06 Sep Kasih di dalam kehidupan orang percaya
Salah satu hal yang sangat menyedihkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam gereja adalah betapa banyaknya orang yang pergi meninggalkan gereja. Beberapa pergi pindah gereja, namun ada juga yang pergi dan meninggalkan iman mereka kepada Yesus. Mereka meninggalkan semuanya karena mereka kecewa terhadap gereja. Sebab di saat-saat mereka memerlukan pertolongan, saudara-saudari mereka di gereja tidak memperdulikan mereka.
Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa Tuhan adalah kasih, tetapi kadang orang Kristen dapat menjadi orang yang paling tidak mengasihi, tidak peduli dengan sasama, suka menghakimi, dan sangat egois.
Banyak mereka yang meninggalkan gereja karena mereka sudah terlalu muak melihat sekumpulan orang-orang munafik yang setiap minggu memakai topeng kekristenan. Orang-orang munafik adalah mereka yang tidak melakukan atau menghidupi apa yang mereka tahu sebagai kebenaran. Tahu, tapi tidak melakukan. Di mulut boleh berkata A, tetapi yang dilakukan adalah kebalikan dari itu.
Mungkin beberapa saudara-saudari di pagi hari ini ada yang pernah menjadi korban dari orang-orang munafik yang bertopengkan kekristenan. Mungkin saudara-saudari sudah muak dengan yang namanya gereja. Terhadap saudara-saudari saya mau meminta maaf. Saya mau meminta maaf sebab kami sering kali tidak menghidupi apa yang Tuhan Yesus ajarkan.
Namun di pagi ini, mungkin ada saudara-saudari juga yang adalah orang-orang munafik tersebut. Saya harus akui, bahwa saya sendiri terkadang munafik. Saya pernah dituduh oleh seseorang akan kemunafikan saya, dan saya sangat menyesal akan hal tersebut. Saya berdoa dan berharap bahwa setiap kita mau merendahkan diri untuk dikoreksi oleh Roh Kudus melalu firman-Nya pagi ini.
[Bacaan Alkitab] 1 Timotius 5:1-16
Rasul Paulus menulis kepada seorang gembala muda yang bernama Timotius tentang hubungan antara sesama orang percaya di dalam gereja. Dari bagian surat yang baru saja kita baca, kita akan bersama-sama melihat tiga jenis kasih yang harus dimiliki oleh orang Kristen.
1. Kasih terhadap keluarga kandung
1 Timotius 5:1-2
5:1 Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, 5:2 perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.
Phillip Buchanon, memulai karirnya sebagai pemain bola di NFL dengan tim yang bernama Raiders di tahun 2002. Ini adalah satu mimpi besar yang menjadi kenyataan, tetapi bagi Phillip, ia harus mengalami suatu hal yang tak terpikirkan. Phillip menulis, “Segera setelah saya diterima oleh team Raiders, ibu-ku mengatakan kepada saya bahwa saya berhutang kepada-nya sebesar satu juta dolar Amerika karena ia telah membesarkan saya selama 18 tahun.”
Tentu saja saya percaya bahwa kasih dan didikan seorang ibu itu jauh lebih dari satu juta dollar. Namun kita dapat melihat betapa menyedihkan dunia kita ini, begitu banyak keluarga terpecah karena uang. Tidak ada lagi hormat satu dengan yang lain. Saya tidak berbicara soal teman, tetapi ini banyak terjadi bahkan di dalam keluarga.
Kalau boleh saya mau share satu kesaksian yang benar-benar terjadi. Ada seorang ibu yang berada dipenjara tidak lama setelah suaminya meninggal. Keluarga ini adalah keluarga yang kaya, namun ibu ini tidak dapat berbuat apa-apa, dan dia di penjara. Saya tahu bahwa kesaksian ini benar, karena ketika di dalam penjara ibu ini meminta bantuan kepada orang yang saya kenal, dan menceritakan hal ini kepada saya. Cerita ini sangat sedih, bukan kerena ibu ini ada di penjara, tetapi karena alasan mengapa ibu ini adad di penjara. Ibu dipenjara bukan karena dia telah melanggar hukum, tapi karena putra dari ibu ini, karena keserakahan-nya menginginkan seluruh warisan ayahnya, ia memutuskan untuk menyingkirkan ibunya.
