16 Jul Cara berdoa yang benar
Matius 6:5-15
“Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Dengan demikian, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
D.A. Carson pernah berkata bahwa jika anda benar-benar ingin mempermalukan orang Kristen pada umumnya, mintalah mereka untuk menceritakan kepada anda bagaimana kehidupan doa pribadi mereka. Mari kita jujur. Dalam hal berdoa, kebanyakan dari kita memiliki nilai C-. Kita tahu bahwa kita harus berdoa. Kita ingin berdoa. Kita mengagumi mereka yang berdoa. Namun ketika kita berbicara tentang kehidupan doa kita, kebanyakan dari kita sering merasa gagal. Coba kita jujur. Berapa banyak dari kita yang mengalami kesusahan dalam kehidupan doa kita? Yang tidak mengangkat tangan adalah anggota ke-empat dari Trinitas. Mayoritas orang Kristen saat ini sangat lemah dalam hal doa. Dapat dikatakan bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak berdoa dan gereja yang tidak berdoa. Dan inilah mengapa kelemahan dalam berdoa harus menjadi perhatian kita. John Wesley berkata, “Saya yakin Tuhan tidak melakukan apa pun di dunia ini kecuali sebagai jawaban atas doa.” Jika dia benar, dan saya yakin dia benar, maka mungkin alasan Tuhan tidak melakukan apa pun dalam hidup kita adalah karena kita tidak berdoa.
Oke, mungkin mengatakan bahwa kita tidak berdoa agak terlalu keras. Kita berdoa. Tetapi kita hanya berdoa ketika kita putus asa. Doa lebih seperti pilihan terakhir ketika kita sudah tidak tahu lagi apa yang harus kita perbuat. Tetapi bukan itu cara Yesus memandang doa. Jika ada satu orang yang tidak perlu berdoa, kita mungkin berpikir bahwa orang itu adalah Yesus. Maksud saya, dia adalah Anak Allah. Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Mengapa dia perlu berdoa? Namun, jika melihat kehidupan Yesus, kita melihat bahwa kehidupan Yesus dipenuhi dengan doa. Yesus selalu mencari waktu untuk menyendiri dan berdoa kepada Allah Bapa. Bagi Yesus, doa tidak dapat tawar ditawar. Doa sama pentingnya dengan makan dan tidur. Dan bukan hanya Yesus, kita juga menemukan di sepanjang kitab Kisah Para Rasul bahwa jemaat mula-mula juga berdoa. Doa merupakan hal yang terutama dalam segala hal yang mereka lakukan. Inilah kekhawatiran saya. Bagi banyak orang Kristen saat ini, doa adalah pilihan. Apa yang esensial bagi gereja mula-mula telah menjadi suplemen dalam gereja modern. Dan hal ini perlu diubah. Karena gereja yang tidak berdoa adalah gereja yang tidak berdaya.
Hari ini kita akan melihat satu-satunya bagian dalam Alkitab yang memberikan petunjuk langsung tentang bagaimana cara berdoa, yang terkenal dengan sebutan doa Bapa kami. Dan ada dua catatan tentang doa Bapa kami, satu dalam Lukas 11 dan yang lainnya dalam Matius 6. Kita akan fokus pada catatan Matius. Tetapi menarik untuk kita ketahui bahwa catatan Lukas dimulai dengan para murid datang kepada Yesus dan berkata, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Maksud saya, para murid telah melihat betapa menakjubkannya khotbah-khotbah Yesus. Mereka telah menyaksikan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa yang Yesus lakukan. Tetapi mereka tidak datang kepada Yesus dan meminta, “Tuhan, ajarlah kami berkhotbah. Tuhan, ajarlah kami melakukan mukjizat.” Tetapi sebaliknya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Mereka pasti telah mendengar sesuatu dari cara Yesus berdoa yang membuat mereka berpikir, “Orang ini benar-benar tahu cara berdoa. Kami kira kami tahu cara berdoa. Kami masi harus banyak belajar.” Jadi, Yesus mengajarkan mereka doa Bapa kami. Dan doa Bapa kami sangatlah kaya. Doa ini bisa menjadi sebuah seri khotbah sendiri. Tetapi hari ini kita hanya akan melihat dari atas helikopter tentang doa Bapa kami.
Saya memiliki empat poin untuk khotbah saya: Cara berdoa yang salah; Hati dari doa; Prioritas dalam doa; Kebutuhan akan doa.
Cara berdoa yang salah
Matius 6:5-8 – Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Dengan demikian, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
Yesus mulai mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa dengan memberi tahu mereka bagaimana cara berdoa yang salah. Terkadang kita dapat mengetahui apa yang benar dengan mempelajari apa yang salah. Ada dua cara berdoa yang salah. Pertama, doa orang agamawi. Yesus menyebutnya sebagai doa orang munafik. Kata munafik dalam bahasa Yunani berarti ‘aktor sandiwara’. Ini berarti seseorang yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Orang munafik mengaku percaya pada satu hal tetapi sebenarnya hidup dengan cara yang berbeda. Ini seperti seorang vegan terkenal yang makan bacon setiap pagi. Mereka berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Tetapi mari kita perjelas apa yang bukan kemunafikan. Banyak orang menganggap orang munafik sebagai orang yang melakukan satu hal tetapi merasakan hal lain. Jadi, saya sering mendengar orang berkata, “Aku tidak ingin datang ke gereja. Jadi aku tidak datang ke gereja atau aku akan menjadi orang munafik. Aku tidak ingin berdoa. Jadi aku tidak berdoa karena aku tidak ingin menjadi orang munafik. Aku tidak lagi mencintai pasanganku. Jadi aku harus meninggalkan pasanganku atau aku akan menjadi orang munafik.” Mari saya perjelas. Melakukan apa yang benar ketika kita tidak ingin melakukannya bukanlah kemunafikan; itu adalah kedewasaan. Kemunafikan adalah mengaku A di depan umum tetapi hidup dengan cara yang berbeda secara pribadi.
