Menjadi tempat kediaman Tuhan 14

Panggilan Tuhan tidak selalu berarti seperti seorang gembala yang sepenuhnya melayani di gereja saja tapi setiap orang dalam waktu tertentu akan dipanggil Tuhan , bahkan dia memanggil kita dengan nama karena sedemikian kenalnya akan kita, dan ketika kita dipanggil Tuhan, apa reaksi kita?

Biar kita belajar dari Musa akan pertemuan ilahinya dengan Tuhan melalui semak yang terbakar (Keluaran 2:11). Pertemuan ilahi sering kali terjadi ditempat dimana kita mengalami proses, kekeringan, disakiti dan yang lain lain, tapi Tuhan melihat semua itu sebagai kebaikan buat kita. (Keluaran 3:1-5) Musa, seorang pangeran di Mesir yang berkuasa, waktu umur 40 tahun, ia tidak dapat lupa akan jati dirinya, dan dari seorang bangsaway dia menjadi seorang buronan dan kabur ke padang belantara untuk memulai kehidupannya yang baru sebagai seorang gembala dan dia tinggal tetap di Midian dengan imam Midian dan menikahi putrinya, Zippora dan lahir seorang anak bagi Musa, Gershon.

Yitro adalah sekedar predikat untuk seorang imam di Midian, dan nama sesungguhnya imam Midian tersebut adalah Reuel yang berarti sahabat Tuhan. Musa mengembalakan kambing domba di padang pasir di Midian dan sampailah dia ke gunung Horeb, yang berarti tempat yang kering gersang dan tempat yang terbuang yang tidak pernah disukai orang tapi disinilah terjadinya sesuatu. Jangan pernah takut dengan masalah, karena kalau engaku setia, engkau akan ketemu Tuhan dan tempat itu akan menjadi tempatnya Tuhan. Jangan pernah berfikir kalau engkau dalam proses, sakit, mengalami yang tidak enak, terancam kebangkrutan, bukan berarti Tuhan telah membuang kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dan menyertai kita, bahkan sekalipun kita berdosa, Tuhan tetap ada, cuman dosa tersebut yang membuat kita merasakan Dia. Tidak tertulis dalam alkitab kalau kita ikut Tuhan, tidak akan pernah mengalami masalah. Horeb adalah salah satu puncak gunung dan ada di gunung Sinai yang berarti duri. Tidak ada jaminan dalam Tuhan hidup kita tidak pernah ditusuk duri sekalipun pelayanan dan kerohanian kita sangan hebat, tapi jangan berhenti dan menyerah, mungkin orang sekeliling kita salah paham tapi jangan salah bereaksi, Musa yang meninggalkan segalanya demi bangsanya tapi malah disalah pahami oleh bangsanya sendiri.

Tuhan selalu menyertai kita, dan dalam puncak puncak kekeringan atau kesakitan, justru tempat itu akan menjadi tempat titik perubahan untuk kita dan bahkan untuk orang lain juga dapat mengalami Tuhan (Keluaran 3:12). Jangan pernah kapok dan menyerah, sekali gagal bukan berarti seterusnya gagal, sekali salah bukan berarti kita selal salah. Dan waktu kita diberkati jangan lupa akan Tuhan, naik terus ke gunungnya Tuhan, bahkan dengan sesama pemimpin juga, ajak keluarga untuk sama sama naik ke gunungnya Tuhan (Keluaran 24:13, Keluara 4:27, Keluaran 18:4). Orang yang tidak menghargai ordonansi Tuhan, tidak akan bisa menghargai ordonansi manusia. Gunung bukan melambangkan disaat kita berkondisi yang baik tapi dalam kondisi buruk pun kita tetap bisa bawa orang naik ke gunung Tuhan.

 

Kalau saudara dijahatin atau diperlakukan dengan tidak adil, jangan sampai kita menularkan kepahitan atau masalah kepada orang lain, tapi buatlah suatu perjanjian sekalipun disakiti tapi mengampuni juga, jangan bereaksi salah sebab pembalasan bukan ditangan kita sendiri. Saya percaya tidak ada orang yang pekah, tapi kalau Tuhan berbicara pasti kita mendengar. Jangan punya pikiran bahwa Tuhan tidak berbicara lagi atau hanya kepada orang tertentu dengan cara yang tertentu. Tapi Tuhan berbicara dan menunjukan diriNya kepada kita dalam cara dan gaya yang sesuai dengan kita. (Keluaran 19:18) Ketika Tuhan menunjukan diriNya dalam semak yang berapi maka kemanapun Musa pergi, manifestasi hadirat Tuhan melalui Musa adalah seperti api. Jangan kita membandingkan panggilan dengan orang lain, sebab kita masing masing mempunyai karunia tersendiri dan setialah, dan jangan tertekan kalau kita tidak dihargai.

Tuhan waktu memanggil Musa member Musa pilihan untuk menerima atau mengabaikan dan panggilan Tuhan walaupun jelas, kadang kita tidak mengerti dan mempunyai kesempatan untuk menolak, sebab Tuhan tidak pernah memaksa tapi akan terus berusaha sampai kita mau menerima dengan kemauan kita sendiri. Mungkin seperti semak berapi itu yang awalnya terlihat biasa saja tapi ketika diamati bahwa semak itu tidak terbakar, itu menjadi sangt luar biasa, sepintas saja kita tidak dapat melihat panggilan kita, tapi kalau kita tekuni dengan sungguh sungguh, akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Tidak selalu juga Tuhan menjawab kita dengan apa yang kita mau, kadang bahkan Tuhan biarkan kita ditindas (Kejadian 16:7-13), panggilan Tuhan mungkin membuat kita menyimpang tapi tidak sesat (Keluaran 3:1-3). Tuhan kadang memanggil kita dua kali untuk supaya kita yakin bahwa itu suara Tuhan. Pergumulan akan selalu ada dan kita tidak akan mengerti ketika kita dipanggil tapi aka nada saatnya kita akan mengerti pada akhirnya. Waktu engkau tidak mengerti dan dipanggil Tuhan, Tuhan akan pakai suara orang yang engkau kenal seperti ketika Samuel dipanggil Tuhan namun dia mengenal suara itu adalah suara Eli. Kalau kita dibawah seorang pemimpin yang tidak baik dan kita tetap taat kepada mereka, pasti Tuhan akan memberkati kita.

Responi panggilan Tuhan dengan benar bukan hanya untuk jadi pendeta tapi panggilan untuk melakukan sesuatu untuk Tuhan dan untuk kemuliaanNya, sekalipun dalam tempat yang kering, engkau tetap dapat bertemu dengan Tuhan.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.