In His presence

Yesaya 6:1-13

6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. 6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. 6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” 6:4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. 6:5 Lalu kataku: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” 6:6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. 6:7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” 6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” 6:9 Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! 6:10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.” 6:11 Kemudian aku bertanya: “Sampai berapa lama, ya Tuhan?” Lalu jawab-Nya: “Sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. 6:12 TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong. 6:13 Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!”

 

“What comes to our mind when we think about God is the most important thing about us.” – A.W. Tozer. Apa yang masuk ke dalam pikiran anda saat anda memikirkan tentang Tuhan adalah hal yang paling penting tentang anda karena ini menentukan semua hal lain dalam hidup anda. Contoh:
Jika anda menganggap Tuhan tidak dapat dipercaya, anda akan merasa cemas tentang hidup anda.
Jika anda menganggap Tuhan sebagai seorang diktator, anda akan merasa takut dan tidak aman.
Jika anda menganggap Tuhan sebagai Tuhan yang jauh, anda akan merasa tidak bernilai.
Jika anda menganggap Tuhan sebagai Tuhan yang marah, anda akan menjadi orang yang agamawi dan tidak toleran.
Bagaimana anda melihat Tuhan menentukan segala hal tentang anda.

Bacaan hari ini berurusan dengan apa yang terjadi saat anda bertemu dengan satu-satunya Allah yang hidup dan benar? Apa yang terjadi bila anda berdiri di hadirat Allah yang kudus? Dan menurut saya jawabannya bukan yang biasa kita harapkan. Kita sering menyamakan kehadiran Tuhan dengan apa yang kita rasakan selama Pujian dan Penyembahan. “Oh wow, kehadiran Tuhan begitu kuat malam ini saat kita bernyanyi. Aku menangis.” Atau, “Aku merinding ketika kita menyanyikan lagu itu. Hadirat Tuhan begitu kuat dalam nyanyian itu. Aku bisa merasakan Tuhan.” Yah, mungkin itu benar. Atau mungkin AC yang agak terlalu dingin. Saya tidak memperdebatkan apakah yang anda rasakan adalah legit atau tidak. Anda bisa merasakan apa saja yang anda mau rasakan. Anda bisa merasa dingin, hangat, damai, merinding, menangis seperti bayi dan apapun yang ingin anda rasakan dan lakukan. Tapi faktor penentu apakah anda bertemu Tuhan bukanlah hal-hal itu tapi perubahan dalam hidup anda. Sangatlah tidak mungkin untuk bertemu dengan Tuhan yang hidup dan benar dan tetap sama. Kehadiran Tuhan mengubah anda.

Anda mungkin pernah mendengar ilustrasi ini sebelumnya. Katakanlah suatu hari saya terlambat ke gereja dan saya dijadwal kotbah hari itu. Pujian dan penyembahan berakhir dan semua orang menunggu saya. Orang-orang mencoba menelepon saya tapi tidak ada jawaban. Lalu tiba-tiba anda mendengar pintu depan terbuka dan anda melihat saya berlari ke depan dan saya kehabisan napas. Saya mengambil mic dan berkata, “Maafkan keterlambatan saya. Tapi anda tidak akan percaya apa yang baru saja terjadi pada diri saya. Dalam perjalanan ke gereja, saya mengalami kecelakaan. Seorang wanita tua dengan tidak sengaja menabrak mobil saya dari belakang dan menghancurkan bemper mobil saya. Tapi bukan itu alasan saya terlambat. Ketika saya membuka pintu, saya tidak melihat ada truk yang melaju secepat 80km/jam di jalur sebelah dan truk tersebut menabrak saya langsung dan saya terlempar sejauh 10 meter. Hari ini hari yang sangat buruk. Tapi kemudian saya bangkit berdiri, mengambil tas saya dan berlari ke gereja karena saya harus berkotbah. Itulah sebabnya saya terlambat. Tapi semuanya baik sekarang. Saya disini. Jadi jika anda bawa Alkitab anda, mari buka bersama saya ke Yesaya pasal 6.” Sekarang, apa pendapat anda tentang cerita saya? Anda akan mengira saya pembohong yang sangat buruk. Tidak mungkin saya ditabrak truk besar yang melaju 80km/jam dan baik-baik saja. Paling tidak, beberapa tulang rusuk saya remuk dan saya akan penuh dengan darah di tubuh saya. Anda akan tahu dengan pasti jika saya benar-benar tertabrak truk. Anda bisa melihat buktinya di seluruh tubuh saya. Hal yang sama juga dengan bertemu dengan Allah yang hidup. Anda akan tahu dengan pasti apakah anda berada di hadirat Tuhan karena pertemuan dengan Tuhan akan meninggalkan bekas yang nyata di kehidupan anda.

Ada perbedaan besar antara mengenal Tuhan sebagai konsep dan mengenal Tuhan sebagai kenyataan. Tuhan sebagai konsep itu imut; Ini menghangatkan hati. Tuhan sebagai konsep itu sesuai dengan keyakinan dan keinginan anda. Anda ingin sehat? Tuhan adalah jawabannya. Anda ingin menjadi kaya? Tuhan adalah jawabannya. Anda ingin sukses? Tuhan. Anda ingin makmur? Tuhan. Anda ingin pekerjaan baru? Tuhan. Anda mau mobil baru? Tuhan. Anda ingin suami/istri baru? Tuhan. Tuhan sebagai konsep berfungsi seperti Genie yang memenuhi keinginan anda. Yang harus anda lakukan adalah menggosok Tuhan dengan datang ke gereja, dengan membaca Alkitab, dengan berdoa, dengan melayani di gereja, dan Tuhan akan memenuhi keinginan anda. Tuhan sebagai konsep berfungsi untuk melayani kepercayaan, tujuan, agenda dan goal anda. Tapi untuk bertemu dengan Tuhan yang benar, mengubah segala sesuatu tentang anda. Tuhan sebagai kenyataan tidak akan melayani agenda anda. Pertemuan dengan Tuhan yang kudus akan membuat Tuhan menjadi agenda anda. Inilah yang paling kita butuhkan dalam hidup. Kita membutuhkan Tuhan untuk menjadi kenyataan dan bukan sekedar konsep bagi kita. Dan inilah yang terjadi pada Yesaya dalam Yesaya pasal 6.