Dan yang dimaksud Yesus di sini adalah para pemimpin agama yang berpura-pura memiliki kehidupan doa yang baik, tetapi sebenarnya tidak. Mereka hanya berdoa di tempat umum sehingga orang lain dapat melihat mereka dan berpikir baik tentang mereka. Mereka tidak berdoa karena mereka mencari Tuhan; mereka berdoa karena mereka terobsesi dengan citra diri. Motivasi mereka bukan untuk didengar Tuhan tetapi untuk dilihat orang. Inilah yang ditentang oleh Yesus. Tetapi bukan berarti Yesus tidak setuju dengan orang-orang yang berdoa di tempat umum. Yesus ingin kita berdoa di tempat umum. Tetapi permasalahan Yesus adalah dengan mereka yang memiliki kehidupan doa di depan umum tetapi tidak memiliki kehidupan doa pribadi. Karena berdoa di depan umum dan tidak berdoa secara pribadi berarti mereka lebih tertarik pada pujian manusia daripada perkenanan Tuhan. Mereka hanya mencari reputasi, bukan kesalehan. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Waspadalah terhadap profesionalisme agamawi orang-orang Farisi. Janganlah kamu berdoa untuk dilihat orang.”
Yesus kemudian melanjutkan dalam ayat 6, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Dengan demikian, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Dengan kata lain, jika kita berdoa untuk dilihat orang, kita sudah mendapatkan upahnya. Kita menerima pujian dari manusia. Tetapi jika kita menginginkan upah dari Tuhan, maka berdoalah di tempat yang tersembunyi. Berdoalah ketika tidak ada orang yang melihat kita. Karena Allah Bapa melihat mereka yang berdoa secara tersembunyi, dan Dia memberi upah kepada mereka. Izinkan saya memberi tahu anda mengapa doa yang tersembunyi itu penting. Ketika kita berdoa secara tersembunyi, kita tidak berdoa untuk menerima pujian manusia, tetapi untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan adalah upah kita. Sulit untuk menjadi munafik ketika kita sendirian di dalam kamar. Coba pikirkan tentang hal ini. Sebagian besar hal yang kita lakukan dalam kehidupan Kristen akan dilihat orang. Orang-orang melihat ketika kita datang ke gereja. Orang-orang melihat ketika kita melayani. Orang-orang melihat ketika kita memberikan pipi kita. Orang-orang melihat hampir semua hal yang kita lakukan sebagai orang Kristen. Tetapi tahukah anda apa yang tidak dilihat orang lain? Orang-orang tidak melihat ketika kita berdoa di tempat tersembunyi. Tidak ada yang melihat itu. Hanya Tuhan yang melihatnya. Dan dengan cara itulah kita tahu apakah kita melakukan sesuatu untuk Tuhan atau manusia. Doa pribadi adalah satu-satunya hal yang kita lakukan hanya untuk Tuhan. Oleh karena itu, jika kita melakukan segala sesuatu selain doa pribadi, kehidupan Kristen kita bukanlah untuk Tuhan; melainkan untuk membuat orang lain terkesan. Ujian apakah kita seorang munafik atau tidak adalah apakah kita memiliki kehidupan doa pribadi atau tidak. Kita tahu bahwa kita munafik ketika kita menyebut diri kita sebagai orang Kristen, tetapi kita tidak memiliki kehidupan doa.
Cara berdoa yang salah yang kedua adalah doa orang kafir. Jika orang agamawi berdoa untuk dilihat orang, orang kafir berdoa untuk membuat Allah terkesan. Mereka berpikir bahwa untuk Allah mendengar doa mereka, mereka harus melakukan sesuatu yang mengesankan untuk mendapatkan perhatian-Nya. Jadi mereka berdoa dengan doa yang panjang dan rumit, berpikir bahwa jika mereka dapat mengucapkan kata-kata yang tepat, maka Allah akan mendengar dan menjawab doa-doa mereka. Tahukah anda apa ini? Ini adalah manipulasi. Mereka menggunakan doa sebagai sarana transaksi dengan Allah. Dan sekali lagi, Yesus tidak menyalahkan doa yang panjang. Dia menyalahkan pemikiran bahwa jika doa kita cukup panjang, maka Allah akan mendengar kita. Bukannya didorong oleh relasi, doa ini didorong oleh performa. “Jika aku melakukan ini, jika aku melakukan itu, jika aku mengucapkan kata yang tepat, jika aku melakukan hal yang benar, pasti Tuhan akan memberkati aku.”
