09 Jan Bergulat dengan Allah
Kejadian 32:22-32
Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.
Berapa banyak dari anda yang suka kalah? Berapa banyak dari anda yang dari lahir suka menang? Saya sangat tidak suka kalah. Saya adalah orang yang sangat kompetitif. Saya suka menang dalam segala hal. Bahkan ketika saya bermain game dengan keponakan saya, saya harus menang. Tetapi, ada satu pertarungan yang setiap kita harus belajar untuk kalah. Banyak dari anda langsung berpikir, “Tunggu Yos. Tidak ada orang yang bertarung untuk kalah. Jika aku bertarung, aku akan berusaha semampuku untuk menang. Apa yang kamu maksud dengan belajar untuk kalah? Ini tidak masuk akal.” Dan saya setuju dengan anda. Ini tidak masuk akal. Tetapi kita harus memahami bahwa ada pertarungan yang jika kita menang, kita kalah. Tetapi jika kita kalah, kita menang. Ini adalah jenis pertarungan dimana kita menang sewaktu kita kalah. Dan pertarungan ini bukanlah pilihan. Setiap umat Kristus harus melewati pertarungan ini. Ini adalah pertarungan terpenting dalam hidup kita. Ini lebih penting daripada pertarungan untuk mendapatkan belahan jiwa kita. Ini lebih penting daripada pertarungan untuk mencapai impian kita. Ini adalah pertarungan yang menentukan kehidupan kita. Dan dalam pertarungan terpenting dalam hidup kita, kita tidak boleh menang. Kita harus belajar untuk kalah. Karena kekalahan dalam pertarungan ini adalah kemenangan.
Untuk menjelaskan apa yang saya maksud, kita akan melihat klimaks dari kehidupan Yakub. Ini adalah pertarungan yang mengubah kehidupan Yakub selamanya. Tetapi untuk kita bisa memahami betapa pentingnya pertarungan ini, kita perlu mengetahui sejarah Yakub terlebih dahulu. Kisah Yakub adalah salah satu kisah yang paling menarik di seluruh Alkitab. Yakub adalah salah satu dari segelintir “pahlawan” dalam Alkitab yang hidupnya berantakan dari awal hingga akhir. Kita hampir tidak pernah melihat Yakub melakukan sesuatu dengan benar. Dia membuat kesalahan demi kesalahan tetapi kasih karunia Allah terus mengejar Yakub dan mengubahnya menjadi manusia yang baru. Kisah Yakub adalah kisah kasih karunia. Mari kita lihat kehidupan Yakub.
Yakub adalah seorang pegulat alami. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya bergulat dengan semua orang di sekitarnya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Yakub adalah putra Ishak dan Rebeka. Jadi dia adalah cucu Abraham. Dan kita tahu bahwa Allah berjanji kepada Abraham bahwa dari keturunannya, seluruh keluarga di bumi akan diberkati. Dari keturunan Abraham, akan datang Mesias yang akan menyelamatkan dunia. Dengan kata lain, dalam setiap generasi akan ada yang membawa benih Mesianik. Karena suatu hari nanti, dari keturunan Abraham akan datang satu orang, satu sosok, yang akan menjadi Mesias. Dan dia akan mengakhiri dosa dan kematian di seluruh dunia. Oleh karena itu, dalam setiap generasi akan ada satu anak yang menerima berkat khusus. Dan kita tahu bahwa Abraham memiliki dua putra, Ismael, dan Ishak. Tetapi bukan Ismail anak perjanjian melainkan Ishak. Tidak sukar bagi kita untuk menerimanya karena Ishak adalah anak dari istri sah Abraham. Tetapi disini letak masalahnya. Ishak dan Rebeka melahirkan anak laki-laki kembar, Esau dan Yakub. Siapa yang akan menerima berkat khusus?
Secara budaya, anak yang keluar lebih dulu akan mewarisi berkat anak sulung. Dan Esau keluar lebih dahulu. Tetapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Seolah-olah, Yakub tahu pentingnya menjadi anak sulung, Yakub keluar sambil memegang tumit Esau. Bahkan di dalam rahim ibunya, Yakub sudah bergulat dengan Esau. Nama Yakub berarti “pemegang tumit” atau pegulat. Arti lain dari namanya adalah “penipu.” Saya tidak tahu mengapa ada orang yang memberi nama bayi mereka seperti itu. “Oh, bayimu lucu sekali. Siapa namanya?” “Namanya Penipu.” Tetapi dua makna ini menyimpulkan kehidupan Yakub. Yakub menghabiskan sebagian besar hidupnya bergulat dan menipu orang. Esau adalah seorang pria yang macho. Esau menghabiskan waktunya berburu di hutan. Acara TV favoritnya mungkin adalah Men Vs Wild. Sementara Yakub adalah seorang anak mama. Dia menghabiskan waktunya di rumah memanggang kue dan menonton MasterChef. Dan Yakub tahu bahwa papanya lebih mengasihi Esau daripada dia. Jadi, ketika saatnya tiba bagi Ishak untuk memberikan berkat kepada Esau, Yakub berpura-pura menjadi Esau. Yakub mendatangi Ishak dan berkata, “Papa… ehemmm… Papa, aku membawakan makanan yang kamu minta.” Ishak bertanya, “Siapa kamu?” Dan Yakub menjawab, “Aku Esau, anak sulungmu.” Dengan demikian, Yakub mencuri identitas dan berkat Esau. Dan ketika Esau mengetahuinya, Esau marah dan dia ingin membunuh Yakub. Kemudian Yakub lari ke rumah pamannya, Laban, untuk bersembunyi dari Esau.