 

Bagian ini dimulai dengan pernyataan waktu yang sangat signifikan. Sangat mudah bagi kita untuk mengabaikannya, tetapi konteks ini sangat penting bagi kita untuk mengerti segala sesuatu yang akan terjadi dalam kehidupan Yesaya berikutnya. Ayat 1 mengatakan, “Dalam tahun matinya raja Uzia…” Jadi mari kita bicara tentang apa yang terjadi di jaman ini. Pada saat kejadian ini, Yesaya sudah menjadi nabi. Dia adalah seorang nabi pada masa pemerintahan Raja Uzia. Uzia berbeda dari kebanyakan raja Israel dan Yehuda waktu itu. Jika anda tahu sejarah Israel, maka anda tahu bahwa kebanyakan raja Israel dan Yehuda adalah raja yang buruk. Tapi tidak dengan Uzia. Raja Uzia takut kepada Tuhan dan karena itu dia memiliki pemerintahan yang sangat makmur. Dia adalah raja atas Yehuda selama 52 tahun. Ini adalah jangka waktu yang sangat lama untuk menjadi raja! Coba pikirkan sejenak. Berapa banyak presiden yang dimiliki Indonesia dalam 52 tahun terakhir? Sukarno, Suharto, sisanya, dan Jokowi. Dan pada masa pemerintahan Uzia, Israel menjadi makmur secara politik dan militer dan menjadi negara dengan kekayaan dan kekuasaan yang besar. Tapi hal ini bukannya mendorong bangsa Israel mendekat kepada Tuhan, masa kemakmuran ini justru membawa mereka menjauh dari Tuhan. Ini menarik. Tahukah anda bahwa Alkitab nampaknya menunjukkan bahwa saat paling berbahaya bagi umat Allah bukanlah sewaktu mereka berada dalam masa-masa sulit tetapi pada masa-masa kemakmuran? Mari kita lanjutkan.

Kisah Uzia tidak berakhir dengan baik. Alkitab menulis bahwa, “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak.” (2 Tawarikh 26:16). Apa yang terjadi adalah Uzia mulai memposisikan dirinya di atas hukum Tuhan. Dia melakukan apa yang haram bagi siapapun untuk lakukan kecuali para imam. Dia membakar dupa bagi Tuhan. “Apa yang salah dengan itu? Bukankah itu hal yang baik?” Ya, tapi tidak ketika Allah dengan jelas telah mengatakan bahwa hanya para imam yang diizinkan untuk melakukannya. Para imam berusaha menghentikan Uzia, tetapi Uzia menolak untuk mendengarkan mereka. Uzia menjadi sombong karena prestasinya dan menempatkan dirinya di atas hukum Allah dan karena itu Tuhan memberinya penyakit kusta dan dia meninggal tidak lama kemudian.

Pada saat yang sama, beberapa tahun sebelum Uzia meninggal, Asyur, sebuah kekuatan besar di sisi utara Israel mulai bergerak dan mulai menaklukkan semua bangsa di sekitarnya. Mereka sedang berjalan mendekati Israel saat raja Uzia, raja yang memerintah selama 52 tahun dan membawa Yehuda ke masa kemakmuran, meninggal dunia. Jadi yang terjadi adalah krisis nasional. Orang-orang cemas. “Apa yang akan kita lakukan sekarang dengan meninggalnya Uzia?” Masa depan terlihat sangat suram. Yesaya pasti bertanya-tanya hal yang sama. “Apa yang akan aku lakukan sekarang dengan meninggalnya raja Uzia? Apa yang akan terjadi dengan bangsa ini dengan kedatangan bangsa Asyur yang makin mendekat? Apa yang akan terjadi pada orang-orang Israel karena mereka meninggalkan Tuhan dan hidup dalam penyembahan berhala? Apa yang harus aku lakukan sebagai nabi Allah?”

Anda bisa merasakan ketegangan ini? Inilah setting Yesaya 6. Jadi suatu hari Yesaya masuk ke dalam bait suci. Tidak ada yang istimewa dari hari itu. Yesaya pergi ke bait suci karena dia adalah seorang nabi. Sama seperti kita pergi ke gereja setiap hari Minggu. Inilah yang kita lakukan. Setiap hari Minggu kita naik bus, kereta atau menyetir menuju ke ROCK Center Artarmon untuk beribadah. Kita bertemu teman-teman kita, nyanyi beberapa lagu, dengarkan Yosi kotbah selama 50 menit atau Pastor Sam 1.5 jam, perjamuan kudus dan kemudian pulang atau pergi makan bersama teman-teman. Minggu itu adalah minggu yang baik jika kita tidak tertidur selama khotbah. Jadi datanglah Yesaya masuk ke dalam bait suci seperti hari-hari lain tapi kali ini dia sangat amat terkejut karena orang terakhir yang dia harapkan untuk bertemu di bait suci adalah Tuhan. Ironis. Namun inilah yang terjadi. “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan.” Yesaya melihat Tuhan. Yesaya berada di hadirat Allah! Dalam tahun Yesaya kehilangan raja duniawinya, Yesaya bertemu Raja yang hidup dan kekal. Dan ini adalah titik balik dalam kehidupan Yesaya. Inilah saat dimana Tuhan beralih dari konsep menjadi kenyataan bagi Yesaya. Inilah saat dimana Yesaya tidak lagi menggunakan Tuhan untuk agendanya tapi di mana Tuhan menjadi agenda Yesaya.

