Seni mendengar – Apr 12

By: Sherly Saputra

 

Tidak cukup waktu dalam satu hari. Inilah kalimat yang sering kita dengar. Sepertinya hari-hari ini semua orang sangat sibuk, tidak punya waktu buat dirinya, apalagi untuk orang lain.

Markus 10:46-50. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong,ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.

Setiap pagi sewaktu kita bangun bahkan sebelum kita beranjak dari ranjang, kepala kita sudah di penuhi dengan catatan apa yg harus kita kerjakan hari ini. Kita seakan-akan di haruskan untuk terus dan terus beraktivitas tanpa henti. Ada kalanya kita juga merasa sepertinya kita berlomba dengan waktu. Cukup menakutkan apabila kita pikir sepertinya kita hanya memperdulikan kegiatan kita dan tanpa sadar kita tidak tahu apa yang terjadi di sekeliling kita.

Kita sering berkata aku ingin menjadi seperti Yesus. Ini yang Yesus lakukan dalam cerita Bartimeus, Dia mendengar jeritan Bartimeus “Anak Daud, kasihanilah aku!”. Bagaimana caranya Tuhan bisa mendengar Bartimeus dalam keramaian banyak orang? Kita percaya Tuhan mengasihi setiap kita dan Dia mendengar setiap jeritan hati kita. Dia selalu ada untuk kita. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kapan terakhir kalinya kita mendengarkan jeritan hati orang lain? Kapan terakhir kalinya kita menyapa tetangga kita, menjenguk sahabat tanpa harus dimintai untuk datang, atau benar-benar mendengarkan dengan seksama cerita hidup orang lain, orang yang bukan cuma anggota keluarga kita. Atau kapan terakhir kalinya kita mendengarkan orang tanpa ada komentar menghakimi di dalam hati.

Sesungguhnya memenangkan jiwa bukan cuma dengan mengkotbahi atau memberikan komentar tetapi dengan menjadi pendengar yang setia, yang mendengarkan jeritan hati mereka. Menjadi sahabat yang mau mengarahkan telinga dan perhatian dengan tulus dan peduli. Mari kita sama-sama berbagi kasih Kristus. Mengasihi seperti Dia mengasihi. Mendengar seperti Dia mendengar kita.

Matius 22:37-39 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.