Maju cepat beberapa tahun, Yakub menjadi orang yang kaya. Banyak hal yang terjadi pada Yakub. Dia jatuh cinta, setuju untuk bekerja selama 7 tahun untuk mendapatkan belahan jiwanya, mengadakan pesta pernikahan, hanya untuk bangun keesokan paginya, “Aduh kaget. Sayang, kamu koq mirip sekali sama cicimu kalau ga pake make-up? Kayak kembar. Eh, lo, huh?” Paman Laban menipu Yakub untuk menikahi kakak perempuan wanita yang dicintainya. Kemudian Yakub setuju untuk bekerja selama 7 tahun lagi untuk mendapatkan kekasih jiwanya. Jadi sekarang Yakub memiliki dua istri, dan dua istri ini adik kakak. Kemudian kedua istri ini bersaing siapa yang dapat memberikan Yakub anak laki-laki paling banyak, “jeblos, jeblos…”, yang menjelaskan mengapa Yakub berakhir dengan 12 anak laki-laki. Kemudian Laban menipu Yakub dan mengubah gajinya sebanyak 6 kali, tetapi Yakub juga menipu Laban. Jadi, ada dua penipu yang handal yang saling menipu satu sama lain. Ini cerita yang lebih menarik daripada drama Korea. Jika menurut anda Alkitab itu membosankan, anda belum membacanya.
Dan di Kejadian 32, 20 tahun telah berlalu sejak Yakub meninggalkan rumah. Allah menampakkan diri kepada Yakub dalam mimpi dan berkata kepada Yakub untuk kembali ke tanah kelahirannya. Yakub taat. Namun, ada satu masalah. Namanya adalah Esau. Terakhir kali Yakub meninggalkan rumah, Esau ingin membunuh Yakub. Dan sekarang dengan pulang ke rumah, Yakub harus menghadapi mimpi buruk terbesarnya, Esau. Yakub berpikir bahwa akan lebih baik untuk memberi tahu Esau terlebih dahulu tentang kedatangannya. Jadi Yakub mengirim utusan kepada Esau. Ketika utusan itu kembali, dia memberi tahu Yakub bahwa Esau akan datang untuk menemui dia. Dan Yakub mungkin berpikir, “Esau baik sekali. Dia datang jauh-jauh ke sini untuk menemuiku. Dia pasti kangen sama aku.” Kemudian utusan itu melanjutkan, “Dan ada 400 orang bersamanya.” Bukan 4. Bukan 40. Melainkan 400. Ini adalah ukuran pasukan kecil. Jadi Esau datang menemui Yakub dengan 400 orang pasukan. Jika anda Yakub, apa yang ada di pikiran anda? Hanya ada satu kesimpulan logis. “Esau datang untuk membunuhku.” Benar?
Kemudian Yakub menjadi sangat takut dan tertekan. Dia putus asa. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Yakub berdoa kepada Allah meminta perlindungan. Dan malam sebelum dia bertemu dengan Esau, Yakub menyuruh keluarganya menyeberangi sungai terlebih dahulu dan dia tinggal di sisi lain sungai sendirian. Dan pastinya, ini adalah malam tergelap dan terpanjang dalam hidup Yakub. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Yakub berpikir, “Apakah Esau akan membunuhku? Tuhan, di mana kamu? Kamu memerintahkan aku untuk kembali ke rumah orangtuaku dan sekarang Esau sedang dalam perjalanan untuk membunuh aku. Apa yang harus aku lakukan? Tolong aku.” Dan kemudian sesuatu yang tidak terduga terjadi. Seorang pria muncul entah dari mana dan menyerang Yakub. Dan Yakub bergulat dengan pria ini sepanjang malam. Apakah anda mengikuti saya?
Empat hal yang terjadi dalam cerita ini. Pengejaran; Pertarungan; Pukulan; Berkat.
Pengejaran
Kejadian 32:24 – Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
Seorang pria muncul dan bergulat dengan Yakub. Pertanyaannya adalah, siapa pria ini? Apakah dia seorang pembunuh yang dikirim oleh Esau? Apakah dia bandit? Ada banyak yang mengatakan bahwa dia adalah malaikat Allah. Tetapi menurut saya ada cukup petunjuk dalam cerita bagi kita untuk mengetahui identitas pria yang bergulat dengan Yakub. Ada kemungkinan bahwa pria ini adalah malaikat. Tetapi, kalau pria ini adalah malaikat, kenapa dia harus pergi ketika fajar datang? Apakah ini malaikat drakula? Atau apakah malaikat memiliki jam malam? Jika kita perhatikan narasinya, maka hanya ada satu kesimpulan akan identitas pria ini. Pria ini tidak lain adalah Allah yang mengambil wujud manusia. Dan ini menjelaskan mengapa dia harus pergi saat fajar tiba. Karena kita tahu bahwa tidak ada yang bisa melihat wajah Allah dan hidup. Dan bahkan Yakub sendiri berkata bahwa orang ini adalah Allah. Kejadian 32:30 – Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” Jadi, sangat jelas bahwa orang yang bergulat dengan Yakub adalah Allah.