 

Inilah doa saya untuk kita semua hari ini. Saya tidak tahu mengapa anda ada di sini. Mungkin inilah yang anda lakukan setiap hari Minggu. Mungkin anda ada di sini karena teman anda. Mungkin anda adalah orang yang agamawi. Atau mungkin anda sedang dalam krisis. Anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan dengan hidup anda. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah dalam hidup anda. Anda tidak tahu bagaimana cara mempertahankan pernikahan anda. Anda tidak tahu apa yang harus lakukan dengan anak-anak anda yang memberontak. Anda menghadapi kebangkrutan. Anda mengalami kesakitan yang anda sembunyikan sehingga tidak ada yang tahu selain anda dan Tuhan. Tidak masalah mengapa anda berada di sini dan krisis apa yang anda hadapi. Jawabannya adalah sama. Anda perlu melihat raja abadi yang duduk di atas takhta. Anda perlu bertemu dengan Tuhan yang kudus. Anda perlu tahu bahwa bahkan ketika hidup anda berada dalam kekacauan, raja agung masih memerintah, dan dia duduk di atas takhtanya! Jadi mari kita berdoa agar Tuhan membuka mata kita hari ini ini untuk melihat dia. Karena itulah yang paling kita butuhkan. Mengenal satu-satunya Allah yang benar dan hidup.

 

 

Ada tiga hal yang terjadi pada Yesaya di hadirat Tuhan. Kehadiran Tuhan menghancurkan Yesaya; Kehadiran Tuhan menyembuhkan Yesaya; Kehadiran Tuhan mengutus Yesaya. Menghancurkan, menyembuhkan, mengutus.

 

 

Menghancurkan

 

Yesaya 6:1-5 – Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”

Jangan lewatkan keindahan yang dilihat Yesaya. Apa yang Yesaya lihat bukanlah seorang raja biasa yang sedang duduk di atas takhta biasa. Yang Yesaya lihat adalah Tuhan sendiri yang duduk di atas tahta yang tinggi dan mulia. Raja Uzia mungkin telah meninggal. Tahta Israel mungkin telah berubah menjadi permainan perebutan takhta. Tapi apa yang Yesaya lihat adalah bahwa di atas takhta Israel, di atas takhta besi, ada sebuah takhta lain. Dan takhta itu begitu tinggi dan menjulang di atas setiap tahta. Dan raja takhta itu duduk di atas takhtanya! Raja manusia sudah mati tapi raja sebenarnya tidak. Dan raja ini menguasai sejarah. Raja ini jauh lebih unggul dari semua raja lainnya. Raja ini berdaulat atas setiap krisis. Dan kapan Yesaya melihat raja ini? Pada saat krisis! Jangan membenci masa krisis dalam hidup anda karena anda hanya akan belajar untuk mengetahui bahwa Tuhan selalu pegang kendali saat hidup anda berada di luar kendali anda. Yesaya melihat raja yang berdaulat pada saat krisis.

Raja ini sangat mulia sampai kereta jubahnya memenuhi bait suci. Kemudian di atasnya berdiri serafim. Apa itu serafim? Satu hal yang pasti, mereka bukanlah overweight cupid yang terlihat seperti bayi 3 tahun yang chubby memakai celana dalam dengan membawa busur dan anak panah. Kata Seraf secara harfiah berarti ‘Yang terbakar’. Jadi, api adalah atribut mereka. Mereka terbakar, mereka bercahaya, dan mereka memiliki enam sayap. Dan inilah yang menakjubkan. Apakah anda tahu apa yang mereka lakukan dengan dua sayap mereka? Mereka menutupi wajah mereka. Dari apa? Dari melihat kemuliaan Tuhan secara langsung. Bisakah anda bayangkan itu? Malaikat yang terbakar menutupi wajah mereka dengan sayapnya karena mereka tidak sanggup melihat sinar kepenuhan kemuliaan Tuhan secara langsung. Mereka begitu terpesona oleh keagungan Tuhan. Suatu kali Musa meminta kepada Allah, “Tuhan, ijinkan aku melihat wajah-Mu. Aku mau melihat kemuliaan-Mu!” Dan Tuhan menjawab, “Tidak ada yang bisa melihat kepenuhan kemuliaan di wajah-Ku dan hidup.” Bahkan Serafim tidak sanggup melihat kepenuhan kemuliaan Allah.

 

Hal-hal yang terjadi berikutnya lebih mengaggumkan. Apakah anda tahu apa yang dikatakan Serafim ini satu sama lain? Dan inilah apa yang Yesaya pelajari hari itu. Yesaya belajar bahwa Tuhan tidak hanya kudus; Dia kudus, kudus, kudus. Mari kita berhenti sebentar disini. Kata kudus berasal dari kata Ibrani, qadosh, yang berarti, terpisah. Secara harfiah ini berarti terpisahkan, terpisah jauh di atas, melampaui, ditinggikan jauh di atas kita. Dengan kata lain, Ini berbicara tentang ketuhanan Tuhan. John Piper berkata begini, “Saat kita sampai pada ujung perjalanan terjauh dalam mencoba menggambarkan keindahan dan keagungan Tuhan dengan kata-kata manusia, dan tidak ada kata lain untuk menggambarkan ketuhanan Tuhan, kita mengucapkan kata ‘kudus’. Kekudusan itulah yang membuat Tuhan, Tuhan. Dan tidak akan pernah ada yang seperti dia dulu, sekarang dan selamanya. Dia berada di kelas tersendiri. Ini seperti membandingkan Pencipta dan ciptaan. Segala sesuatu yang bisa kita lihat dan rasakan, tak peduli betapa indahnya mereka, itu adalah bagian dari ciptaan. Suami yang mencintai anda, istri anda yang cantik, panas dan berasap (smoking hot wife), rasa KFC di mulut anda, keindahan terbit matahari di puncak Grand Canyon, semuanya termasuk dalam kategori yang sama yang disebut, ciptaan. Tapi Tuhan berada dalam sebuah ketegori berbeda yang disebut Pencipta. Tidak peduli seberapa indah ciptaan, anda tidak bisa membandingkannya dengan Sang Pencipta. Ini seperti saya dan koleksi figurine one piece saya. Saya suka koleksi figurine ini dan beberapa sangat mahal harganya! Figurine ini memiliki detail yang bagus dan complex dan terlihat sangat indah. Namun mereka hanya figurine, mainan. Detail dan kompleksitas dan harganya tidak dapat dibandingkan dengan manusia sebenarnya. Itulah arti kata kudus. Tuhan berada di kelas tersendiri yang tak dapat kita masuki. Dia “terpisah.” Dia kudus.