Pada zaman di mana Paulus dan Timotius hidup, bahkan orang-orang kafir (mereka yang tidak percaya Tuhan Yesus) memelihara dan mengasihi keluarga mereka sendiri. Mereka mungkin tidak mengasihi orang lain, tetapi mereka mengasihi keluarga mereka sendiri. Oleh karena itu, bagi kita orang yang percaya kepada Yesus, namun tidak mengasihi keluarga kita sendiri maka kita lebih buruk dari pada orang-orang yang tidak percaya.
1 Timotius 5:8
“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
Janganlah kita anggap remeh akan hal ini, sebab jika kita tidak mengasihi keluarga kita sendiri maka kita telah menyangkal iman kita di dalam Yesus.
Salah satu cara orang Kristen memuliakan nama Tuhan adalah dengan cara mengasihi keluarga-nya.
Janganlah kita menjadi sibuk dengan kehidupan kita sendiri sampai kita lupa mengasihi keluarga kita sendiri.
Yesus menegur orang-orang Farisi.
Matius 15:4-9
Mungkin ada dari kita hari ini yang dulu pernah mengasihi dan memperhatikan orang tua namun sekarang karena kesibukan atau apapun, tidak lagi begitu memperdulikan keluarga. Saya ingin mengajak kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan pagi ini dan bertobat.
Saya tahu ada banyak pria yang sangat protektif / melindungi adik / kakak perempuan, dan ibu mereka. Saya sering dengar begini: “Bahwa siapa pun yang berani menyakiti adik/kakak/ibu saya, maka ia berurusan langsung dengan saya”.
Ini adalah suatu hal yang patut dipuji. Namun, saya ingin bertanya: “Bagaimana dengan saudara-saudari kita dalam Yesus?” Banyak orang Kristen yang mungkin baik terhadap keluarga mereka sendiri, namun mereka tidak berbuat demikian terhadap saudara seiman.
2. Kasih terhadap saudara seiman
Bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus, maka saudara-saudari seiman adalah keluarga kita juga. Kita adalah keluarga sebab kita semua adalah anak Tuhan, dan Dia adalah Bapa kita.
i) Anak-anak Allah adalah mereka yang diperanakkan dari Allah (born of God).
Yohanes 1:12-13
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
ii) Anak-anak Allah adalah mereka yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus.
Roma 8:14-17; 1 Yohanes 3:1
Sebagai orang percaya, keluarga pertama kita adalah gereja Tuhan, yaitu, saudara-saudara seiman kita. Terutama, yaitu lebih utama dari keluarga kandung sekalipun.
Hal ini mungkin mengejutkan beberapa dari kita: “Bagaimana mungkin saudara seiman lebih utama dari keluarga kandung?”
iii) Anak-anak Allah adalah mereka yang melakukan kehendak Allah.
Pada suatu hari, ketika Tuhan Yesus sedang mengajar di sinagoga (tempat ibadah Yahudi), ibu dan saudara-saudara-Nya datang untuk menemuinya.
Markus 3:31-35
3:31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. 3:32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” 3:33 Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” 3:34Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 3:35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Kita mungkin bertanya: “Mengapa keluarga seiman kita didahulukan lebih dari keluarga kandung kita?” Sebab keluarga kandung kita hanya keluarga selama kita hidup di dunia ini, sifat nya sementara. Tetapi saudara seiman adalah kekal sifatnya. Terkecuali jika saudara kandung kita juga adalah saudara seiman kita.
Di dalam surat 1 Timotius 5:1-16, Paulus hanya menulis dua ayat pendek tentang bagaimana kita harus mengasihi keluarga kami, keluarga kandung maupun keluarga seiman. Tapi dari ayat 2-16, Paulus menulis tentang bagaimana kita harus mengasihi para janda.
3. Kasih terhadap orang-orang lemah / rentan (vulnerables)
Tuhan kita adalah pelindung bagi para janda. Di dalam Alkitab telah banyak tercatat tentang para janda yang dilinduingi oleh Tuhan.
- Tuhan melindungi dan menyediakan untuk para janda dalam kisah Rut & Naomi
- Tuhan melindungi janda Sarfat pada zaman Elia (1 Raja-raja 17:7-24)
- Tuhan menyediakan minyak untuk seorang janda yang memiliki apa-apa lagi melalui Elisa (2 Raja-raja 4:1-7)
- Yesus sendiri memuji doa dari seorang janda (Lukas 7:11-15)
- Yesus memuji kemurahan hati seorang janda miskin yang memberi segala yang dimilikinya (Markus 12: 41-44)
- Yesus menegur para pemimpin agama yang menindas para janda (Markus 12:40)
Dan juga di dalam surat Paulus kepada Timotius ini telah tercatat perintah Tuhan bahwa kita harus melindungi para janda.