Tetapi mengapa Allah melakukannya? Mengapa Allah datang di malam itu? Inilah alasannya. Allah sedang mengejar Yakub. Sebelum pertemuan ini, Yakub tahu banyak tentang Allah. Yakub mendengar cerita tentang Allah dari kakeknya Abraham dan ayahnya Ishak. Sepanjang kehidupan Yakub sebelum ini, Yakub menyebut Allah sebagai Allah Abraham dan Ishak. Dan tidak hanya itu, Yakub juga mengetahui janji Allah untuk hidupnya. Allah mengungkapkan janji-Nya kepada Yakub melalui mimpi. Saya akan mengambil satu langkah lebih jauh. Yakub tidak hanya tahu tentang Allah, dia tidak hanya tahu janji Allah, Yakub juga mengalami berkat Allah. Allah memberikan dia keluarga dan kekayaan. Tetapi ada satu hal yang tidak dimiliki Yakub. Yakub tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Yakub mengalami berkat-berkat Allah, tetapi dia tidak pernah mengalami Allah.
Inilah kekhawatiran saya. Ada banyak umat Kristus di gereja yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Sangatlah mungkin untuk semangat dengan apa yang Allah lakukan di gereja dan tidak mengalami Allah secara pribadi. Dan ini sangat berbahaya. Saya sudah melihat ini terjadi berulang kali. Skenarionya seperti ini. Ada murid datang dari Indonesia ke Sydney dan tertanam di gereja kita. Mereka mendengar berita Injil. Mereka melihat bagaimana Injil mengubah kehidupan orang-orang. Mereka semangat dengan apa yang Allah lakukan di dalam gereja. Mereka tertanam dalam KM. Mereka belajar lebih banyak tentang Alkitab dan bertumbuh dalam pemahaman mereka tentang Injil. Mereka aktif melayani di gereja, dan mereka sepertinya bertumbuh sebagai murid Kristus. Tetapi ketika mereka sudah lulus, mereka kembali ke Indonesia dan poof, mereka menghilang. Gairah akan Allah yang terlihat di Sydney hilang dalam sekejap di Indonesia. Apa yang terjadi? Mereka beralasan bahwa tidak ada gereja dan komunitas di Indonesia seperti yang mereka miliki di Sydney. Perhatikan saya baik-baik. Pengalaman komunal itu penting. Tetapi pengalaman komunal tidak dapat menggantikan kebutuhan akan pengalaman pribadi dengan Allah. Alasan mengapa banyak orang kehilangan gairah akan Allah ketika terjadi perubahan situasi adalah karena mereka tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Allah. Selama ini mereka bergairah akan Allah didasarkan pada pengalaman komunal. Tidaklah cukup untuk mengetahui bahwa Allah itu murah hati karena pendeta mengatakannya dalam khotbah. Anda perlu mengalami bahwa Allah itu murah hati untuk diri anda sendiri. Pada akhirnya, tidak peduli apa yang orang lain katakan tentang Allah. Yang penting adalah apa yang anda katakan tentang Allah ketika tidak ada seorang pun di sekitar anda.
Saya beri contoh. Ketika saya didiagnosis menderita kanker darah dan masuk rumah sakit, beberapa hari pertama saya dikunjungi begitu banyak orang. Saya cukup populer bukan karena saya tetapi karena saya anak papi saya. Jadi, ada banyak orang yang datang untuk menyemangati saya, menghibur saya, dan mendoakan saya. Dan mereka berkata kepada saya, “Kamu tidak sendirian. Kami berjuang bersama dengan kamu.” Tentu saja, itu semua membuat saya bahagia. Saya menerima banyak kartu harapan cepat sembuh, saya menerima balon dan saya bahkan menerima boneka Teddy Bear. Saya tidak tahu mengapa ada orang yang memberikan saya Teddy Bear, tetapi saya senang. Tetapi ini masalahnya. Tidak peduli seberapa tulus mereka ketika mereka mengatakan kepada saya bahwa saya tidak sendirian, pada akhirnya saya sendirian. Sayalah yang harus melewati kemoterapi. Sayalah yang akan mengalami rasa sakit dan penderitaan. Saya sendiri dan bukan mereka. Dan jika iman saya kepada Allah hanya didasarkan pada pengalaman komunal, iman itu akan runtuh. Hanya pengalaman pribadi dengan Allah yang akan menopang saya melalu masa-masa sukar dalam hidup.