Dia bukan hanya kudus. Seraphim berseru “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam.” Mengapa mengulang kata kudus tiga kali? Dalam bahasa Ibrani, mereka mengekspresikan gagasan kebesaran sesuatu menggunakan pengulangan. Jadi misalnya, jika anda makan makanan lezat, anda akan mengatakan “Yum.” Jika anda makan makanan yang sangat lezat, anda akan mengatakan “Yum, Yum.” Tapi jika anda makan makanan super duper lezat, anda akan mengatakan “Yum, Yum, Yum.” Atau jika anda berbicara Jawa, anda akan membuat perkataan itu menjadi panjang. Semakin panjang, semakin besar emphasisnya. “Ueeeeeennakkkk.” Jadi Allah tidak hanya kudus, ia adalah kudus, kudus, kudus. Dan ini bukanlah permainan kata-kata. Alkitab memberi tahu kita banyak sifat Allah. Dia baik; Dia adalah kasih; Dia sabar: dia lembut; Dia adil. Tapi anda tidak akan menemukan atribut Tuhan meningkat tiga kali lipat dalam kualitas seperti yang ini. Tuhan tidak hanya berada di kelas atas yang berbeda dengan kita, dia ada dalam kategori di luar kategori. Tidak ada kategori dalam keterbatasan kebijaksanaan dan pengertian manusia yang bisa mengekspresikan ketuhanan Tuhan. Dia berada di atas yang paling atas dan di luar yang paling luar. Apa maksudnya bagi kita? Bila anda bertemu dengan Tuhan, anda akan menyadari bahwa dia benar-benar mengagumkan, dia benar-benar sempurna, bahkan tidak ada sedikit pun noda pada dirinya. Anda mungkin memiliki daftar 10,000 pertanyaan untuk diajukan kepada Tuhan saat anda bertemu dengan dia. Tapi saat anda bertemu dengan Tuhan, anda akan begitu terpesona dengan keindahan dan kesempurnaannya sampai tidak ada satupun dari pertanyaan anda yang penting. Anda sadar bahwa anda tidak bisa berdebat dengannya, anda tidak bisa mengeluh kepadanya, anda tidak bisa mengalahkannya, anda tidak bisa mempertanyakan dia. Sejenak kilasan kekudusan Tuhan sudah cukup untuk menjawab 10,000 pertanyaan anda.

Saudara ingat Ayub? Alkitab menulis bahwa Ayub adalah orang yang saleh. Namun Tuhan membiarkan dia mengalami tragedi demi tragedi. Dia kehilangan semua kekayaan dan anak-anaknya di hari yang sama dan kemudian dia juga kehilangan kesehatannya. Ayub memiliki 10,000 pertanyaan untuk diajukan kepada Tuhan. “Mengapa engkau membiarkan ini terjadi pada aku? Tuhan kamu tidak adil. Kamu tidak memerintah dunia ini dengan bijaksana.” Saudara bisa baca kitab Ayub dan menemukan sendiri semua tuduhan yang Ayub lemparkan kepada Tuhan. Dan bagaimana Tuhan menanggapinya? Apakah Tuhan berkata kepada Ayub, “Ayub, mari kita bicara tentang ini sambil minum kopi. Aku bisa melihat maksud kamu tapi aku ingin berbicara hati ke hati kepada kamu. Mungkin kalau aku jelaskan perbuatanku, maka kamu akan bisa menerimanya.” Apakah itu bagaimana Tuhan meresponi Ayub? Tentu saja tidak. Sebaliknya apa yang Tuhan lakukan? Tuhan menunjukkan sedikit otot kudus dan hikmat kudusnya dan itu lebih dari cukup untuk menutup mulut Ayub. Dia tidak lagi membutuhkan jawaban atas pertanyaannya. Ayub melihat sekilas kekudusan Tuhan.

 

Tuhan itu kudus, kudus, kudus. Apa yang terjadi saat anda bertemu dengan Tuhan ini? Satu hal yang saya tahu pasti, anda tidak bisa kembali dari pertemuan ini dan menulis sebuah buku tentang kembali dari Surga yang menggambarkan perjumpaan dengan Tuhan sebagai pengalaman yang menghangatkan hati, penuh damai, dan kupu-kupu. Tidak, anda tidak bisa menulis itu. Jika anda memiliki buku semacam itu di rak buku anda, boleh kumpulkan dan nanti kita bikin api unggun. Tahukah anda apa yang terjadi ketika Yesaya bertemu dengan Tuhan yang kudus? Bait suci bergoyang; rumah penuh dengan asap; dan ini adalah apa yang dikatakan Yesaya, “Celakalah aku!” Kata celaka adalah proklamasi kutukan! Dia tidak mengatakan, “WOW is me” tetapi “WOE is me!” Bukan “Wow. Ini sangat mengagumkan dan keren. Aku akan menulis buku dan membuat acara TV tentang hal itu dan mendapatkan banyak uang!” Melainkan, “Terkutuklah aku!” Nabi Yesaya mengutuk dirinya sendiri ketika ia bertemu Allah. Berada di hadapan Allah yang kudus sangatlah mengerikan dan hal ini menghancurkan kita.