Saya berikan sebuah contoh. Apakah anda ingat kisah Elia dan para nabi Baal? Elia dan nabi-nabi Baal mengadakan pertandingan tentang Allah mana yang dapat menjawab doa. Jadi, nabi-nabi Baal memanggil nama Baal dari pagi hingga siang hari dan tidak ada yang terjadi. Setelah menunggu selama beberapa jam, Elia merasa bosan dan mulai mengejek mereka. “Teriaklah lebih keras. Mungkin Baal sedang memeriksa Instagram-nya dan tidak mendengar kalian. Atau mungkin dia sedang buang air kecil. Atau mungkin dia sedang berlibur di Korea. Atau mungkin dia lagi lelah dan sedang tidur siang. Berteriaklah lebih keras.” Kita menyebut ini sebagai karunia sarkasme kudus. Mungkin beberapa dari anda memiliki karunia ini. Jadi nabi-nabi Baal berteriak lebih keras, dan mereka juga menari untuk Baal. Mengapa mereka melakukannya? Asumsinya adalah, agar Baal menjawab mereka dan memberikan apa yang mereka inginkan, mereka perlu membuat Baal bahagia dengan melakukan sesuatu untuknya. Mereka harus tampil. Jadi mereka menari untuk Baal. Dan ketika menari tidak berhasil, mereka mulai melukai diri mereka sendiri. Kenapa? Karena jika penampilan tarian mereka tidak cukup, mereka perlu melakukan sesuatu yang drastis untuk menyenangkan Baal. Maka mungkin Baal akan mendengar mereka. Ini adalah cara orang kafir berdoa.
Tetapi Yesus berkata dalam ayat 8, “Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Saya suka ini. Doa-doa kita tidak akan pernah cukup baik untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan. Tetapi Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih yang tahu persis apa yang kita butuhkan sebelum kita meminta kepada-Nya. Dengan kata lain, perhatikan. Doa yang benar mencari Tuhan, bukan mencari keuntungan dari Tuhan. Tuhan sudah mengetahui kebutuhan kita. Kita tidak mendapatkan nilai tambahan karena menambahkan kata-kata tambahan. Itu mungkin berlaku untuk profesor kelas kita tetapi tidak dengan Tuhan. Jadi, pertanyaannya adalah, jika Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita meminta kepada-Nya, untuk apa kita berdoa? Inilah alasannya. Kita tidak berdoa karena Tuhan membutuhkan bantuan kita untuk menjalankan dunia. Kita tidak berdoa untuk mengubah pikiran Tuhan. Kita berdoa karena Tuhan telah menetapkan doa sebagai sarana untuk mencapai tujuan-Nya. Doa bukanlah sebuah formula. Doa bukanlah sebuah mantra. Doa bukanlah sebuah resep. Doa adalah sebuah hubungan dengan Bapa surgawi kita. Dan Bapa surgawi kita tidak membutuhkan kita untuk membuat-Nya terkesan dengan kata-kata kita. Itulah sebabnya ketika kita berdoa, kita dapat langsung berbicara dengan Tuhan. Kita bisa berterus terang kepada Dia. Kita tidak perlu membuat Dia terkesan. Dia sudah mengasihi kita. Kita hanya perlu datang dan berbicara kepada-Nya. Dan ketika kita datang untuk berdoa, Tuhan sudah menunggu kita, siap untuk mendengarkan kita.
Hati dari doa
Matius 6:9 – Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu
Bagi kita yang besar di gereja, kita sudah terbiasa dengan pemikiran bahwa Tuhan adalah Bapa kita. Tetapi bagi orang Yahudi, hal ini merupakan sesuatu yang radikal. Ketika Yesus memanggil Tuhan, “Abba,” rahang mereka terbuka. Hal ini sangat mengejutkan bagi mereka. Orang-orang Yahudi bahkan tidak mau menyebut nama Tuhan karena mereka takut menyalahgunakan nama Tuhan. Tetapi Yesus memiliki keberanian untuk memanggil Tuhan semesta alam, Bapa. Saya suka dengan apa yang dikatakan J.I. Packer. “Jika anda ingin menilai seberapa baik seseorang memahami Kekristenan, cari tahu apa yang dia pikirkan tentang pemahaman bahwa dia adalah anak Allah, dan memiliki Allah sebagai Bapanya. Jika ini bukan pemikiran yang mendorong dan mengendalikan penyembahan dan doanya serta seluruh pandangan hidupnya, itu berarti dia sama sekali tidak memahami Kekristenan dengan baik.” Coba pikirkan. Tuhan adalah Pencipta alam semesta. Dia memiliki segala kuasa untuk membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dia tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Kuasa-Nya tidak memiliki batas.