Inilah yang terjadi dengan Yakub. Yakub tahu tentang Allah, tetapi dia tidak mengenal Allah. Tetapi kemudian, pada malam tergelap dalam hidupnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Apa yang Yakub inginkan adalah agar Allah melindungi dia dari Esau. Ini doa Yakub. Tetapi Allah memberikan Yakub jawaban yang aneh. Jawaban Allah atas doa Yakub untuk perlindungan adalah pertandingan gulat. Allah menyerang Yakub. Dan perhatikan dengan seksama. Bukan Yakub yang ingin bergulat dengan Allah, tetapi Allahlah yang ingin bergulat dengan Yakub. Pada saat terlemah dan paling rapuh, Allah menyerang Yakub. Mengapa? Karena yang Yakub inginkan adalah perlindungan dari Esau tetapi yang Allah inginkan adalah Yakub. Gereja Tuhan, dapatkan ini. Ada saatnya Allah akan menyerang kita. Ada kalanya dia akan menjawab doa kita dengan jawaban yang aneh: pertarungan. Dan Allah tidak bertarung dengan kita untuk membunuh kita. Dia bertarung dengan kita untuk memberkati kita. Yakub berpikir apa yang dia butuhkan adalah perlindungan Allah dari Esau, tetapi Allah tahu yang dibutuhkan Yakub pada akhirnya adalah Allah. Dan Allah sengaja bergulat dengan Yakub. Allah mengejar Yakub. Dan Allah yang sama sedang mengejar banyak dari anda hari ini.
Pertarungan
Jadi, Yakub dan Allah bergulat sepanjang malam. Ini sangat menarik. Saya tidak tahu apakah ada di antara anda yang pernah bergulat atau tidak, tetapi gulat adalah olahraga yang sangat melelahkan. Saya tidak pernah bergulat tetapi saya dulu suka menonton WWE. Ada yang suka WWE? Karena saya suka menonton WWE, saya tahu bagaimana melakukan beberapa gerakan bantingan mereka. Jadi, ketika keponakan saya masih berusia lima atau enam tahun, saya mencoba beberapa gerakan itu terhadap dia. Dan dia menyukainya. Saya akan mengangkat dia dan membanting dia ke tempat tidur dan dia akan tertawa dan berkata, “Lagi Qc, Lagi Qc.” Tetapi saya menyerah tidak kuat setelah 10 menit. Dan saat itu saya masih jauh lebih kuat daripada hari ini. Tetapi Yakub bergulat sepanjang malam. Ini bukan pertarungan yang main-main. Ini adalah pertarungan antara hidup dan mati. Dan inilah yang menarik. Yakub menghabiskan hidupnya bergulat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia bergulat dengan Esau. Dia bergulat dengan Laban. Dia bergulat dengan istrinya. Dan Yakub selalu menang. Dia mungkin mengalami kekalahan untuk sementara, tetapi pada akhirnya dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Gulat adalah perumpamaan hidup Yakub. Dan sekarang, Allah datang dan bergulat dengan Yakub.
Namun, kali ini berbeda. Yakub tidak bisa menang. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tidak bisa mengalahkan musuhnya. Tetapi yang membuat saya heran bukanlah karena Yakub tidak bisa menang, tetapi karena Allah terus bergulat dengan Yakub sepanjang malam. Mengapa Allah melakukannya? Apakah Yakub terlalu kuat untuk Allah? Tentu saja tidak. Kita tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi mengapa Allah harus bergulat dengan Yakub sepanjang malam? Mengapa Allah tidak menghancurkan Yakub dari awal? Perhatikan. Saya berbicara dari pengalaman saya. Dan saya yakin anda setuju dengan saya. Yakub tidak akan pernah tahu siapa Allah sampai dia melawan Allah dengan seluruh kekuatannya dan menjadi sangat frustrasi karena ketidakmampuan dia untuk mengalahkan Allah.
Mari saya jujur kepada anda. Saya dapat berkhotbah kepada anda jutaan kali bahwa Allah adalah yang anda butuhkan, dan itu sama sekali tidak membantu anda. Mengapa? Karena kita semua adalah orang yang lahir dalam dosa. Kita dilahirkan dengan keinginan untuk mengejar keinginan diri kita sendiri. Dosa menguasai hati kita. Sangat sukar bagi kita untuk mempercayai Allah dan itulah sebabnya kita bergulat dengan Allah. Karena itu, masalah utama kita dalam hidup adalah satu: Allah. Saya akan buktikan kepada anda. Coba ingat salah satu penyesalan terbesar dalam hidup anda. Satu saja. Sudah? Bukankah penyesalan itu datang karena anda menolak untuk mempercayai Allah? Anda tahu apa yang Allah katakan tetapi anda terus bergulat dengan Allah sepanjang malam dan anda memutuskan untuk melakukan apa yang anda inginkan. Anda menang. Tetapi kemudian anda menyesal. Anda lihat apa yang terjadi? Kita berpikir Esau adalah masalah kita. Tidak, Esau bukanlah masalah kita. Masalah kita adalah Allah. Dosa dalam hidup kita membuat kita menolak untuk mempercayai Allah dan kita bergulat melawan Allah. Tetapi sebaliknya juga benar. Coba pikirkan tentang salah satu momen yang paling mengubahkan kehidupan anda. Sudah? Biarkan saya menebak apa yang terjadi. Sekali lagi, anda bergulat dengan Allah sepanjang malam. Tetapi kali ini anda tidak menang. Anda kalah. Anda memutuskan untuk mempercayai Allah. Dan Allah mengubah hati anda melaluinya. Apakah saya benar? Seringkali, Allah harus bergulat dengan kita untuk mengubah kita. Pada saat itu, kita mungkin tidak mengerti mengapa. Mengapa sepertinya Allah menjadi musuh kita? Tetapi mari saya beritahu. Adalah kasih karunia dan kebaikan Allah yang menempatkan diri-Nya sebagai musuh kita untuk bergulat dengan kita dan mengubah kita.
