIRI, YANG TIDAK TERBATAS. Ini tidak seumpama batere yang sudah lemah lalu di charge dan kem­bali kekuatannya seperti baru. Tapi benar-benar terjadi pertu­karan kekuatan dari kekuatan manusia yang terbatas menjadi kekuatan TUHAN yang tidak terbatas.

 

Seperti burung RAJAWALI, ketika berumur 40 tahun akan mengalami kelemahan pada paruhnya yang menjadi beng­kak dan lemas, cakarnya yang biasanya perkasa menjadi sakit dan lemah, bulu-bulu sayapnya menjadi tebal dan membuat sulit terbang cepat. Dalam keadaan seperti ini, Rajawali mempunyai dua pilihan, mem­biarkan keadaan ini lalu secara pelan-pelan akan MATI; atau MENJALANI PROSES PEM­BAHARUAN TOTAL YANG MENYAKITKAN SELAMA 150 HARI, seperti berikut:

1. Rajawali naik ke sarang­nya, diatas puncak bukit batu yang sangat tinggi.

2. Paruh dan cakarnya dibentur-benturkan pada batu karang yang keras sampai luka, berdarah, mengelupas dan lalu copot.

3. Dalam keadaan kesakitan yang parah, tidak bisa makan, tidak bisa berdiri, apalagi ter­bang, rajawali yang perkasa tergeletak tidak berdaya men­unggu waktu tumbuh paruh dan cakar yang baru.

4. Pada waktu paruh dan cakar yang baru sudah mu­lai kuat, maka rajawali melatih paruh dan cakar barunya den­gan cara mencopoti bulu-bulu dada dan sayapnya yang su­dah lama menebal, sampai ber­darah semua dan gundul.

 

Proses pembaharuan sam­pai tumbuh bulu-bulu yang baru dan halus namun kuat, serta paruh dan cakar yang menjadi kuat membutuhkan waktu 150 hari atau 5 bulan. Dari sanalah muncul RAJAWALI BARU yang lebih GAGAH dan PERKASA dari yang sebelumnya. Dan RAJAWALI tersebut sanggup hidup 30 sampai 40 tahun lagi.

 

“Laksana rajawali meng­goyang bangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-an knya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukung­nya di atas kepaknya,” – Ulangan 32:11 TB

 

Kita juga bisa belajar dari cara induk rajawali mempera­gakan cara terbang yang baik dan benar pada anak-anaknya. Seperti ayat diatas, induk raja­wali menggoyang bangkitkan isi sarangnya, bukan berarti menghancurkannya, tetapi dalam bahasa Ibrani, “Ur”, berarti MEMBANGKITKAN KEGAIRAHAN (TO STIR UP, TO ROUSE ONESELF, TO AWAKE). Melayang-layang diatas sarangnya, di dalam ba­hasa Ibrani, “Rachap”, berarti terbang berkeliling perlahan sambil mengepakkan sayap­nya berulang-ulang (HOVER­ING). Induk rajawali melakukan ini berminggu-minggu sampai anak-anaknya mencontoh dan menggerak-gerakkan sayap kecilnya di tempat, lalu terus sampai bisa berdiri, jalan-jalan disekitar sarang dan batu ka­rang mereka berada. Kedua sayap itu adalah gam- baran PRAISE, WORSHIP AND PRAYER, serta gambaran MELAKUKAN FIRMAN dan mengandalkan KUASA ROH KUDUS.

 

Illustrasi rajawali dan anak-anaknya yang belajar terbang, menggambarkan hubungan kita dengan orang tua dan orang tua rohani (gembala). Rajawali yang melayang-layang di atas anak-anaknya, dan mengembangkan sayapnya, memberi kita suatu contoh, ajaran dan teladan untuk mem­buat kita kuat dalam meng­hadapi masalah. Suatu saat, kita pun akan didorong oleh gembala kita untuk mulai ter­bang sendiri, seperti bayi-bayi rajawali tersebut. Mungkin kita bisa menjadi kaget, tidak terbiasa, dan merasa sangat tidak nyaman. Namun, ada dua kemungkinan: sebelum men­capai tanah, bayi rajawali bisa terbang karena memang untuk inilah mereka diciptakan, atau ketika ia mencapai dalam ket­inggian yang membahayakan, induk Rajawali itu akan segera menyelamatkan dan mem­bawanya kembali ke sarang, ini yang dinamakan IMMANUEL.

 

Tugas para orang tua dan orang tua rohani (gembala) adalah untuk melatih, memberi contoh untuk anak-anaknya mengenal panggilan mereka masing-masing. Pada waktu kita mengenal panggilan kita, kita mempunyai kuasa yang memampukan kita menyele­saikannya, tidak ada rintangan yang dapat mencegah kita un­tuk mencapainya.

 

Ingatlah, Tuhan memberikan kita sayap bukan hanya untuk terbang tinggi, di mana dalam ketinggian kita dapat melihat sesuatu yang jauh, tetapi sayap itupun untuk membawa kita se­lalu datang kepada Tuhan (Ke­luaran 19:4). Dan, ketahuilah selalu bahwa ketika kita dalam puncak kesuksesan yang tinggi, itu semua karena Tuhan yang meninggikan kita (Ayub 39: 27-30).

 

MAY GOD BLESS YOU WITH REVAYAH’S HARVEST IN ORDER TO MOUNT UP (SOARING) WITH WINGS LIKE EAGLES (HOLY SPIRIT). AMEN.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.