Jika kita harus memilih satu kata untuk menggambarkan Tuhan, kata apakah itu? Mahakuasa? Pencipta? Pemelihara? Penakluk? Semuanya benar. Tetapi di atas segalanya, Tuhan ingin kita mengenal Dia sebagai ‘Bapa’. Dan perhatikan kata-kata ‘Bapa kami’. Jadi, Tuhan bukan hanya Bapa Yesus, tetapi Dia juga Bapa saya dan Bapa anda. Apakah kita menyadari betapa menakjubkannya kebenaran ini? Kebanyakan anak melewati fase berpikir bahwa papa mereka tidak terkalahkan. Para papa, anda ingat saat-saat ketika anak-anak anda berkata, “Papaku sangat kuat. Papaku bisa mengalahkan papamu. Papaku sangat pintar. Papaku bisa melakukan apa saja.” Tetapi tentu saja, perkataan itu tidak akan bertahan lama. Seiring bertambahnya usia, mereka mulai menyadari betapa lemah dan rapuhnya papa mereka. Tetapi bagi umat Kristus, kita dapat mengatakan, “Papaku maha besar, Papaku maha kuasa, Raja segala raja” dan itu benar. Karena Bapa kita adalah Tuhan.
Jadi, inilah hati dari doa yang saya harap tidak akan pernah gagal untuk menguatkan kita. Kita dapat datang kepada Allah semesta alam sebagai seorang anak yang dikasihi dan berkata kepada-Nya, “Bapa, aku punya kebutuhan, dan aku membutuhkan pertolongan-Mu” – dan Allah yang menciptakan setiap bintang dan menopang setiap atom tidak hanya siap untuk menolong, tetapi juga berkenan untuk mendengarkan. Mengapa? Karena Dia adalah Bapa kita dan Dia sangat senang menghabiskan waktu bersama kita. Kita dapat datang kepada Allah seperti anak kecil datang kepada papanya. Satu hal yang saya perhatikan tentang anak kecil adalah mereka tidak malu untuk berbicara kepada orang tua mereka. Ketika mereka ingin berbicara dengan orang tua mereka, mereka tidak berpikir, “Aku ga yakin apakah ini waktu yang tepat untuk berbicara dengan papa mama. Aku ga yakin apakah mereka punya waktu untukku.” Mereka tidak berpikir demikian. Meskipun banyak orang tua yang berharap anaknya berpikir demikian. Anak kecil tidak peduli dengan semua itu. Jika mereka ingin berbicara dengan orang tua mereka, mereka akan menerobos masuk, tidak peduli apakah orang tua mereka sedang berbicara dengan Presiden. Mereka selalu berasumsi bahwa orang tua mereka memiliki waktu untuk mereka karena mereka mengasihi mereka.
Dan hal yang sama juga berlaku untuk orang tua. Para orang tua, anda pasti memahami hal ini. Membesarkan anak kecil adalah hal yang sangat sulit. Saya mendengar “terrible two” adalah masa-masa terburuk yang mengerikan. Anda berharap anak-anak anda tidak akan berlari dari satu ruangan ke ruangan lain untuk menghancurkan semua yang ada di sekitar mereka. Anda berharap anak-anak anda tidak akan menangis histeris setiap kali mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan jika anak-anak anda berada di masa itu, anda berharap masa itu akan segera berlalu. Tetapi inilah yang saya ketahui tentang anda. Sesulit apapun masa yang sedang anda hadapi saat ini, anda sangat menyayangi anak-anak anda. Ya, anda berharap bahwa mereka akan segera keluar dari masa ini, tetapi anda tidak pernah berpikir, “Aku benar-benar tidak menyukai anakku. Tuhan, boleh minta tuker anak atau refund?” Tidak. Anda mengasihi anak-anak anda. Dan jika anda yang tidak sempurna dapat mengasihi anak-anak anda yang sukar, apalagi Bapa surgawi kita? Ditengah keberantakan dan sukarnya kita saat ini, Tuhan mengasihi kita dengan kasih Bapa-Nya yang sempurna. Tuhan tidak mengasihi versi kita yang lebih baik di masa depan. Dia tidak mengasihi versi kita yang lebih dewasa dan lebih mendekati kesempurnaan. Dia mengasihi kita di mana kita berada saat ini.
Namun, tahukah anda mengapa sangat sulit bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan dengan cara ini? Karena sering kali, kita tidak menganggap Tuhan sebagai Bapa kita; kita menganggap Tuhan sebagai bos kita. Bagaimana kita berhubungan dengan seorang bos? Kita mungkin memiliki hubungan yang baik dengan bos kita, tetapi pada akhirnya, kualitas hubungan itu bergantung pada performa kita. Kita mungkin BFF dengan bos kita, tetapi jika kita tidak bekerja dengan baik, jika kita gagal melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, maka pada akhirnya bos kita harus memecat kita. Mengapa? Karena hubungan tersebut didasarkan pada performa. Tetapi bagaimana dengan hubungan antara seorang ayah dan anak-anaknya? Seorang ayah yang baik juga peduli akan performa seperti seorang bos. Seorang ayah yang tidak peduli dengan performa anak-anaknya bukanlah ayah yang baik. “Nak, tidak masalah bagi papi jika kamu mendapat nilai F di rapor sekolah. Tidak masalah jika kamu menggigit semua orang di kelasmu. Performa kamu tidak penting bagi papi.” Itu bukan ayah yang penyayang; itu ayah yang kejam. Seorang ayah yang baik ingin anak-anaknya berprestasi. Bedanya, jika anak-anaknya gagal, jika anak-anaknya benar-benar hancur, seorang ayah yang baik tidak akan memecat anak-anaknya. Seorang ayah yang baik tetap berkomitmen tanpa syarat kepada anak-anaknya yang gagal. Mengapa? Karena hubungan itu tidak didasarkan pada performa tetapi pada kasih karunia. Hubungan itu tidak bersyarat.