Saya menemukan sebuah ilustrasi yang sangat bagus untuk ini ketika saya membaca Markus pasal 4. Saya yakin sebagian besar dari anda sudah familiar dengan cerita ini. Ini adalah kisah tentang Yesus menenangkan badai. Suatu malam Yesus menyuruh murid-muridnya untuk menyeberang ke seberang Danau Galilea. Jadi mereka melakukannya. Sekarang, ingatlah bahwa sebagian besar murid Yesus adalah nelayan profesional. Mereka terbiasa dengan badai dan bahaya laut. Namun malam itu, mereka mengalami badai yang lebih besar daripada yang bisa mereka tangani. Angin ribut sangat kencang dan ombak menghajar perahu begitu keras sehingga perahu itu penuh dengan air. Jadi, bayangkan ini. Dua belas cowo bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa dan perahu mereka. Ini adalah situasi hidup dan mati. Kemudian anda melihat ke belakang perahu dan menemukan seorang pria tidur dan mendengkur. Dan tidak hanya itu, Markus bahkan menuliskan kepada kita bahwa Yesus tertidur di atas bantal. Sementara semua orang panik, Yesus sedang bermimpi. Murid-muridnya kesal. Mereka memperjuangkan hidup mereka karena apa yang Yesus perintahkan untuk mereka lakukan. Yesuslah yang memerintahkan mereka untuk pergi ke seberang. Namun sekarang dia sedang tidur di tengah badai yang mengancam kehidupan. Kemudian dalam ketakutan dan kemarahan, para murid membangunkan Yesus dan berkata kepadanya, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Perhatikan, ini bukan pertanyaan. Ini adalah tuduhan terhadap Yesus. Mereka menuduh Yesus tidak peduli kalau mereka mati karena badai. Inilah yang sering kita lakukan saat kita menghadapi badai kehidupan. Kita menuduh Yesus tidak peduli dengan kita. Tapi apa yang Yesus lakukan? Apakah dia mengatakan, “Oh aku minta maaf. Aku terlalu banyak menonton Netflix dan hampir tidak tidur semalaman. Karena itu aku tidur nyenyak banget dan tidak sadar ada badai. Oke, sekarang aku sudah bangun, mari kita bekerja sama untuk bertahan menghadapi badai ini. Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh.” Apakah itu yang dikatakan Yesus? Atau, Wow badai benar-benar buruk saudara-saudara. Mari kita membuat lingkaran, saling berpegang tangan dan bernyanyi. Petrus, nyanyian lagu ocean. “Spirit lead me where…” Bukan ocean yang ini. Itu mujizat lain. Itu pas kamu berjalan di atas air. Nyanyikan lagu yang ada ocean rise and thunders roar. Mari kita nyanyi still supaya badainya menjadi still.” Tidak, dia tidak melakukan semua itu. Anda tahu apa yang dia lakukan? Dia bangun, menghadapi badai dan berteriak Diam! Tenanglah!” “Peace! Be still!” Pada saat itu, semuanya menjadi diam. Tidak ada angin, tidak ada ombak, tidak ada apa-apa. Tenang sekali. Keheningan total. Mengapa? Angin dan laut mendengar suara penciptanya.

Tapi inilah poin saya dalam menceritakan kisah ini. Baca apa yang terjadi pada para murid ketika mereka melihat sekilas kekudusan Yesus. Markus 4:41 – Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Jangan lewatkan hal ini. Murid-murid sangat ketakutan menghadapi badai. Tapi sekarang mereka bahkan lebih takut di hadapan Yesus. Kehadiran Tuhan yang kudus lebih mengerikan daripada kehadiran badai yang besar. Inilah artinya berada di hadirat kekudusan. Inilah yang dialami Yesaya. Itu sebabnya ia berkata “Celakalah aku!” Hadirat Allah menunjukkan Yesaya siapa Allah. Dan ketika Yesaya melihat Tuhan untuk siapa Tuhan itu, Yesaya melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya. Terkutuk. Yesaya adalah orang yang terkutuk di hadapan hadirat Allah yang kudus.

 

Itu tidak berakhir di situ. Kehadiran Tuhan tidak hanya menunjukkan Yesaya siapa dirinya sebenarnya, tapi juga menghancurkan kebaikan dalam diri Yesaya. Inilah yang dia katakan. Yesaya 6:5 – Lalu kataku: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Aku binasa. Sebab aku ini seorang yang najis bibir. Ini adalah pernyataan yang sangat menarik. Ungkapan “Aku binasa” lebih baik diterjemahkan “Aku hancur” atau “Aku runtuh.” Dan kemudian dia berkomentar bahwa bibirnya najis. Ini aneh. Karena jika ada bagian Yesaya yang seharusnya menjadi titik terkuat dalam hidupnya itu seharusnya bibirnya. Dia adalah seorang nabi Allah. Apa yang nabi lakukan? Nabi berbicara atas nama Tuhan. Bibir Yesaya adalah kekuatan nomor satu Yesaya. Ini adalah bagian terbaik dari dirinya. Namun Yesaya menyebut hal yang terbaik dalam dirinya sebagai sesuatu yang najis. Dan saya suka gambaran kata “Aku runtuh” atau bahasa inggrisnya, “I am undone.”  Ada yang suka bermain Jenga? Saya suka Jenga tapi kurang suka main Jengga karena saya selalu kalah. Tapi jika anda bermain Jenga, dan anda jago, anda tahu bahwa cepat atau lambat anda akan mencapai tahap dimana anda tidak dapat melepaskan blok lagi. Tapi anda harus lakukan karena itu giliran anda. Apapun blok yang anda pilih untuk keluarkan, menara akan runtuh. Di saat itu, setiap blok menjadi titik kuat dan fondasi dari mana seluruh menara berdiri. Lepaskan salah satu blok saja dan menara runtuh. Setiap dari kita memiliki titik kuat dalam hidup kita. Ini berfungsi seperti lem yang menyatukan hidup kita. Itulah yang membuat kita menjadi kita. Dan apa yang terjadi ketika Yesaya berada di hadirat Allah adalah bahwa blok tersebut diambil dan seluruh menara runtuh. Hancur. Terlepas. Kehidupan Yesaya runtuh di hadirat Allah dan titik terkuatnya terbukti najis.

Inilah sebabnya mengapa kehadiran Tuhan menghancurkan kita. Kita semua memiliki lem itu, blok itu, titik kuat yang menanahan hidup kita. Kita pikir kita baik karena hal itu. Apakah anda tahu mengapa kita berpikir bahwa kita baik? Karena kita membandingkan diri kita dengan orang di sekitar kita. Kita selalu bisa menemukan seseorang yang lebih buruk dari kita. “Yah aku mungkin tidak sebagus dia tapi setidaknya aku tidak seburuk …” Bahkan, jika kita jujur, kita tidak suka berada di dekat orang-orang yang jauh lebih baik dari kita. Mengapa? Karena kita merasa terancam oleh keberadaan mereka.