Satu-satunya cara kita bisa mengalami betapa manis dan indahnya kasih karunia Allah adalah ketika kita bergulat dengan Dia sepanjang malam. Saat kita melawan Dia dengan seluruh kekuatan kita, tetapi kita tidak bisa menang. Ketika kita frustrasi, kecewa dan lelah, ketika kita mencoba semua yang kita bisa tetapi tidak ada yang berhasil, baru kita akan menyadari siapa yang sebenarnya sedang bergulat dengan kita. Kita tidak dapat mempelajari ini melalui khotbah. Ini adalah pelajaran yang datang melalui frustrasi dan kelemahan. Dan Allah dalam kasih karunia-Nya dengan sengaja menjadikan diri-Nya musuh Yakub dan bergulat dengan Yakub sepanjang malam untuk menunjukkan hal ini. Dan bagi banyak dari anda, pribadi Allah belum menjadi nyata bagi anda karena anda belum cukup frustrasi. Anda belum bergulat dengan Dia sepanjang malam dan kalah. Tetapi Allah dalam kasih karunia-Nya akan datang dan menyerang anda. Saat itulah dan hanya pada saat itulah anda akan mengetahui siapa Allah yang sebenarnya. Yang membawa saya ke poin saya berikutnya.
Pukulan
Kejadian 32:25-26 – Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.”
Ini bagian favorit saya dari cerita ini. Setelah bergulat sepanjang malam, Allah melihat bahwa Yakub tidak mau menyerah. Jadi, Allah menggunakan sebagian kecil dari kekuatannya yang sebenarnya. Alkitab menulis bahwa pria ini memukul sendi Yakub. Dalam bahasa Ibrani, kata “memukul” sebenarnya adalah menyentuh. Hanya menyentuh. Jadi, Allah tidak menggunakan jurus rahasia untuk mengalahkan Yakub. Tidak. Allah hanya menyentuh Yakub dan pinggul Yakub terkilir. Artinya, Allah membatasi diri-Nya sepanjang malam. Dia ingin Yakub mengalami frustrasi bergulat dengan Dia sepanjang malam. Dan ketika tiba saatnya untuk pergi, Allah menyentuh Yakub, dan pertarungan berakhir dalam hitungan detik. Akhirnya, Yakub sadar. Pada saat Allah melepaskan sendi pinggulnya, Yakub menyadari bahwa dia tidak bergulat dengan manusia; dia bergulat dengan Allah. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Allah harus menghancurkan kekuatan Yakub agar Yakub berhenti bergulat dan mulai memeluk Allah.
Inilah pelajaran bagi kita. Kita harus memeluk sentuhan Allah. Dan dengan sentuhan, yang saya maksud bukanlah sensasi emosional dengan bernyanyi, “Dia jamah…” Dengan sentuhan Allah, yang saya maksud adalah saat Allah menggunakan sebagian kecil dari kekuatan-Nya untuk melumpuhkan kita. Mari saya beritahu anda. Allah tidak bermain adil. Allah tidak membutuhkan izin kita untuk menghancurkan hidup kita dan mengubah kita melaluinya. Dia adalah Allah. Dan inilah yang terjadi pada Yakub. Allah harus menyentuh Yakub. Allah harus terlebih dahulu menghancurkan kekuatan Yakub sebelum Yakub menyadari dengan siapa dia bergulat.
Jadi, Yakub sangat kesakitan karena sentuhan Allah. Dia tidak berdaya. Jika anda pernah terkilir di bagian tubuh anda, anda tahu rasa sakitnya. Saya ingat ketika lutut saya terkilir, saya benar-benar tidak berdaya. Saya bahkan tidak bisa bergerak. Saya membutuhkan segala kekuatan saya hanya untuk duduk diam dan menunggu ambulans datang. Sedikit gerakan saja sudah cukup membuat saya ingin berteriak kesakitan. Yakub berada di posisi yang sama. Dia tidak berdaya di hadapan Allah. Tetapi di sinilah yang menakjubkan. Allah berkata, “Waktu bermain sudah berakhir. Aku harus pergi.” Dan Yakub menjawab, “Oh tidak. Kamu tidak akan kemana-mana. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi sebelum kamu memberkati aku.” Dengan kata lain, inilah yang dikatakan Yakub. “Tuan, aku sangat kesakitan. Aku tidak berdaya di hadapanmu. Kamu sudah mengalahkan aku. Tetapi aku tidak akan membiarkanmu pergi. Sekarang aku tahu siapa kamu. Aku tahu dengan siapa aku bergulat. Dan aku tidak bisa kembali seperti dulu. Aku tidak punya apa-apa lagi yang bisa aku andalkan. Keluargaku, kekayaanku, semuanya tidak ada artinya. Yang aku butuhkan adalah kamu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu pergi sampai kamu memberkatiku.” Wow.
