Kain Hidup Yang Disusutkan – Nov 12

By Dennis Harsono

 

“Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.” Matius 9:16

 

“Yah, baju barunya nyusut” Hal ini terjadi karena kain yang dipakai belum selesai diproses. Seharusnya kain itu direndam didalam air sampai susutnya berhenti, kemudian dipotong dan dijahit menjadi baju. Melalui ayat ini, Yesus ingin berkata kalau kita ingin menjadi berkat untuk orang lain dan menambal koyakan hidup mereka, maka proses Tuhan dalam hidup kita harus tuntas terlebih dahulu.

 

Cara Tuhan menyusutkan hidup kita

Seperti kain yang harus direndam didalam air untuk disusutkan, hidup kita pun harus direndam. Yesus tidak pernah melakukan sesuatu tanpa arti. Arti dari baptisan air adalah untuk menyalibkan manusia lama kita dan bebas dari dosa. Meskipun sudah dibaptis, sering kita masih tetap ingin mengembang. Tuhan mengijinkan kita melewati padang gurun dan mengalami badai kehidupan karena melalui inilah hidup kita bisa disusutkan sampai tuntas.

 

Penyusutan hidup Ishak dan Yakub

Ishak dikenal sebagai seorang yang sangat amat kaya dan hidupnya bisa dibilang mudah. Berbeda dengan hidup anaknya, Yakub, yang ditipu berkali-kali oleh pamannya, bergumul dengan Tuhan sampai timpang, anak sulungnya berzinah, anak perempuannya diperkosa, istrinya meninggal ketika melahirkan, anak kesayangannya dijual dan dikira sudah mati selama belasan tahun. Tetapi pada akhir kehidupan mereka, kualitas yang dihasilkan sangat berbeda. Mata jasmani dan rohani Ishak kabur sehingga dia tertipu dan memberkati orang yang salah (Kejadian 27). Sedangkan Yakub, mata rohaninya tajam. Dia tahu persis apa yang dilakukannya, dan dia memberkati anak-anaknya dengan akurat (Kejadian 48).

 

Penyusutan hidup Ibu Maimunah Natasha

Kita sudah mendengar perjalanan hidup Ibu Maimunah. Beliau pernah hidup sangat miskin bahkan sampai tinggal dibawah kolong jembatan selama tiga hari sebelum melahirkan. Karena tidak tahan dengan kekejaman suaminya, beliau mencoba bunuh diri sebanyak lima kali. Tetapi melalui itu semua, Tuhan mengubah hidupnya menjadi hidup yang berdampak dan memberi teladan bagi kita.

 

Harga sebuah pelayanan di hadapan Tuhan

Kasih itu menutupi segala sesuatu (1 Korintus 13:7). Sewaktu hidup kita telah menjadi kain yang sudah disusutkan, kita bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan kain untuk menambal hidupnya yang terkoyak. Kita semua dipanggil untuk menambal koyakan hidup orang lain, untuk kemuliaanNya.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.