Bolehkan saya jujur ​​dengan anda? Beberapa tahun yang lalu saya diberi kesempatan untuk berkhotbah selama 30 menit di ROCK Kingdom Leadership Conference di depan semua pendeta dan pemimpin ROCK. Itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Seorang pendeta muda umur 27 tahun berkhotbah di ROCK KLC. Dan kisah nyata, saya sama sekali tidak gugup. Tidak sedikit pun. Saya tahu persis apa yang ingin saya khotbahkan. Injil. Saya bahkan sedikit bertengkar dengan papi saya sehari sebelumnya karena dia ingin saya mengkhotbahkan sesuatu yang lain, tetapi saya bersikeras pada Injil. Saya seperti serigala yang memangsa targetnya. Jika saya memiliki motto saat itu, itu akan menjadi, “Winter is coming. These pastors need the gospel.” Beberapa dari anda mengerti dan beberapa dari anda tidak. Jangan khawatir. Lanjut. Jadi saya memberitakan Injil dengan berani tanpa rasa takut keesokan harinya. Saya tidak peduli apa yang akan dipikirkan oleh para pendeta dan pemimpin tentang khotbah saya. Tapi tahukah anda apa yang akan mengubah segalanya? Jika di antara pendeta yang mendengarkan saya, tiba-tiba ada Timothy Keller, John Piper atau Matt Chandler. Saya akan menjadi sangat amat takut untuk berkhotbah. Saya mungkin pura-pura sakit pada hari itu dan meminta papi saya untuk menggantikan saya. Mengapa? Karena khotbah saya itu seperti contekan hidup (living plagiarism) dari semua khotbah mereka. Ketika Piper mendengar statement saya, dia komen, “Hmmm ini kedengeran familiar. Kayaknya aku pernah mengatakan pernyataan yang sama di suatu tempat sebelumnya.” Ketika saya menjelaskan ayat-ayatnya, Keller berpikir, “Bukankah aku menggunakan penjelasan yang sama dalam khotbahku?” Dan ketika saya memberikan illustrasi kotbah, Chandler tertawa karena dia tidak sadar kalau saya memakai illustrasi dia tapi mengunakan nama dan lokasi yang berbeda. Newsflash: Pendeta ahli ngambil illustrasi pendeta lain tanpa memberikan credit. Dan kemudian pada akhir khotbah saya akan mengatakan, “Celakalah aku. Sebab aku ini seorang yang najis bibir.”

Jika itu yang terjadi di hadapan manusia yang jauh lebih baik dari saya, apa yang anda pikir terjadi ketika saya berada di hadirat Allah yang kudus? Saya runtuh. Kemampuan saya untuk berkhotbah adalah najis. Tidak hanya isi khotbah saya yang najis, motivasi di balik khotbah saya juga memiliki banyak jejak kenajisan. Sangat mudah untuk mengatakan “Saya berkhotbah untuk kemuliaan Allah.” Tapi ketika saya di hadapan Allah, semua motif tersembunyi saya lainnya terungkap. Apa yang saya anggap kekuatan ternyata adalah kelemahan. Kekudusan Tuhan tidak hanya mengungkapkan dosa anda. Kekudusan Tuhan membuat anda melihat kekuatan terbesar anda dan menyadari bahwa mereka bukanlah kekuatan sama sekali. Saat anda masuk ke hadirat Tuhan, anda tidak lagi melihat orang lain sebagai masalah. Anda melihat diri anda sebagai bagian dari masalah. Dunia dipenuhi orang-orang berdosa dan anda adalah salah satu dari mereka. Bahkan bagian terbaikmu terlihat kotor sekali. Alkitab jelas dalam hal ini. Ketika seseorang bertemu dengan Tuhan yang kudus, mereka mulai membenci diri mereka sendiri. Anda tahu bahwa anda telah bertemu dengan Tuhan yang kudus bukan saat anda merasa nyaman dengan diri anda sendiri, tetapi ketika anda akhirnya menyadari bahwa anda adalah orang berdosa. Anda lebih sombong dari yang anda duga. Anda lebih egois, lebih kejam dan jahat daripada yang anda berani akui. Tidak ada satu orang pun yang dapat berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Tuhan, lihatlah apa yang telah aku perbuat!” Kita hanya bisa mengatakan, “Tuhan, apa yang telah aku perbuat?” Hadirat Allah menghancurkan anda. “Yos, aku pikir kamu adalah seorang pengkhotbah Injil, kabar baik. Ini tidak terdengar seperti kabar baik sama sekali. Kotbahnya bikin depressi banget.” Ini mungkin terdengar benar-benar buruk sekarang tetapi sebenarnya kabar baik. Jangan khawatir. Ini masih poin pertama saya. Saya masih punya 2 poin lagi. Beberapa dari anda mulai memeriksa jam dan panik. Tenang. Dua poin saya berikutnya jauh lebih pendek.

 

 

Menyembuhkan

 

Yesaya 6:6-7 – Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”

Hadirat Tuhan menghancurkan anda, tapi tidak meninggalkan anda di sana. Saat Yesaya melihat dirinya untuk siapa dia sebenarnya karena dia melihat Tuhan, Tuhan mengirimkan salah satu Serafim dengan batubara yang terbakar. Tahukah anda apa yang Yesaya pikirkan? Penghakiman. Yesaya akan dihakimi karena dosanya. Dalam seluruh Perjanjian Lama, api Allah selalu berbicara tentang penghakiman. Api Allah tidak pernah berarti pembersihan atau pemurnian. Jadi sekarang setelah Yesaya melihat realitas dosanya, hanya ada satu hal yang datang ke pikiran, “Ini waktunya. Aku akan dihukum atas dosaku. Selamat tinggal dunia.” Dan jika itu yang terjadi, Allah adil. Yesaya pantas dihakimi atas dosanya. Yesaya mengerti dia harus dihukum untuk itu. Api Tuhan berjalan menuju dia. Dan api ini bukan api biasa. Ini adalah api kudus Tuhan dan itulah sebabnya bahkan Serafim tidak bisa mengambil batubara itu dengan tangannya. Dia harus menggunakan penjepit.