Perhatikan. Sentuhan Allahlah yang mengubah ketergantungan diri Yakub kepada dirinya menjadi iman kepada Allah. Hanya ketika Yakub tidak berdaya, dia belajar untuk berpegang teguh kepada Allah. Dan inilah iman. Iman berkata, “Tuhan, aku tidak akan membiarkan kamu pergi sampai kamu memberkati aku. Tuhan, apa yang aku alami saat ini sangat menyakitkan. Aku benar-benar tidak berdaya. Aku tidak punya tempat lain untuk pergi. Kamu adalah satu-satunya harapanku. Dan aku tidak akan melepaskanmu.” Karena itu, jangan membenci sentuhan Allah. Jangan meremehkan rasa sakit dan penderitaan. Karena dalam rasa sakit dan penderitaanlah kita belajar untuk berpegang teguh kepada Allah.
Berkat
Kejadian 32:27-32 – Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.
Setelah Allah melihat respon Yakub, Allah berkata, “Siapakah namamu?” Harap dicatat bahwa Allah tahu nama Yakub. Allah mengenal Yakub lebih dari Yakub mengenal dirinya sendiri. Jadi, ketika Allah menanyakan nama Yakub, Allah tidak mencari informasi baru. Allah ingin Yakub mengakui siapa Yakub sebenarnya. Dan Yakub menjawab, “Namaku Yakub.” Ingat, bertahun-tahun yang lalu, Ishak bertanya kepada Yakub, “Siapa kamu?” Dan Yakub menjawab, “Aku Esau, anak sulungmu.” Tetapi sekarang di hadapan Allah, Yakub tidak bisa lagi berpura-pura. Yakub tidak bisa lagi bersembunyi. Dia sudah tidak berdaya untuk melakukannya. Jadi, dia mengaku, “Aku Yakub. Aku telah bergulat sepanjang hidupku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Tetapi aku tidak mampu lagi. Aku Yakub, seorang penipu.” Dan ketika Yakub mengakui siapa dirinya, Allah tersenyum dan berkata, “Mulai sekarang, kamu bukan lagi Yakub. Kamu bukan lagi penipu. Tetapi kamu adalah Israel. Karena kamu telah bergumul dengan Allah dan manusia, dan kamu menang.” Dan Allah memberkati Yakub. Yakub akhirnya menerima berkat yang telah dia cari sepanjang hidupnya.
Tetapi di sini yang menarik. Allah memberikan Yakub identitas yang baru. Sejak saat itu, Yakub akan dikenal sebagai Israel. Arti dari Israel secara harfiah adalah “Allah bertarung.” Namun yang menarik bukanlah nama baru itu sendiri, melainkan alasan atas nama baru tersebut. Allah memberikan Yakub nama baru karena Yakub bergumul dengan Allah dan menang. Tunggu dulu. Apa maksudnya dengan menang? Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, tetapi jika saya bergulat dengan seseorang dan pergulatan itu berakhir dengan saya tidak berdaya di lantai dan meminta belas kasihan dari lawan saya, saya menyebutnya kalah telak. Bukan menang. Yakub kalah telak melawan Allah. Tetapi Allah berkata, “Yakub, kamu telah bergulat sepanjang hidupmu. Kamu telah menipu orang-orang untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kamu penipu dan pegulat tetapi sekarang kamu tidak berdaya di hadapanku. Aku telah melumpuhkanmu. Tetapi Aku akan memberimu hadiah. Aku akan memanggil kamu orang yang bertarung dengan Allah dan menang.” Apa?
Jangan lewatkan ini. Ini adalah pelajaran terpenting dalam cerita. Yakub memenangkan pertarungan dengan cara kalah dalam pertarungan. Ada pertarungan yang hanya bisa kita menangkan dengan kekalahan. Dan Yakub melakukannya. Yakub kalah dalam pertarungan, tetapi Allah menyatakan dia sebagai pemenang. Karena dengan kalah dalam pertarungan terpenting dalam hidupnya, Yakub memperoleh sesuatu yang tidak ia miliki sebelumnya. Yakub menerima berkat Allah yang sesungguhnya. Dan berkat Allah tidak datang dalam paket kesehatan dan kekayaan. Yakub kehilangan sebagian besar kekayaannya kepada Esau. Dan sejak hari itu, Yakub pincang. Perjumpaan Yakub dengan Allah meninggalkan bekas yang permanen dalam kehidupan Yakub. Dia pincang selamanya karenanya. Tetapi Yakub adalah pemenang. Bagaimana mungkin? Karena dengan kalah dalam pertarungan, Yakub menerima berkat terbesar yang bisa diterima manusia. Yakub mendapatkan Allah. Berkat yang pada akhirnya dibutuhkan Yakub bukanlah perlindungan dari Esau, bukanlah kasih Rahel, ataupun pengakuan Ishak. Yang akhirnya dibutuhkan Yakub adalah pribadi Allah itu sendiri. Dan ini adalah kemenangan. Kisah Yakub adalah kisah Allah yang mengejar Yakub. Ini adalah kisah tentang kasih karunia. Allah tidak akan membiarkan Yakub menang apapun harganya. Allah menyerang dan melumpuhkan Yakub. Dan dia melakukan semua itu dengan satu tujuan. Karena Allah ingin memberkati Yakub dengan berkat yang terbesar. Allah ingin memberikan Yakub, Allah. Sebuah cerita yang sangat indah.
