Believe in the “Who” not “How”

Sering kali kita mempertanyakan pertanyaan yang salah dalam hidup ini. Dan karena itu maka kita juga sering mendapatkan jawaban yang salah, jawabannya yang tidak berarti.

Di dalam kitab Injil Yohanes 9, tercatat empat pertanyaan yang diajukan tentang apa yang terjadi atas orang buta yang disembuhkan oleh Yesus.
Pertanyaan yang pertama (ayat 8-10) “Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: “Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?” Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.” Kata mereka kepadanya: “Bagaimana matamu menjadi melek?””

Pertanyaan kedua (ayat 15) “Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.””

Pertanyaan ketiga (ayat 18-19) “Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?””

Pertanyaan keempat (ayat 26) “Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?””
Semua pertanyaan-pertanyaan di atas melontarkan pertanyaan “How” – bagaimana orang yang buta ini dapat melihat? Bagaimana caranya?
Semua pertanyaan di atas dijawab sesuai dengan pertanyaannya, tetapi itu bukan pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan.

“How?” Kita sering juga mempertanyakan hal ini dalam hidup kita. Kita belajar tentang “How” juga di sekolah. Sains juga belajar tentang “How”. Kita ke toko buku, maka ada section khusus untuk menjawab “How” yang disebut “self-help books”.
Tidak salah untuk cari tahu “How”, tetapi di dalam cerita tentang orang buta yang disembuhkan oleh Yesus, yang penting bukanlah “How” tetapi “Who”.
Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang dan semua caranya berbeda-beda. Bukan caranya yang penting, tetapi Siapa nya yang penting.

Jesus is the answer, not the methods!

Jangan kita tanya bagaimana bisa menjadi orang Kristen, tetapi tanyakan siapakah Kristus.
Jika kita hati-hati maka resep-resep tentang “How” ini akan dapat merusak kita. Janganlah taruh iman kita dalam “How”, tetapi taruhlah iman kita ke dalam “Who”, yaitu Yesus Kristus, yang adalah pusat dari kekristenan.

Jika “Who” yang penting, lalu mengapa kita lebih suka dengan “How”? Jawabannya adalah karena “How” membuat kita bergantung kepada diri kita sendiri. Kita merasa mampu untuk menolong diri kita sendiri.

Don€™t focus on the “How” and missed the “Who”.
Di dalam cerita tentang seorang wanita Samaria bersama dengan Tuhan Yesus, wanita ini bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.”” (Yohanes 4:19-20)
Jawaban Yesus kepada wanita Samaria ini adalah bukan tempat yang penting, tetapi kepada siapa kita menyembah yang penting.

Kita akan mengalami kemuliaan demi kemuliaan ketika kita mengenal siapa Tuhan Yesus.
Di dalam Injil Lukas 18 diceritakan bagaimana ada seorang pemimpin yang bertanya kepada Yesus bagaimana caranya untuk memperoleh hidup kekal. Cerita ini berakhir dengan orang ini pergi meninggalkan Yesus kecewa karena dia tidak dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus, yaitu “juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Lukas 18:22).
Orang ini bertanya “How” kepada Yesus, dan pergi dengan kecewa.

Coba kita bandingkan dengan Zakheus dari pasal berikutnya yang mencari tahu “Who” Jesus is dan bukan mencari “How”. Kita tahu dari cerita ini apa yang akhirnya terjadi atas hidup Zakheus adalah suatu mujizat yang besar. (Baca Lukas 19).
“Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Yohanes 1:16-17

Tags:
No Comments

Post A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.