Jadi, datanglah Serafim mendekati Yesaya dengan api Tuhan di dalam penjepitnya. Tapi baca dengan saksama. Darimana batubara itu berasal? Mezbah. Apa itu mezbah? Mezbah adalah tempat pengorbanan untuk dosa. Ini adalah tempat penebusan. Ini adalah tempat pengampunan. Jadi ya api Allah berbicara tentang penghakiman terhadap dosa tapi pada saat bersamaan, batubara ini diambil dari mezbah tempat korbah disembelih. Dan ketika batubara menyentuh mulut Yesaya, Serafim menyatakan, “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Saudara-saudara, jangan lewatkan ini. Dikatakan bahwa dosa Yesaya sudah diampuni. Bahasa inggrisnya, sudah dibayar. Yesaya diberi tahu bahwa dosanya telah dibayar. Alasan api Allah tidak menghancurkan Yesaya adalah karena seseorang telah membayarnya. Seseorang sudah dihancurkan ganti Yesaya. Siapa yang membayarnya? Yesaya tidak tahu siapa yang membayarnya saat itu tapi kemudian dia akan menulis tentang dia.

Yesaya 53:4-6 – Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. 

Inilah alasan mengapa api Allah menyembuhkan Yesaya daripada menghancurkan Yesaya. Karena seseorang telah membayarnya. Dan kita tahu ini berbicara tentang Yesus. Yesus adalah korban utama atas dosa Yesaya dan dosa-dosa kita. Ketika Yesaya bertemu dengan Tuhan yang kudus, bait suci bergetar dan asap memenuhi rumah. Saat Yesus mati, kegelapan memenuhi bumi dan bumi bergetar. Apa yang terjadi? Yesus mengambil penghakiman yang kita dan Yesaya pantas dapatkan. Penghakiman Allah turun kepada Yesus. Dia menderita dan mati karena itu. Dia ditikam dan diremukan bukan karena pemberontakannya melainkan karena pelanggaran kita. Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa supaya kita yang berdosa dibenarkan oleh Allah. Yesus menanggung setiap tetes murka Allah atas dirinya sendiri sehingga rahmat Allah dapat turun atas kita. Yesus hancur berkeping-keping sehingga anda dan saya bisa menjadi utuh.

Inilah alasan mengapa kehadiran Tuhan harus menghancurkan anda terlebih dahulu sebelum hadirat itu bisa menyembuhkan anda. Karena Tuhan bukan hanya Tuhan yang penuh kasih tapi dia juga adalah Tuhan yang kudus. Tuhan begitu kudus sehingga dia menuntut penghakiman atas setiap tindakan dosa tapi Tuhan sangat penuh dengan kasih sehingga dia sendiri mati menggantikan kita. Sampai anda bisa melihat kejahatan dosa, anda tidak akan tahu besarnya kasih karunia. Martyn Lloyd Jones memberikan ilustrasi yang tak terlupakan. Bayangkan jika teman anda datang kepada anda dan berkata “Aku melihat tagihan kamu di meja dan aku sudah melunasinya untuk kamu,” bagaimana reaksi anda? Tergantung jumlah tagihannya. Kalau tagihannya cuman 50 cents, “Cina banget sih kamu.” Jika tagihannya $50, terima kasih sudah mencukupi. Tetapi jika tagihannya adalah $5,000,000, anda mungkin akan jatuh ke lutut dan berkata, “Apa pun yang kamu inginkan, aku akan melakukannya.” Ini adalah kekuatan dari Injil. Mengetahui besar hutang yang telah dibayar menentukan besarnya sukacita. Ketika kita melihat hukuman yang Yesus telah bayar bagi kita – hutang yang dia tanggung dengan tubuh-Nya sendiri – tidak mungkin kita hanya mengatakan terima kasih. Jika anda hanya mengucapkan terima kasih untuk salib, anda belum benar-benar melihat salib. Dan ini adalah alasan mengapa batubara harus menyentuh bibir Yesaya. Kasih karunia Allah perlu berubah dari konsep menjadi kenyataan. Kasih karunia harus menyentuh anda. Tapi sebelum anda dapat disentuh oleh kasih karunia Allah, anda harus terlebih dahulu dihancurkan oleh kekudusan Allah. Yesaya sudah menjadi nabi selama bertahun-tahun sebelum pertemuan ini. Tapi di pertemuan inilah yang mengubah Allah dan kasih karunia Allah menjadi kenyataan dan bukan hanya sebuah konsep. Hadirat Allah menyembuhkan anda.

 

 

Mengutus

 

Yesaya 6:8 – Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”

Ketika anda mengalami kekudusan Allah dan besarnya kasih karunia, ketika anda akhirnya melihat bagaimana berdosanya anda dan bagaimana dikasihinya anda pada saat yang sama, ketika anda menyadari besarnya utang dan harga yang telah dibayar untuk itu, hanya ada satu respon, “Apa pun yang kamu katakan, aku lakukan.” Setelah Yesaya mengalami kasih karunia Allah, ia mendengar Tuhan berkata, “Aku memiliki pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku memiliki sebuah misi.  Siapa kira-kira yang mau pergi untuk aku?” Dan segera Yesaya menjawab, “Ini aku! Utus Ps. Achien ke Melbourne.” Tidak dia tidak mengatakan itu. Ia mengatakan, “Ini aku, utuslah aku!”

Apa yang terjadi pada Yesaya? Kasih karunia Allah mengubah Yesaya. Dia sudah menjadi nabi sebelum pertemuan ini tapi sekarang setelah ia melihat kekudusan dan kasih karunia Allah secara pribadi, Yesaya menjadi sangat berani! Coba pikirkan tentang hal ini. Tuhan hanya mengatakan bahwa ia memiliki pekerjaan bagi seseorang untuk lakukan. Tuhan belum menyebutkan apa pekerjaannya. Belum ada penjelasan yang diberikan. Secara logis, jika kita ditawari pekerjaan, kita ingin tahu dengan rinci terlebih dahulu. Kita ingin tahu seperti apa pekerjaan itu, berapa besar gajinya, apa saja manfaat yang akan kita terima, dll. Tapi tidak dengan Yesaya. Yesaya memberi Tuhan cek kosong. Dia segera mengangkat tangannya tanpa mengetahui detail. “Ini aku, utuslah aku.” Hanya setelah Yesaya memberikan dirinya untuk pekerjaan itu, Allah memberikan deskripsi pekerjaannya. “Oh sebelum aku lupa Yesaya, pekerjaan yang Aku ingin kamu lakukan sangatlah buruk. Kamu akan berkhotbah dan berbicara atas nama-Ku selama 30 tahun mendatang, tapi tidak ada yang akan mendengarkan perkataanmu. Kamu akan menjadi frustrasi. Tidak ada gereja-gereja yang akan mengundang kamu untuk berkhotbah dan tidak ada yang mau mendengarkan kamu. Kamu akan menjadi benar-benar sangat tidak efektif dalam pelayanan kamu. Kamu tidak akan menikmati kekayaan dan kenyamanan. Tapi kamu akan menulis bagian dari Alkitab. Itulah satu-satunya hal yang baik dari pekerjaanmu. Dan oh, kamu akan dianiaya seumur hidup. Jika kamu setuju dengan persyaratan dan kondisi pekerjaan ini, silahkan tanda tangan di bagian bawah. Oh, tunggu, kamu sudah menandatangani kontrak sebelum mengetahui kondisi.”