Dan inilah Injil. Berlawanan dengan kepercayaan populer, Allah tidak pernah menjanjikan kita kekayaan dunia ini. Allah tidak pernah menjanjikan kesehatan dan keluarga yang bahagia. Berkat terbesar dari Injil bukanlah pengampunan, adopsi, ataupun warisan. Berkat terbesar dari Injil adalah pribadi Allah sendiri. Dan berkat Allah seringkali datang melalui serangan Allah. Karena kita tidak akan pernah tahu bahwa Allah adalah satu-satunya yang kita butuhkan sampai Allah adalah satu-satunya yang kita miliki. Satu-satunya cara untuk memenangkan pertarungan kita dengan Allah adalah dengan berserah kepada Allah. Tidak ada jalan lain. Inilah kekristenan. Banyak orang sering mengolok-olok kekristenan dengan mengatakan bahwa kekristenan adalah agama untuk orang yang lemah. Dan saya sangat setuju. Kekristenan bukanlah untuk mereka yang kuat tetapi untuk mereka yang lemah. Allah memberikan Yakub nama yang baru, tetapi Allah tidak memberikan Yakub kaki yang baru. Tetapi justru melalui kelemahannya itulah Yakub menang.
Inilah kebenaran yang perlu kita peluk. Dalam ekonomi Allah, kelemahan adalah kekuatan. Saat kita lemah disitulah kita kuat karena dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna. Allah tidak menginginkan umat Kristus yang kuat. Dia menginginkan umat Kristus yang lemah yang tahu bahwa Allah mereka kuat. Kita tidak bermegah karena kita kuat. Kita tahu bahwa kita lemah. Kita tahu bahwa kita adalah orang yang berdosa. Kita tidak layak. Kita tidak berdaya. Kita hancur. Tetapi kita memiliki Allah bersama dengan kita. Dan Allah menjadikan kita milik-Nya. Dia membuat kita kuat. Dia membuat kita benar. Dia menara kita yang kokoh. Dia harapan kita. Dia impian kita. Dia sukacita kita. Dia. Dia. Dia. Kita bermegah dalam kenyataan bahwa kita lemah, tetapi Dia kuat. Dan inilah kemenangan kita. Kita menang sewaktu kita kalah. Inilah Injil.
Namun, ada satu pertanyaan besar dalam cerita ini. Bagaimana mungkin Allah yang baik dan berdaulat menyatakan Yakub sang penipu, Yakub sang pegulat, Yakub sang pecundang, menjadi Yakub sang pemenang? Ini adalah teka-teki terbesar dalam cerita. Bagaimana mungkin Allah menyatakan kita orang-orang yang berdosa sebagai orang-orang yang diberkati? Jelas dari cerita bahwa Allah dapat dengan mudah mengalahkan Yakub. Yang Allah butuhkan untuk melumpuhkan Yakub hanyalah sebuah sentuhan. Allah maha kuasa. Namun pada saat yang sama, Alkitab menulis bahwa Allah tidak menang melawan Yakub. Apa yang terjadi? Keller mengatakannya seperti ini: “Allah membuat diri-Nya lemah.”
Mari saya jelaskan. Beberapa tahun yang lalu, saya pergi ke Korea untuk berlibur bersama salah satu teman baik saya dan keluarganya. Teman saya memiliki 2 anak perempuan. Mereka berusia 6 dan 4 tahun pada saat itu. Artinya, dalam perjalanan itu saya tidak hanya pergi untuk liburan tetapi juga untuk menjadi suster. Kedua anak perempuan ini penuh energi. Dan salah satu hal yang kami lakukan dalam perjalanan adalah panco. Jadi, mereka menantang saya panco, dua lawan satu. Berapa banyak dari anda yang tahu bahwa tidak peduli seberapa penuh energi kedua anak ini, saya dapat dengan mudah menghancurkan lengan mereka dalam panco? Tetapi saya tidak melakukannya. Kenapa? Karena teman saya yang membiayai semua biaya liburan. Oke, itu benar tetapi bukan itu alasan utamanya. Saya panco dua lawan satu dan saya dapat dengan mudah mengalahkan mereka, tetapi saya tidak melakukannya. Saya membuat diri saya lemah. Mengapa? Karena saya mengasihi mereka. Jika saya mengalahkan mereka dan menghancurkan mereka dari awal, mereka akan membenci saya. Tetapi jika saya membuat diri saya lemah dan membiarkan mereka mencoba mengalahkan saya dengan seluruh kekuatan mereka, saya memenangkan hati mereka. Jadi di sini kita menemukan Allah membuat diri-Nya lemah sehingga Dia tidak mengalahkan Yakub. Allah tidak menang tetapi Allah tidak kalah. Jika Allah mengalahkan Yakub sejak awal, Allah bisa menang tetapi Dia tidak akan mendapatkan apa yang Dia inginkan. Apa yang Allah inginkan adalah untuk mengubah hati Yakub. Jadi Allah membuat diri-Nya lemah dan bergulat dengan Yakub sepanjang malam agar Allah mendapatkan apa yang diinginkan-Nya.