Dan Yesus mengatakan bahwa itulah jenis hubungan yang kita miliki dengan Tuhan. Tuhan bukanlah Bos kita; Dia adalah Bapa kita. Hubungan kita dengan Tuhan tidak didasarkan pada performa tetapi pada kasih karunia. Mengetahui dan bersukacita dalam kebapaan Tuhan adalah mesin dari doa. Ketika kita memahami hal ini, doa bukanlah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi; doa adalah sebuah undangan untuk menemukan kelegaan di dalam Bapa surgawi yang penuh kasih. Saya suka dengan apa yang dikatakan oleh J.D. Greear. “Orang-orang Kristen berdoa dengan kesadaran akan Tuhan sebagai Bapa mereka, yang telah mengenal mereka, mengasihi mereka, dan mengetahui apa yang mereka butuhkan. Dorongan utama mereka dalam berdoa bukanlah untuk memberi tahu Tuhan tentang kebutuhan dalam hidup mereka yang telah dilupakan-Nya, atau untuk menjilat-Nya, tetapi untuk menghabiskan waktu bersama-Nya.” Gereja Tuhan, apakah kita tahu dengan siapa kita berbicara ketika kita berdoa?
Sebelum kita lanjut ke poin berikutnya, izinkan saya untuk mengakui sebuah kenyataan yang berat. Saya tahu bahwa bagi sebagian orang, kata ‘bapa’ tidak menimbulkan ingatan yang baik. Kenyataannya adalah anda mungkin tidak memiliki ayah yang baik. Ayah anda mengabaikan anda. Dia menelantarkan anda, menyiksa anda, dan terus-menerus mengkritik anda. Jika itu anda, dengarkan saya. Saya sangat sedih atas apa yang ayah anda lakukan pada anda. Apa yang dia lakukan adalah salah, dan itu seharusnya tidak pernah terjadi. Anda berhak untuk marah kepada ayah anda. Tetapi izinkan saya mengajukan pertanyaan. Tahukah anda mengapa anda marah kepada dia? Karena jauh di dalam hati anda, anda merindukan seorang ayah yang baik. Dan kerinduan itu mengarahkan anda kepada satu-satunya Bapa yang sempurna di dunia. Jadi, inilah yang saya anjurkan untuk anda lakukan. Daripada melihat Bapa surgawi melalui kacamata bapa duniawi anda, balikkan urutannya. Lihatlah bapa duniawi anda melalui kacamata Bapa surgawi. Mungkin ayah anda tidak peduli. Mungkin dia menyakiti anda. Tetapi peran ayah yang sesungguhnya bukan seperti itu. Bapa surgawi anda sangat senang dengan anda. Dia tidak pernah berhenti memikirkan anda. Dia tahu semua kebutuhan anda bahkan sebelum anda memintanya. Dan Dia menunggu anda dengan tangan terbuka, siap untuk mendengarkan anda. Jadi, jangan biarkan kegagalan bapa di bumi menghentikan anda untuk datang kepada Bapa di surga. Sebaliknya, rangkullah kasih Bapa surgawi dan biarkan kasih-Nya menyembuhkan kegagalan bapa duniawi anda.
Prioritas dalam doa
Matius 6:9-10 – Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.
Sebelum kita melihat isi dari doa ini, saya ingin kita memperhatikan struktur dari doa ini. Setelah kita mengerti kepada siapa kita berdoa, selanjutnya ada 6 permohonan. Yesus mengajar kita untuk meminta Tuhan melakukan sesuatu. Dan permohonan-permohonan ini dapat dibagi menjadi dua rangkaian. Rangkaian pertama dari tiga permohonan berfokus pada kemuliaan Tuhan – nama Tuhan, kerajaan Tuhan, dan kehendak Tuhan. Dan rangkaian kedua dari tiga permohonan berfokus pada kebutuhan kita – penyediaan, pengampunan, dan perlindungan. Namun, perhatikan rangkaian mana yang lebih dulu. Ini penting. Inilah perbedaan antara doa yang berpusat pada Tuhan dan doa yang berpusat pada diri sendiri. Yesus berkata, “Apabila kamu berdoa, sebelum kamu berdoa kepada Tuhan tentang kebutuhanmu, berdoalah kepada Tuhan tentang Tuhan.”
