Mengapa saya masih hidup?

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya tanggal 18 September, Tony Abbott resmi dilantik menjadi Perdana Menteri Australia menggantikan Kevin Rudd. Kurang dari dua minggu setelah Tony Abbott dilantik, ada suatu artikel di koran Sydney Morning Herald yang sangat menarik; Judulnya, “Kevin Rudd out in the cold in New York” dengan suatu foto di mana Kevin Rudd berjalan sendiri di New York. Saya akan bacakan sebagian dari artikel ini, tetapi sebelumnya, saya harus meminta maaf, karena Sydney Morning Herald ditulis di dalam Bahasa Inggris.

 

Kevin Rudd out in the cold in New York

Sydney Morning Herald, 28 September 2013

Former Australian prime minister Kevin Rudd cut a lonely figure on the streets of New York on Friday – while just a few blocks away his old rival Julie Bishop stood confidently, addressing world leaders at the United Nations General Assembly.

A forlorn-looking Mr Rudd, who only a month ago enjoyed the privileges of an enormous entourage, was spotted strolling alone in Manhattan – no security personnel, no chief of staff and no friends.

It was in stark contrast to Australia’s freshly minted Foreign Minister who spent Friday meeting the US Secretary of State, John Kerry, and also the United Nation’s Secretary-General Ban Ki-moon.

Later she delivered Australia’s national statement at the general debate of the 68th Session of the UN General Assembly, in which she said she was “delighted” to take part, and that “the new Australian government will put economic diplomacy at the centre of our foreign policy”.

“We will also continue to press for the council to take action to assist the humanitarian effort in Syria.”

Ms Bishop’s 10-minute address followed her world debut on Thursday as president of the UN Security Council, in which she successfully passed a landmark resolution on small arms and light weapons.

The cruel irony for Mr Rudd was that Ms Bishop’s position chairing the two-hour meeting was only made possible thanks to his four-year campaign to snare a position on the council, a battle that was criticised and even ridiculed at the time by Ms Bishop.

 

 

Inti dari artikel ini, Kevin Rudd yang tadinya adalah orang yang sangat penting, kemana-mana pun selalu ada pengawal, ia memiliki banyak asisten, dan juga diberikan banyak fasilitas oleh negara. Dan baru saja dua minggu dia turun, tiba-tiba dia bukan siapa-siapa lagi di dunia politik. Bahkan saat ditemukan di kota New York, Kevin Rudd berjalan sendirian. Sedangkan beberapa meter dari tempat di mana Kevin Rudd berada, ada seorang menteri luar negeri Australia yang bernama Julie Bishop yang sedang berpidato di depan para pemimpin dari manca negara di dalam rapat PBB. Julie Bishop baru saja dilantik, dia tiba-tiba menjadi orang yang sangat penting.

 

Kevin Rudd tidak lagi penting sebab dia bukan lagi Perdana Menteri Australia. Sekarang dia hanya orang biasa. Sedangkan Julie Bishop menjadi orang penting karena dia diutus oleh Australia sebagai perwakilan bagi Australia.

 

Begitu juga halnya dengan saudara dan saya. Sebagai anak-anak Tuhan kita ini diutus oleh Tuhan. Kita punya misi dari Tuhan. Tidak peduli seberapa banyak harta kekayaan kita, maupun seberapa sedikitnya harta yang kita miliki, setiap kita diberikan misi oleh Tuhan.

 

Lalu apakah misi kita? Misi kita adalah memuliakan Tuhan.

 

19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? 20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:19-20)

 

 

Hanya dalam setahun ini saja, di antara saya dan Poppy, kita sudah mendapatkan banyak berita duka cita, yang meninggal dari yang muda sampai yang tua. Saya percaya banyak dari saudara juga mengalami hal yang sama. Mungkin yang meninggal dunia adalah anggota keluarga, atau mungkin juga teman, ataupun orang tua dari teman.

 

Pernakah saudara bertanya kepada diri sendiri, “Mengapa saya masih hidup?” Jika belum pernah, biarlah saya yang bertanya kepada bapak ibu saudara sekalian pagi ini, “Menurut bapak ibu saudara, mengapa saudara masih bernafas sekarang ini?”

 

Mungkin saudara menjawab:

“Saya masih muda.”

“Saya masih hidup karena belum menikah.”

“Saya masih sekolah.”

“Saya belum punya anak.”

“Anak saya masih kecil.”

“Saya masih mau lihat cucu.”

“Cita-cita saya belum tercapai.”

“Saya belum punya rumah.”

“Saya masih hidup karena saya kan hidup sehat, makan sehat, dan juga sering olah raga.”

 

Buat yang masih muda, memang benar Tuhan ingin saudara menikah. Firman-Nya di dalam kitab Kejadian Tuhan sendiri berkata bahwa, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya” (Kej 2:18).

Dan buat yang sudah menikah dan belum punya anak, memang benar Firman Tuhan juga berkata, “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi” (Kej 1:28).

 

Namun, apakah itu alasannya mengapa saudara masih bernafas saat ini. Mengapa bukan saudara dan saya yang dipanggil oleh Tuhan?

 

Pagi ini saya mau mengajak setiap kita untuk bertanya dan mudah-mudahan juga mendapatkan jawaban, mengapa saya masih hidup sekarang ini?

