10 Mar Benih harus mati untuk hidup
30 ”Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?“
31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
Markus 4:30-32.
Yesus menggambarkan Kerajaan Allah dengan perumpamaan biji sesawi. Tanaman sesawi ini unik karena memiliki benih yang kecil sekali, namun sesungguhnya memiliki potensi yang besar untuk bertumbuh. Biji sesawi setelah ditaburkan ke tanah, akan mengalami pertumbuhan dan memberi dampak atau manfaat yang besar bagi sekitar.
Biji sesawi merupakan biji yang terkecil dengan diameter hanya satu milimeter tetapi jika ditanam, maka akan bertumbuh menjadi pohon besar setinggi dua sampai tiga meter (3000 milimeter), perubahannya mencapai 3,000 kali lipat.
Mengapa benih itu harus mati?
- Benih akan tumbuh/hidup ketika ditanam di dalam tanah:
”Berfirmanlah Allah: ”Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian” Kejadian 1:11.
Tanah adalah tempat di mana kehidupan bermula. Dalam pertanian, tanah menjadi mediasi pertumbuhan bagi benih. Analoginya dapat dihubungkan dengan pemahaman bahwa kita seperti benih, membutuhkan “tanah” atau lingkungan yang sesuai untuk bertumbuh dan berkembang.
- Kematian menuju kehidupan:
”Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu” 1 Korintus 15:36.
Proses kematian diperlukan sebelum sesuatu yang baru dan hidup muncul. Analoginya dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk melepaskan, meninggalkan sesuatu yang lama atau mati, agar sesuatu yang baru dapat berkembang.
”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” 2 Korintus 5:17.
- Multiplikasi terjadi saat benih mati:
”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” Yohanes 12:24.
Melalui kematian benih, ada potensi menghasilkan banyak buah; ini berarti dimana melalui pengorbanan, perubahan atau transformasi diri, kita dapat mencapai pertumbuhan hingga menghasilkan buah.
Benih biji sesawi harus mati agar kehidupan dapat berkembang. Saat mati, ia berubah menjadi akar yang tumbuh dalam dan batang segera keluar dari tanah ke udara untuk tumbuh dan berkembang.
Benih itu juga gambaran diri kita secara pribadi.
Kita dituntut “mati” terhadap dosa, keegoisan, sifat kedagingan (manusia lama) dan bangkit dengan hati yang baru dan roh yang benar, menjalani kehidupan dengan hati baru yang datang dari Yesus.
Pelajaran yang bisa diambil, kita harus mati terhadap sifat mengutamakan ego kita (kepentingan diri sendiri) dan hidup untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus“ Roma 6:11.
”Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” 2 Korintus 5:21.
”namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” Galatia 2:20.
Bagaimana penerapannya pada kehidupan kita?
- Mematikan semua yang duniawi:
”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,“ Kolose 3:5.
”Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati tetapi jika oleh Roh, kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup” Roma 8:13.
Keduniawian disini mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan keinginan duniawi yang dapat menghalangi hubungan kita dengan Tuhan. Penerapan dalam kehidupan adalah berusaha melepaskan keinginan duniawi supaya terjadi proses transformasi kehidupan dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
- Menyerahkan hak kita untuk melayani Tuhan dan sesama:
5 ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.“
Filipi 2:5-7.
Kristus adalah teladan yang rela mengosongkan diri-Nya dan menjadi manusia serta hamba untuk melayani umat manusia. Penerapannya dalam hidup kita adalah mengosongkan diri, mengecilkan ego dan siap menjadi hamba bagi Tuhan dan melayani sesama. Ini berarti memiliki sikap kerendahan hati, kasih dan pengorbanan demi kebaikan orang lain, konsisten dengan prinsip-prinsip hukum Kristus.
- Hidup dalam pimpinanNya:
”Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,“ Galatia 5:25.
Ijinkan Roh Kudus menuntun hidup dan langkah kita. Dan ini juga berarti mendengarkan suara-Nya melalui doa, merenungkan dan membaca Firman Tuhan.
Dengan hidup dalam pimpinan-Nya, kita dapat hidup sesuai kehendak-Nya dan menghasilkan buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, lemah lembut dan penguasaan diri).
Dengan mati terhadap diri sendiri, maka kita akan hidup untuk menjadi berkat bagi sesama dan kita memuliakan Allah.
Sorry, the comment form is closed at this time.