Ada tiga hal yang harus kita doakan tentang kemuliaan Tuhan. Pertama, agar nama Tuhan dikuduskan. Dalam konteks ini, kata dikuduskan berarti agar nama Tuhan dihormati sebagai yang terindah dan yang paling layak. Ketika kita berkata, “Dikuduskanlah nama-Mu,” kita mengatakan kepada Tuhan dan mengingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan lebih baik daripada apa pun, termasuk segala sesuatu yang akan kita minta kepada-Nya nanti. Kita mengakui bahwa kemuliaan nama Tuhan adalah tujuan dari segala sesuatu. Dengan kata lain, kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku bukanlah pusat dari hidupku; Engkaulah pusat hidupku.” Kevin DeYoung mengatakannya seperti ini. “Mengucapkan doa ini berarti meminta agar Tuhan melakukan mukjizat di dalam hati kita, di dalam tindakan kita, dan di dalam dunia kita, agar nama-Nya dimuliakan. Doa ini menyatakan dengan jelas kepada Tuhan keinginan utama kita: untuk memuji Dia dan ingin agar semua orang memuji-Nya. Ini adalah keinginan agar seluruh dunia melihat Dia sebagaimana adanya Dia.” Ini adalah permintaan yang membentuk setiap permintaan lainnya. “Dikuduskanlah nama-Mu” adalah cara untuk mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa nama Tuhanlah, bukan nama kita, yang ingin kita muliakan. Permintaan kedua adalah agar kerajaan Tuhan datang, dan permintaan ketiga adalah agar kehendak Tuhan terjadi. Dengan kata lain, doa bukanlah tentang meminta Tuhan untuk membantu kita dengan agenda kita, tetapi meminta Dia untuk mengizinkan kita membantu agenda-Nya. Kita tidak datang kepada Tuhan untuk meminta Dia menolong kita membangun kerajaan pasir kita sendiri, tetapi kita datang kepada Tuhan untuk meminta Dia membangun kerajaan-Nya yang kekal melalui kita. Doa pertama-tama dan terutama adalah tentang Tuhan.
Dan mari saya beritahu anda, hal ini berlawanan dengan intuisi. Ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita ingin mengatakan kepada-Nya segala sesuatu yang kita ingin Dia lakukan untuk kita. Dan itu tidak salah. Ada waktu untuk itu. Tetapi perhatikan baik-baik. Kalau kita tidak memulai doa kita dengan mengingatkan diri kita sendiri tentang siapa Tuhan, kita tidak akan meminta dengan benar. Permohonan kita akan dipenuhi dengan nama kita, kerajaan kita, dan kehendak kita, dan bukan nama Tuhan, kerajaan Tuhan, dan kehendak Tuhan. Dan bukankah itu adalah sumber dari semua masalah kita? Masalah utama kita dalam hidup adalah bahwa kita berusaha membuat dunia berputar di sekitar kita dan bukan di sekitar Tuhan. Saya berikan sebuah contoh. Katakanlah kita khawatir dengan hidup kita dan kita berdoa tentang hal itu. Kita berkata, “Tuhan, aku takut. Aku khawatir. Aku memiliki harapan ini dan aku takut ini tidak akan berjalan seperti yang aku inginkan. Tuhan, bisakah Engkau mewujudkannya? Dapatkah Engkau mengubah situasi menjadi menguntungkan bagiku? Ini harus terjadi atau hidupku akan hancur.” Tahukah anda apa yang sedang kita lakukan? Kita menempatkan diri kita pada posisi Tuhan. Kita berkata, “Datanglah kerajaanku, jadilah kehendakku.” Tetapi itulah sumber masalah kita yang sebenarnya. Tahukah anda mengapa kita khawatir? Karena kita yakin kita tahu persis bagaimana segala sesuatunya harus berjalan. Tetapi benarkah demikian? Tentu saja tidak. Tetapi kita pikir kita tahu karena kita menempatkan diri kita di tempat Tuhan. Mengapa kita marah kepada orang-orang yang mengganggu kita? Karena kita pikir kita tahu persis apa yang pantas mereka terima atas apa yang mereka lakukan kepada kita. Alasan utama kita tidak bahagia adalah karena kita lupa bahwa kita bukan Tuhan, dan kita merasa kita harus menjadi penyelamat bagi diri kita sendiri.
Saya berikan contoh lain. Ketika seorang anak berusia 4 tahun berkata kepada ayahnya yang berusia 40 tahun bahwa ia ingin menyetir mobil dan sang ayah berkata tidak, sang ayah bersikap baik dan penuh kasih. Ayahnya berkata, “Nak, kamu tidak boleh menyetir mobil ini karena kamu tidak bisa mengendalikannya dan itu akan membunuhmu. Akan tiba saatnya kamu bisa menyetir mobil papa. Tetapi bukan sekarang.” Tentu saja, setiap kali anak berusia 4 tahun mendengar sang ayah menunda atau menolak permintaannya, ia berkata, “Papa, aku tahu bahwa papa menginginkan yang terbaik untukku. Aku mungkin tidak memahaminya, tapi aku percaya pada papa.” Tentu saja tidak. Tahukah anda apa yang akan dilakukan anak itu? Dia akan mengamuk. Kenapa? Karena dia pikir dia tahu lebih baik daripada ayahnya. Anda tahu apa itu kekhawatiran? Kekhawatiran adalah kita, seorang anak rohani berusia 4 tahun yang berpikir bahwa kita tahu persis bagaimana seharusnya hidup kita berjalan dan Tuhan tidak akan melakukannya dengan baik. Inilah masalah kita. Kita tidak bahagia karena kita lupa bahwa Tuhan adalah Bapa kita, yang berarti kita adalah seorang anak. Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada kita bahwa sebelum kita datang kepada Tuhan dengan permintaan kita, kita harus mengingat siapa Tuhan itu terlebih dahulu. Ketika kita mengingat siapa Tuhan, kita tidak akan mudah kewalahan dengan kebutuhan kita. Doa yang benar adalah tindakan menyerahkan kendali. Kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Engkau tahu, dan aku percaya kepada-Mu.” Itulah sebabnya hal pertama yang harus kita lakukan dalam doa adalah berbicara kepada Tuhan tentang Tuhan. Hanya ketika kita melihat Tuhan sebagaimana Dia dan diri kita sendiri sebagaimana kita, barulah kita siap untuk meminta dengan benar.