 

Para orang tua, mengapa saudara masih hidup?

Nah, bagi saudara belum mengenal saya, saya sudah menikah, dan saya juga sudah punya dua orang anak, Judah yang berumur enam tahun, dan Levi tiga setengah tahun. Jadi tentu saja alasan mengapa saya masih hidup bukan karena saya belum menikah atau saya belum punya anak.

 

Dan saya juga percaya saya masih hidup bukan hanya karena saya diberikan tugas oleh Tuhan untuk melindungi serta mendidik kedua anak saya sampai dewasa.  Sebab tugas terpenting saya sebagai orang tua bagi Judah dan Levi bukanlah supaya mereka menjadi sukses dan kaya raya nantinya. Sebagai orang tua, tugas saya ada tercatat di dalam kitab Ulangan 6:1-7.

 

1 “Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah Tuhan, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, 2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. 3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

4 Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! 5 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

 

Tugas saya sebagai orang tua bukanlah mendidik mereka supaya mereka pintar dan menjadi sukse dan kaya kalau sudah besar nanti, melainkan mengajarkan mereka:

  • Firman Tuhan serta pengenalan akan Tuhan Yesus
  • Takut akan Tuhan
  • Mengasihi Tuhan

 

Untuk itu hidup saya sebagai orang tua harus dapat menjadi contoh bagi anak-anak saya. Menjadi contoh yang saya maksudkan di sini adalah, apakah hidup saya sudah memuliakan Tuhan? Apa maksudnya? Menjadi contoh kenapa malah menjadi soal memuliakan Tuhan?

 

Bagi anak-anak, Tuhan itu mungkin tidak kelihatan, dan karena tidak kelihatan maka Tuhan menjadi kurang nyata bagi mereka. Bahkan Santa Klaus sering kali lebih nyata dari pada Tuhan di mata anak-anak. Tuhan menjadi jauh, kecil dan kurang jelas di mata mereka. Kalau hidup saya sebagai orang tua senantiasa memuliakan Tuhan, maka anak-anak saya dapat melihat Tuhan sebagaimana Ia sesungguhnya, yaitu bahwa Tuhan itu besar kuasanya, kasihnya panjang, Tuhan itu hidup, Tuhan itu raja, dan Tuhan itu segala-galanya dalam hidup kita.

 

Jadi mengapa saya masih hidup? Mungkin karena Tuhan masih ingin memakai hidup saya untuk memuliakan Dia.

 

Anak-anak muda, mengapa anda masih hidup?

Sekarang kepada yang masih muda-muda dan belum menikah. Mengapa kamu masih hidup? Ya sama, sebab Tuhan masih ingin memakai kamu untuk memuliakan Tuhan. Biar teman-teman di sekolah atau kampus-mu yang berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada, melalui hidup-mu mereka boleh melihat kalau Tuhan itu ada, dan Dia berkuasa atas segalanya, dan layak disembah.

 

Hidupmu bukanlah untuk mencari kemuliaan dirimu sendiri, melainkan untuk memuliakan Tuhan.

 

“Hidup adalah Kristus, Mati adalah keuntungan”

Supaya saudara sekalian tidak berpikir kalau saya membuat teori sendiri seenaknya saja. Mari kita lihat Firman Tuhan lagi. Di dalam surat Filipi 1:23 yang ditulis oleh Rasul Paulus, ia berkata bahwa bahwa keinginannya itu sebenarnya mati, supaya dia dapat hidup bersama-sama dengan Yesus. Namun karena dia masih hidup, dia berkata (Filipi 1:20-22):

20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.

 

Rasul Paulus berkata, kalau dia hidup, maka hidupnya harus memuliakan Tuhan, dan hidupnya harus menghasilkan buah.

Saya akan tutup dengan suatu kisah nyata.

 

Stan Gerlach adalah seorang businessman yang sukses dan terkenal di kota di mana dia tinggal. Suatu saat ketika dia sedang memberikan pesan di satu kebaktian penghiburan di rumah duka, Stan mulai mengabarkan injil. Diakhir dari pesannya dia berkata kepada orang-orang yang ada di sana, “Kamu tidak tahu kapan Tuhan akan mengambil nyawa mu. Dan pada saat itu tiba, maka kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Apakah kamu sudah siap untuk dipanggil Tuhan?” Setelah berkata demikian, Stan lalu duduk, dan dia langsung jatuh dan meninggal dunia. Istri dan anak-anaknya ada berada di tempat mencoba untuk menyelematkannya dengan memberikan CPR dan lain-lain, namun tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menyelamatkan Stan (Cerita dikutip dari buku Crazy Love oleh Francis Chan, halaman 46).

 

Ada dua hal yang setiap dari kita harus hadapi:

1. Setiap kita akan mati.

2. Tidak ada satu pun dari kita yang tahu kapan hal itu akan terjadi.

 

Di dalam Mazmur 90:5-6, Musa berkata bahwa hidup manusia itu “seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.”
Marilah kita contoh hidup rasul Paulus. Selama kita masih bernafas, hendaklah hidup kita dipakai untuk memuliakan Tuhan dan bukan mencari kemuliaan.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.