Inilah apa yang Yesaya berikan hidupnya untuk lakukan. Pelayanan seumur hidup tanpa keberhasilan. Hari ini ketika kita membaca kitab Yesaya, banyak dari kita yang menangis. Terutama ketika ia berbicara tentang hamba yang menderita. Tapi Yesaya, sepanjang hidupnya, tidak ada satu orangpun yang datang kepadanya dan mengatakan kepadanya, “khotbah kamu benar-benar luar biasa. Hal itu merubah hidupku. Aku bisa melihat kuasa Allah dalam pelayanan kamu.” NONE. Yesaya tidak menerima satu tepuk tangan pun dari orang-orang di sekelilingnya. Dan sejarah Yahudi memberitahu kita bahwa pelayanan Yesaya berakhir karena seorang raja menempatkan dia dalam loh kayu dan memotong loh itu menjadi dua. Yesaya setia sampai akhir. Dia tidak berkecil hati oleh pelayanan yang penuh kegagalan. Mengapa? Karena dia sudah menerima penerimaan dari Allah yang Kudus. Dia sudah menikmati manisnya anugrah Kristus. Allah bukan lagi menjadi konsep tapi kenyataan. Dan ketika Allah menjadi kenyataan, Yesaya tidak lagi mengunakan Allah untuk agenda Yesaya; Tuhan menjadi agenda Yesaya. Dan karena itu, ia mampu bertahan melayani tanpa hasil untuk seumur hidup. Berada di hadapan Allah yang kudus, kudus, kudus, mengubah Yesaya.

 

Terakhir, saya ingin anda memperhatikan akhir pasal ini. Akhir dari pasal ini menggambarkan deskripsi pekerjaan Yesaya yang begitu buruk yang diberikan Tuhan baginya. Tapi Allah adalah Allah sumber pengharapan. Dia tidak akan membiarkan pelayanan Yesaya berakhir dengan kecut. Yesaya 6:13 – “Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus! Jadi ini adalah apa yang Tuhan katakan, “Yesaya, untuk seumur hidupmu, keadaan akan menjadi lebih buruk dan tambah buruk. Israel seperti yang kamu ketahui tidak akan ada lagi. Israel akan dibongkar dan dihancurkan. Apapun harapan dan hal baik yang kamu pikir kamu lihat, itu akan musnah. Keadaan tidak akan menjadi lebih baik. Ini akan menjadi seperti pohon yang ditebang. Yang akan tersisa hanyalah tunggulnya. Tapi dari situ akan keluar tunas yang kudus. Aku akan melakukan pekerjaan kudusku dari apa yang tersisa.” Jangan lewatkan pentingnya ini. Dari tunas yang kudus ini kisah Israel terus berlanjut. Dari tunas kudus ini Yesus akhirnya lahir. Dari tunas kudus ini gereja muncul dan keselamatan ditawarkan kepada anda dan saya. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa ketika anda memberikan hidup anda untuk melakukan pekerjaannya ia akan memberikan anda kehidupan yang terbaik sekarang. Yang terjadi sangat berlawanan untuk Yesaya. Tapi Tuhan menjanjikan harapan. Dia berjanji bahwa harinya akan tiba, di mana semua rasa sakit dan air mata akan berubah menjadi tawa dan sukacita. Hari itu belum datang. Hari itu masih akan datang. Tapi sampai hari itu datang, saya berdoa agar kita akan mengatakan kepadanya, “Ini aku, utuslah aku!”

 

 

Aplikasi:

  • Anda menghadapi krisis dalam hidup anda. Yang anda butuhkan bukanlah jaminan dari manusia. Yang anda butuhkan adalah hadirat Allah untuk menjadi kenyataan dalam hidup anda.
  • Anda lelah dan capek dengan semua perjuangan anda. Anda merasa seperti Tuhan sedang menghancurkan anda. Jangan kecewa. Tuhan tahu apa yang dia lakukan. Tuhan menghancurkan bibir Yesaya; Tuhan menyembuhkan bibir Yesaya; Tuhan menggunakan bibir Yesaya. Apapun yang Tuhan ingin gunakan dalam hidup anda harus dihancurkan terlebih dahulu. Kekudusan Allah akan membuat kita kehilangan percaya diri dan kebanggaan pada kemampuan kita dan kemudian kasih karunia Allah akan menyembuhkan dan menggunakannya sebagai bagian dari rencana-Nya. Hanya kemudian anda dapat melayani Dia bukan dengan kekuatan anda, tetapi oleh kasih karunia semata-mata.
  • Menanggapi panggilan Allah. Berikan Allah cek kosong dan berikan hak penuh kepada Tuhan untuk menulisnya. Dia tidak pernah berjanji bahwa anda akan memiliki kehidupan karpet merah dalam hidup sementara ini, tetapi dia berjanji bahwa dia akan bersama anda sampai akhir. Dan akhir dari cerita kita adalah satu happy ending yang megah. Kekudusan Allah menghancurkan kita. Tapi sewaktu kita tahu bahwa Allah yang kudus itu bersama dengan kita, kita akan menjadi sangat berani. Sewaktu anda tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan penuh kasih karunia, anda akan menjadi sangat berani. Fearless.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.