Kebutuhan akan doa
Matius 6:11-15 – Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Ada tiga hal yang Yesus katakan untuk kita minta. Pertama, makanan secukupnya, atau bahasa Inggrisnya, “daily bread.” Apa yang terlintas dalam pikiran kita saat memikirkan roti? Bagi kebanyakan dari kita, itu adalah kalori. Tetapi bagi orang Yahudi, itu berbeda. Ketika mereka berpikir tentang roti sehari-hari, mereka berpikir tentang penghidupan sehari-hari. Apakah anda ingat manna di padang gurun? Setelah bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, mereka melakukan perjalanan melalui padang gurun. Dan tidak ada McDonald’s atau KFC di padang gurun. Setiap pagi ketika mereka bangun tidur, akan ada roti di tanah, yang mereka sebut manna. Tuhan akan mengirimkan manna setiap hari dan setiap orang harus mengumpulkan manna secukupnya setiap hari. Mereka tidak boleh menyimpan manna untuk hari berikutnya. Jika mereka melakukannya, Tuhan akan membuatnya membusuk dan menjadi cacing. Mengapa? Karena Tuhan ingin umat-Nya mempercayai Dia untuk mendapatkan penghidupan dari hari ke hari. Inilah yang dimaksud dengan makanan secukupnya.
Dengan cara yang sama, Tuhan ingin kita mempercayai Dia setiap hari untuk menyediakan apa yang kita butuhkan untuk melakukan kehendak-Nya pada hari itu. Bukan untuk besok, bukan untuk minggu depan, tetapi untuk hari itu. Kita harus mempercayai Tuhan untuk menyediakan kebutuhan kita setiap hari. Jadi, makanan secukupnya adalah apa pun yang kita butuhkan untuk melakukan apa yang Tuhan telah panggil untuk kita lakukan. Dan Tuhan ingin kita membawa kebutuhan kita kepada-Nya setiap hari. Jika kita membutuhkan hikmat untuk membesarkan anak-anak kita, Tuhan akan menyediakan hikmat dari hari ke hari. Jika kita membutuhkan bimbingan untuk membuat keputusan yang tepat, Tuhan akan memberikan bimbingan dari hari ke hari. Jika kita membutuhkan kasih karunia untuk bertahan dalam suatu hubungan, Tuhan akan memberikan kasih karunia dari hari ke hari. Apa pun yang kita butuhkan untuk melakukan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, Dia akan menyediakannya. Kita harus datang kepada-Nya setiap hari dan meminta Dia memberikan apa yang kita butuhkan untuk hari itu.
Hal kedua yang harus kita minta adalah pengampunan. Kita harus meminta Tuhan untuk mengampuni dosa-dosa kita sebagaimana kita juga mengampuni kesalahan orang lain. Dan Yesus lanjut mengatakan bahwa jika kita tidak mengampuni orang lain, Bapa surgawi juga tidak akan mengampuni kita. Ini adalah peringatan keras dari Yesus. Ingat bahwa Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak berbicara kepada orang asing. Dia sedang berbicara kepada orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen adalah mereka yang telah menerima pengampunan dari Tuhan. Dan mereka yang telah diampuni oleh Tuhan harus mengampuni orang lain. Perhatikan. Ada hubungan yang tidak dapat diputuskan antara pengampunan Tuhan bagi kita dan pengampunan kita terhadap orang lain. Jika kita berkata bahwa kita telah menerima pengampunan dari Tuhan, tetapi kita tidak dapat mengampuni orang lain, ada sesuatu yang salah. Izinkan saya mengatakannya dengan cara lain. Kesulitan kita untuk mengampuni orang lain mencerminkan kesulitan kita untuk menerima pengampunan dari Tuhan. Jika kita tidak dapat mengampuni orang lain, itu menunjukkan bahwa kita belum diampuni oleh Tuhan. Tidak ada orang Kristen yang tidak bisa mengampuni. Jika kita memiliki pengampunan Tuhan di dalam diri kita, pengampunan akan mengalir keluar dari diri kita. Jika kita tidak mengampuni orang lain, maka jelaslah bahwa kita belum diampuni oleh Tuhan. Pengampunan tidaklah mudah, tetapi pengampunan menjadi mungkin karena pengampunan yang telah kita terima.