Saudara, jangan lewatkan ini. Inilah gambaran Injil. Di kayu salib, Yesus membuat dirinya lemah. Yesus menang melalui kekalahan. Yesus bergumul sepanjang malam untuk mengikuti kehendak Allah dan di kayu salib, dia kalah. Di kayu salib, Yesus menggantikan posisi kita sebagai orang berdosa dan Allah melepaskan pukulan terkuat terhadap Yesus. Yesus menerima pukulan murka Allah terhadap dosa. Dan Allah tidak menahan kekuatan-Nya. Allah melepaskan seluruh murka-Nya terhadap Yesus dan Yesus bertahan sampai akhir. Yesus tidak menyerah dan Yesus tidak melepaskan salib melewati semua rasa sakit yang harus ia tanggung. Mengapa? Untuk memberikan kita berkat. Bisakah anda melihatnya? Alasan Allah bisa memberkati Yakub adalah karena ada orang lain yang dikutuk demi Yakub. Alasan Allah dapat memberkati kita yang pantas dikutuk adalah karena Allah telah mengutuk seseorang yang pantas mendapatkan berkat. Inilah yang Yesus lakukan bagi kita.
Yesus, yang adalah Allah, menjadi lemah, dan dia tidak hanya menerima sentuhan Allah tetapi pukulan Allah Yang Mahakuasa. Dan dia melakukannya untuk kita. Yesus kalah tetapi dia tidak kalah. Dia menang melalui kekalahan. Dengan kematiannya di kayu salib, Yesus menghapus hukuman dan kutuk dosa selamanya bagi mereka yang percaya kepadanya. Saya suka cara Timothy Keller mengatakannya. “Yakub bertahan dengan mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan berkat bagi dirinya, tetapi Yesus bertahan dengan mengorbankan nyawanya untuk mendapatkan berkat bagi kita.” Inilah cara Yesus mengubah hati kita. Jadi sekarang, ketika kita menaruh iman kita di dalam Yesus, kita menerima nama yang baru. Nama kita bukan lagi Bersalah; nama kita adalah Benar. Nama kita bukan lagi Budak dosa; nama kita adalah Bebas dari Dosa. Nama kita bukan lagi Dikutuk di hadapan Allah; Nama kita adalah Kudus di hadapan Allah. Nama kita bukan lagi Pendosa; nama kita adalah Anak-anak Allah. Inilah berkat yang Yesus beli bagi kita di kayu salib. Satu-satunya alasan mengapa kita yang kalah dapat disebut sebagai pemenang adalah karena pemenang sejati telah dikutuk di kayu salib. Apakah anda melihat Yesus bertahan di kayu salib untuk memberikan anda berkat Allah?
Saya akan tutup dengan ini. Allah sedang mengejar banyak dari anda hari ini. Ada beberapa dari anda yang sedang bergulat melawan Allah. Ada hal-hal yang anda inginkan dan ada hal-hal yang Allah inginkan, dan dua hal ini berlawanan. Anda sedang bergulat dengan Allah dan anda tidak bisa menang. Anda frustrasi dan lelah. Saya berdoa agar hari ini anda belajar untuk kalah. Allah ingin anda untuk menyerah dan percaya kepada-Nya. Dan ketika anda melakukannya, dengar suara Allah yang bertanya kepada anda hari ini, “Siapakah namamu?” Dan ketika anda mengakui nama anda di hadapan Allah, ketika anda mengakui ketidakberdayaan anda di hadapan Allah, pada saat itu anda akan mendengar Allah berkata, “Mulai sekarang Aku akan memberimu nama yang baru.” Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- Why did God pursue and wrestle with Jacob? What does it tell us about the most important thing that Jacob and we need?
- Have you ever been in a wrestling match against God? What happened?
- “God had to destroy Jacob’s strength for Jacob to stop wrestling and start embracing God.” Can you say the same about your life? Share your story.
- “Christianity is a religion for those who are weak.” Explain why we should embrace this statement. Give some daily applications.
- How does this story points us to the cross of Christ?
- Why did God need to ask Jacob, “what is your name?” What does it tell us about receiving God’s blessing?
Sorry, the comment form is closed at this time.