Pada zaman itu, seorang janda adalah orang yang paling lemah di dalam masyarakat. Mereka senantiasa terancam bahaya secara fisik, dan mereka miskin dan tidak dapat menolong diri mereka sendiri.
Para janda adalah mereka yang lemah (vulnerables), yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Jadi para janda bisa diartikan juga semua mereka yang lemah yang perlu ditolong sebab mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri, contoh-nya: the sick, the poor, the elderly, the single mothers, the orphans, the disabled, and the lonely.
Kita dipanggil untuk mengasihi mereka yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri.
Orang Kristen harusnya dikenal karena kasih kita terhadap mereka yang vulnerables. Kita harusnya menjadi suara untuk mereka yang tidak dapat bersuara (the voice to the voiceless). Menjadi tangan pengharapan untuk mereka yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Kasih orang percaya tidak boleh hanya diperuntukkan bagi keluarga kandung atau keluarga rohani saja, tetapi harus juga dilimpahkan bagi orang lain.
Biarlah kita boleh dikenal bukan karena kekayaan kita, atau kepintaran kita, atau apapun juga, tetapi biaralah kita dikenal akan kasih kita.
Bagaimana mungkin orang dapat melihat kasih Kristus bagi mereka jika kita orang percaya tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan Yesus yang kita sembah?
Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Yesus, maka kita harusnya memiliki paling tidak sedikit kemiripan dengan Yesus. We will become what we worship. (Kita akan menjadi serupa dengan apa yang kita sembah). Jika kita benar-benar menyembah Yesus, maka hidup kita haruslah menunjukkan bahwa tambah hari kita akan tambah serupa dengan Yesus.
Ketika kita mendengar nama Yesus, apa yang terpikirkan oleh kita tentang Yesus?
Bagi saya, yang terpikirkan adalah KASIH. Yesus adalah Tuhan, sang pencipta alam semesta, namun Ia rela mati di atas kayu salib untuk menebus dosa saya. Ia mati di atas kayu salib menggantikan saya, sebab oleh karena dosa, sayalah yang patut mati bukan Yesus. Namun karena kasih, ia rela mati bagi saya. Saya bukanlah seorang layak untuk diampuni, saya adalah orang berdosa.
Saya adalah orang yang vulnerable itu, yang tidak dapat menolong diri saya sendiri untuk keluar dari belenggu dosa. Namun oleh karena Anugerahnya yang tersedia bagi saudara dan saya, kita dapat beroleh keselamatan melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib.
Jadi KASIH lah yang terpikirkan ketika saya mendengar nama Yesus.
Ketika teman-teman kita mendengar nama kita, apa yang terlintas dalam pikiran mereka tentang kita?
Kasih?
Seseorang yang sangat mengasihi Yesus?
Atau…?
Saya tidak mengatakan bahwa kita semua harus sama di gereja ini. Hal ini tentu saja tidak mungkin, sebab masing-masing dari kita memiliki perjalanan pribadi dengan Yesus. Saya tidak bisa membandingkan hidup saudara dengan kehidupan orang yang duduk di sebelah saudara. Beberapa dari saudara mungkin sudah berjalan jauh bersama dengan Kristus, dan maka dari saudara akan dituntut lebih oleh Yesus.
Saya percaya, gereja adalah tempat di mana sekelompok orang-orang berdosa datang bergandengan tangan menjadi bagian dari keluarga Allah. Kita berkumpul, saling menolong dan membagi kasih, bukan menghakimi satu sama lain.
Filipi 2:3-4
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Saya berdoa biarlah kasih Yesus boleh terpancar dari hidup kita, sehingga orang dapat melihat Yesus yang hidup di dalam kita. Sehingga kata-kata yang keluar dari mulut kita, terutama kabar baik tentang Yesus, bukanlah hanya perkataan kosong saja, namun sesuatu perkataan yang memang kita hidupi. Dengan demikian orang boleh percaya oleh karena kesaksian hidup kita.
Sorry, the comment form is closed at this time.