Hal ketiga yang harus kita minta adalah perlindungan dari yang jahat. Ini adalah kebenaran yang merendahkan hati. Jika kita dibiarkan sendiri, kita akan menjauh dari Tuhan. Semakin lama saya menjadi seorang Kristen, semakin saya menyadari, “Prone to wander, Lord, I feel it, prone to leave the God I love.” Saya dapat dengan mudah menyerah pada godaan. Saya dapat dengan mudah memilih untuk mengikuti jalan saya sendiri daripada jalan Tuhan. Saya dapat dengan mudah mengatakan ya kepada kedagingan saya dan mengatakan tidak kepada Roh Kudus. Adakah saudara yang tahu apa yang saya maksudkan? Itulah sebabnya Yesus memerintahkan kita untuk berdoa kepada Tuhan untuk melepaskan kita dari yang jahat. Ini adalah doa orang yang lemah kepada Tuhan yang kuat. Ini adalah doa yang meminta Tuhan untuk mengaruniakan kepada kita untuk berjalan dalam kekudusan. Pada saat kita berpikir bahwa kita cukup kuat untuk menghadapi pencobaan sendirian, kita sudah kalah. Musuh kita terlalu kuat bagi kita, tetapi Tuhan terlalu kuat bagi musuh kita. Kita harus mencari pertolongan Tuhan untuk melepaskan kita dari yang jahat setiap hari.
Mari kita jadikan satu. Yesus mengajarkan kita untuk meminta penyediaan, pengampunan, dan pertolongan. Dengan kata lain, apa yang Tuhan inginkan dari kita adalah ketergantungan yang rendah hati kepada-Nya setiap hari. Dan sekali lagi, hal ini berlawanan dengan intuisi. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, tetapi seiring bertambahnya usia, semakin sulit bagi saya untuk meminta bantuan. Saya pikir semakin saya dewasa berarti saya semakin mandiri dan semakin tidak bergantung pada orang lain. Tetapi itu bukanlah kedewasaan Kristen. Kedewasaan Kristen bukan berarti semakin tidak bergantung pada Tuhan, tetapi semakin bergantung pada Tuhan. Orang Kristen adalah Benjamin Button rohani. Anda tahu Benjamin Button? Dia lahir sebagai orang dewasa dan dia menjadi semakin muda seiring bertambahnya usia. Kita harus menjadi semakin seperti anak kecil dan bergantung pada Tuhan saat kita bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan. Inilah doa Bapa kami.
Saya tutup dengan ini. Pertanyaanya adalah, bagaimana kita bisa menghidupi doa Bapa kami? Doa Bapa kami adalah model doa yang Yesus berikan kepada kita. Tetapi ini bukan hanya model yang Yesus berikan kepada kita, tetapi ini juga merupakan model yang menggambarkan kehidupan Yesus. Coba pikirkan. Yesus tidak pernah mementingkan kemuliaan-Nya sendiri. Hidupnya adalah tentang memuliakan nama Tuhan. Dia memprioritaskan kerajaan Tuhan, dan Dia melakukan kehendak Tuhan di bumi. Dia mengandalkan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sesibuk apa pun dia, dia selalu meluangkan waktu untuk menyendiri dan berdoa. Dia mengandalkan Roh Tuhan untuk membimbing dan menuntunnya. Satu-satunya hal yang tidak dapat Yesus katakan dalam doa ini adalah, “ampunilah kami dari kesalahan kami” karena dia tidak punya kesalahan. Yesus adalah Anak Allah yang tidak berdosa. Dan setiap kali dia berdoa, Tuhan selalu menjawabnya. Kecuali di taman Getsemani. Pada malam sebelum penyaliban, Yesus berdoa kepada Allah Bapa tiga kali. “Bapa, jika mungkin, aku tidak ingin pergi ke kayu salib. Tetapi bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi.” Ini sungguh menakjubkan.
Jadi, Yesus berkata, “Jadilah kehendak-Mu” dan dia mati di kayu salib. Mengapa? Karena itulah harga yang harus Yesus bayar agar kita dapat memanggil Tuhan sebagai Bapa kita. Satu-satunya cara agar kita dapat berdoa adalah dengan memiliki Tuhan sebagai Bapa kita. Tetapi harga yang harus dibayar untuk menjadikan kita anak-anak Allah yang dikasihi adalah kematian Anak Allah yang sangat dikasihi. Yesus harus membayar harga dosa-dosa kita. Dia harus menanggung murka Allah. Itulah satu-satunya cara agar Tuhan dapat mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Kita menjadi anak-anak Allah bukan karena kita berdoa dengan cara yang benar, tetapi karena apa yang Yesus telah lakukan. Di dalam Yesus, tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat Tuhan semakin mengasihi kita, dan tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat Tuhan semakin tidak mengasihi kita. Semua hukuman yang layak kita terima ditimpakan kepada Yesus, dan status Yesus yang istimewa sebagai anak diberikan kepada kita. Sehingga hari ini, setiap kali kita berdoa kepada Tuhan, kita dapat yakin bahwa Dia mendengar kita. Dan jika kita melihat Yesus berdoa doa Bapa kami di akhir hidupnya untuk kita, hal itu memampukan kita untuk masuk ke dalam doa Bapa kami dan mengubahkan hati kita. Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What struck you the most from this sermon?
- Look at the two ways of prayer we must avoid. Which one is more of your struggle and why?
- Explain the relationship between praying for God’s glory and our needs.
- Why do you think it’s very hard for you to relate to God as your perfect heavenly Father? How does the gospel speak to this fundamental problem?
- Spend time to pray the Lord’s prayer together. Begin praying by acknowledging who God is, then pray for the specific individual needs of each MC member.
Sorry, the comment form is closed at this time.