The Right Happening – Oct 14

By Ps. Samuel Yusuf

 

Rut 2:3 – Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

 

Kita semua pasti sudah sangat mengerti arti kata ‘kebetulan’ yaitu  suatu kejadian yang secara tiba tiba kita alami tanpa kita rencanakan lebih dulu dan mendatangkan kebaikan atau menyenangkan bagi kita. Tapi kalau kejadian yang buruk yang dialami, biasanya kita sebut dengan ‘kemalangan’ atau ‘kesialan.’

Sebagai orang yang percaya kepada Tuham kita sangat percaya bahwa setiap langkah hidup kita sudah ditetapkan oleh Tuhan. Mazmur 37:23 – Tuhan menetapkan langkah langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Bahkan nabi Yeremia berkata, ‘Aku tahu, ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya’ – Yeremia 10:23.

Raja yang paling bijaksana dan yang plaing kaya yang pernah hidup di muka bumi yaitu raja Salomo juga berkata, ‘Banyaklah rancangan di hati manusia tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana’ – Amsal 19:21. Jadi sebetulnya adakah kejadian yang kebetulan? Saya yakin tidak ada. Segala sesuatu terjadi dalam hidup kita sudah di atur oleh Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita anak-anak-Nya (Roma 8:28).

Demikian juga dengan apa yang dialami oleh Rut. Setelah Rut dan Naomi tiba di Bethlehem, Rut segera mengambil inisiatip untuk melakukan pekerjaan untuk bisa menghasilkan makanan bagi dia dan ibu mertuanya yang sudah menjadi janda tua dan miskin. Rut segera pergi dari rumahnya dan karena sedang musim panen jelai, maka Rut pergi ke tempat ladang jelai dan bukan pergi ke tempat lain. Rut tiba di sebidang ladang yang sedang dipanen oleh para penyabitnya. Dan karena Rut bukan bagian dari para penyabit, maka dia tidak berhak ikut panen. Tapi Rut berjalan di belakang para penyabit untuk ‘memungut’ sisa-sisa jelai yang tidak terpanen oleh para penyabit dan yang memang sengaja disisakan untuk para ‘pemungut,’ seperti yang diperintahkan dalam kitab taurat Musa. Para ‘pemungut’ ini adalah orang orang yang miskin dan janda janda serta yatim piatu dan juga orang orang asing.

Bukan suatu kejadian ‘kebetulan’ kalau Rut menemukan ladang untuk dia ‘memungut’ jelai adalah ladangnya Boas yang memang keluarga dekat dari Elimelekh, bahkan yang berhak untuk menebus semua hutang-hutangnya Elimelekh, untuk memulihkan keluarga mereka menurut aturan Taurat Musa.

Dalam kisah Rut ini kita bisa melihat campur tangan Tuhan dalam menetapkan langkah langkah Rut untuk pergi memungut jelai yang kelihatanya secara ‘kebetulan’ masuk ke ladang milik Boas yang sedang di panen. Tangan Tuhan yang penuh kuasa membimbing Rut tanpa Rut merasakan sesuatu yang special sampai Rut bisa memungut jelai di ladang keluarga yang memang berkewajiban untuk menebus mereka sekeluarga.

Sampai disini kita melihat bagaimana kuasa dan anugerah Tuhan yang memimpin dan menentukan langkah langkah yang Rut lakukan sampai masuk ke ladangnya Boas. Tetapi untuk selanjutnya dan untuk menentukan hasil pungutan yang banyak, bukan lagi atas penetuan Tuhan saja tetapi ada banyak peran karakter Rut yang harus dilakukan. Rut meminta ijin untuk diijinkan memunguti jelai di belakang para penyabit. Lalu Rut juga bekerja memungut jelai dengan segenap hati dan dengan sekuat tenaga tanpa berhenti (Rut 2:7).

Rut mendapatkan perhatian kusus dari Boas bukan saja karena kecantikan parasnya tapi juga terlebih lagi karena karakternya yang sangat terpuji. Boas sudah mendegar tentang Hezet (perjanjian kasih) yang diucapkan dan dilakukan Rut kepada Naomi dan sekarang dia mendegar dari karyawannya yang bekerja di ladang, juga dia melihat dengan matanya sendiri bagaimana rajin dan sangat sungguh sungguhnya Rut dalam bekerja untuk ‘memungut’ sisa sisa jelai.

Maka Boas memberikan banyak fasilitas kepada Rut sehingga Rut bisa mendapatkan:

  1. Diijinkan untuk tetap berada di ladang Boas selama musim panen
  2. Diijinkan untuk bersama sama dengan karyawannya Boas yang lain
  3. Perlindungan dari semua gangguan kaum pria di ladang yang kasar
  4. Disediakan air minum sama seperti karyawan yang lain
  5. Boas mengajak Rut makan semeja dan sehidangan dengan dia pribadi dan membagi rotinya
  6. Boas memerintahkan karyawannya untuk meninggalkan jelai di ladang tempat Rut memungut
  7. Rut menghasilkan jelai kurang lebih 15 kg yang dibawa pulang. Itu 15 kali lebih banyak dari hasil maksimal yang bisa diperoleh dari para pemungut dalam sehari.
  8. Rut jug membawa pulang kelebihan makanan yang dia makan yang berasal dari Boas.

Kesimpulan:

  1. Tuhan menetapkan setiap langkah kehidupan kita dengan kuasa dan anugerah-Nya
  2. Tidak ada ‘kebetulan’ yang terjadi dalam kehidupan kita.
    Point 1 dan 2 adalah kuasa Tuhan dan urapan dan anugrah Tuhan yang membawa hidup kita menemukan sesuatu yang Tuhan sudah tetapkan sebelumnya
  3. Karakter Rut yang membuat Rut dapat Heset dari Boas dan menghasilkan fasilitas dan keberhasilan yang luar biasa, bahkan sampai akhirnya menjadi istri Boas dan menjadi nenek moyang raja Dau dan Tuhan Yesus. Amin.
Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.