Membuat Keputusan yang Benar

Di dalam hidup ini kita banyak dihadapi dengan situasi di mana kita harus membuat keputusan.

Di dalam kitab Daniel diceritakan bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan mereka untuk membuat suatu keputusan. Dan mereka membuat keputusan untuk tidak menyembah kepada patung emas yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Hal itu membuat sang raja marah dan memerintahkan agar mereka dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, dan dibuatnya juga perapian itu tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Singkat cerita, Sadrakh, Mesakh dan Abednego dilindungi oleh Tuhan dan tidak terbakar. Lalu sang raja memerintahkan supaya mereka dikeluarkan dari perapian.

“Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka. Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu.” Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.” (Daniel 3: 27-30)

Sadrakh, Mesakh dan Abednego telah membuat keputusan yang benar; yaitu keputusan yang didasari atas takut akan Tuhan. Mereka tidak mau menjual kebenaran, yaitu Tuhan yang menjadi dasar dari hidup mereka.

Apakah dasar hidup kita? “Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.” (1 Korintus 3:10-13)

Dasar hidup kita orang percaya adalah Yesus Kristus. Dan dasar hidup kita inilah yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang kita buat. Seberapa besar cinta kita kepada Tuhan Yesus akan mempengaruhi seberapa tinggi kita mendasari keputusan-keputusan kita atas kebenaran.

Kita telah melihat apa hasil dari keputusan yang dibuat oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Kita harus tahu bahwa dengan membuat keputusan-keputusan yang benar, kita juga harus membayar harga; di dalam cerita ini, Sadrakh, Mesakh dan Abednego harus dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.

Prinsip yang benar akan menciptakan pikiran yang benar, dan pikiran yang benar akan menghasilkan keputusan yang benar.

Seorang tidaklah bisa melangkah jika tidak mengambil keputusan. Bahkan tidak mengambil keputusan pun adalah suatu keputusan yang kita ambil untuk tidak membuat keputusan. Jikalau kita tidak berani bertindak maka kita tidak akan pernah bisa melihat kemuliaan Tuhan seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Orang yang berkualitas adalah orang yang dapat membuat keputusan-keputusan yang benar. Apakah kita seorang yang berkualitas? Apakah kita terbuat dari emas, perak, permata, atau dari kayu?

Tahukah saudara bahwa Tuhan Yesus telah mati di atas kayu salib supaya kita menjadi orang-orang berkualitas. Di dalam 2 Timotius 2 diterangkan bagaimana kita dapat menjadi orang yang berkualitas; kita harus taat kepada Tuhan seorang prajurit kepada sang komandan, seperti seorang olahragawan yang terfokus kepada tujuan, dan juga seperti seorang petani yang senantiasa bekerja keras.

Keadaan kita hari ini dikarenakan keputusan yang kita ambil kemarin. Dan keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan keadaan kita di hari esok.

Biarlah hari ini kita boleh belajar untuk senantiasa mengambil keputusan yang berdasarkan atas kebenaran dan takut akan Tuhan.

Tags:
No Comments

Post A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.