Pemulihan – Restoration – Aug 12

By Ps. Lydia Yusuf

 

Allah adalah Allah yang memulihkan. Pada waktu Dia menciptakan manusia pertama yang ‘serupa dan segambar dengan Dia’, gagal dan mengakibatkan hubungan Allah dengan manusia pun terputus. Sehingga Allah perlu mengirimkan anak-Nya yang tunggal sebagai manusia terakhir yang berasal dari Surga. “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari surga” 1 Korintus 15:47. Setiap kali Allah memulihkan sesuatu pasti lebih baik dari sebelumnya, karena Allah kita adalah Allah yang memberi kesempatan ulang kepada kita.

“Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah” Maleakhi 4:6

Dosa yang terjadi saat ini adalah karena tidak adanya kasih bapa. Dapat disimpulkan bahwa jika hati bapa tidak berbalik kepada anaknya dan demikian pula sebaliknya, maka Tuhan akan datang dan memukul bumi. Tuhan memukul bumi bukan karena dosa perzinahan atau pembunuhan, melainkan jika hati bapa tidak berbalik pada anak atau sebaliknya.

Ini masalah yang sangat serius yang terjadi di seluruh dunia dengan segala budaya, bahasa dan peradabannya. Buku King’s Sword menceritakan bahwa Norwegia terkenal sebagai negara anti kekerasan dan rutin mengadakan penganugerahan Nobel Perdamaian Dunia. Akan tetapi, integritas negara ini hancur karena bom berkekuatan besar meledak pada bulan Juli 2011 di pusat pemerintahan diOslo. Dua jam kemudian berlanjut dengan penembakan brutal yang menewaskan 86 orang di Pulau Utoeya, sekitar 30 kilometer dariOslo.

Anders Behring Breivik adalah pelaku tunggal pembantaian ini. Semua orang mengutuk perbuatannya, bahkan Jens Breivik, ayah kandungnya pun menyebut Behring itu sakit jiwa. Sayang sekali ada satu hal penting yang tidak diketahui oleh Jens ketika ia menyebut anaknya sakit jiwa, yaitu sebenarnya anaknya itu sangat kehilangan figur seorang ayah.

Dalam file setebal 1500 halaman yang ditulis oleh Anders Behring Breivik, ia menceritakan selama masa remajanya bagaimana ia berusaha mempertahankan hubungan baik dengan ayahnya yang telah bercerai dengan ibunya sejak dia berusia satu tahun. Ia tetap menjaga hubungan baik dengan ayahnya itu selama masa remajanya. Namun upaya rekonsiliasi dengan ayahnyalimatahun lalu itu gagal karena sang ayah merasa tidak siap secara mental. Salah satu kutipan dari tulisan Behring tentang ayahnya dalam buku harian yang lebih dari satu dekade seperti ini: “Dia mempunyai empat orang anak tetapi memutuskan kontak dengan mereka semua…jadi ini jelas siapa yang salah.”

Namun semua itu tidak sepenuhnya salah Behring. Bisa dikatakan bahwa orang tuanya, terutama ayahnya, memiliki andil dalam keputusan yang salah yang dibuat oleh anaknya. Dia tidak memberikan kasih sayang, perhatian dan didikan yang dibutuhkan oleh Behring.

Kegagalan seorang anak adalah kegagalan bapanya. Akibat dari kehilangan figur bapa adalah kehilangan identitas generasi berikutnya. Sebaliknya bapa yang baik, bisa saja melahirkan anak yang tidak baik dan penyebabnya bukan karena bapa tersebut tidak baik tetapi karena anak yang tidak mau diubahkan, tidak taat dan tidak setia!

Gambaran bapa yang benar telah ditunjukkan oleh Sang Raja melalui kehidupan- Nya saat di muka bumi. Ia memberikan seluruh hidup-Nya bagi anak-anak-Nya dengan hati penuh kasih,

“Hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam Tuhan karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” Efesus 6:1-3. Tafsiran kata “menghormati” dalam Perjanjian Baru berarti “memperlakukannya dengan rasa hormat, penuh penghargaan, pengabdian, sopan dan taat yang memang patut diberikan kepada orang tuanya”.

“Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Amsal 6:20

Janganlah kehilangan kesempatan untuk menghormati dan mentaati orang tua yang Tuhan berikan kepadamu karena mereka akan tiada suatu saat nanti. Menghormati orang tua tidak dibatasi usia.

Kegagalan mencapai Visi Tuhan adalah karena menolak ‘Peranan Bapa’. Sikap keputraan sangat diperlukan supaya dosa pemberontakan dan independent, dipatahkan kuasanya dari generasi ini! Dan peranan bapa barulah lengkap, bila ada unsur keputraan! Ketaatan Yesus kepada Bapanya bukanlah ketaatan yang terpaksa tetapi merupakan ketaatan sempurna seorang anak kepada Bapanya!

Sekalipun Yesus, Sang Putra mengambil rupa seorang hamba, namun ketaatan-Nya bukanlah ketaatan hamba kepada tuannya, melainkan ketaatan seorang anak karena percaya dan mengasihi Bapa- Nya. Sekalipun Ia mengambil rupa seorang hamba namun sesungguhnya Ia adalah seorang Putra. Filipi 2:5-9. Setelah melewati proses panjang dan berat, Bapa sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama. Semua visi dan kehendak Bapa atas dunia ini terlaksana, bahkan diselesaikan-Nya dengan tuntas!

“dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi- Nya.” Lukas 1:17

 

“Ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya.”

 

 

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.