“Terima kasih, manajer!” – Feb 15

by Asya Syafaati

 

Pernahkah mendengar istilah ‘manajer mikro’? Seorang manajer mikro adalah pemimpin yang selalu mengamati atau mengontrol pekerjaan anak buahnya. Saya pernah bekerja dengan seorang manajer yang punya kebiasaan untuk mengontrol pekerjaan saya dengan detil. Salah satu contohnya, ketika saya mengembalikan dokumen yang sudah saya analisa, dan ada beberapa bagian penting yang saya warnai dengan stabilo supaya mempermudah manajer saya untuk melakukan revisi. Bukan pujian yang saya terima, melainkan dokumen itu dikembalikan dengan sebuah memo yang bertuliskan, “Next time please do not use highlighters on your workings as it is a waste of time”. Bagaimana saya tidak kesal? Seringkali saya ingin mengundurkan diri. Setiap kali berdoa, Tuhan menjawab itu belum waktunya.

 

Akhirnya, saya pun mengundurkan diri. Sesaat sebelum pindah ke pekerjaan baru, saya membelikan cup cakes untuk manajer saya sebaga tanda terima kasih karena saya sudah banyak belajar melalui posisi ini. Tanpa disangka keesokan harinya saya ditraktir makan siang dan juga beberapa kali ngafe. Melalui quality time inilah, saya mengenalnya lebih dalam lagi. Ternyata dia berubah menjadi seorang yang suka mengontrol setelah mengalami masalah rumah tangga. Pada hari terakhir saya bekerja, dia memanggil saya ke ruang kantornya dan memberikan sebuah kalung salib disertai dengan kartu ucapan dengan mata berkaca-kaca. Salah satu kalimat yang tertulis di kartu itu adalah, “I am sorry if I have failed to be your ideal manager”. Membaca kalimat itu air mata saya pun tak tertahankan lagi.

 

Kalau saya melihat ke belakang, pengalaman bekerja bersama manajer inilah yang telah banyak membentuk karakter, etika dan standar kerja saya yang sampai sekarang. Seringkali Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang sepertinya menyulitkan hidup kita demi kebaikan kita sendiri. Seperti yang tertulis di Alkitab bahwa besi menajamkan besi, seperti itulah hubungan kehidupan antar manusia termasuk di dunia kerja. Yang perlu kita lakukan adalah bersabar dan membuka hati. Sikap itulah yang saya pilih lima tahun yang lalu, sehingga sekarang saya bisa berkata dengan lega, “Terima kasih, manajer!”

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.