02 May Hidup intim dengan Tuhan
MAZMUR 25:1-22: Dari Daud.
1. Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku;
2. Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku.
3. Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya.
4. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
5. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.
6. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.
7. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.
8. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
9. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.
10. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.
11. Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.
12. Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.
13. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.
14. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.
15. Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring.
16. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas.
17. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!
18. Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku.
19. Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam.
20. Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu.
21. Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.
22. Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya!
Dalam mazmur ini masing-masing ayat ini juga berhubungan dengan bimbingan.
Jadi kita dapat dengan tepat mengatakan bahwa mazmur ini adalah buku pelajaran sekolah tentang bagaimana hidup untuk berjalan bersama Tuhan, dan menyenangkan hati Tuhan serta diberkati oleh-Nya.
Percaya atau BERIMAN sampai Akhir
Karena Mazmur 25 bukanlah mazmur yang sangat dramatis atau bermuatan emosi, melainkan sebuah mazmur yang ditulis oleh orang yang sudah matang dan sudah dewasa dalam iman, sehingga mazmur ini menyajikan temanya dengan cara yang mudah diidentifikasi oleh kebanyakan dari kita.
Kita bisa melihatnya dari titik awal.
Titik masuk atau pintu dari mazmur ini adalah rasa malu, sebuah kata yang muncul tiga kali dalam ayat pembuka (sekali di ayat 2 dan dua kali di ayat 3). Karena kata itu juga muncul di ayat 20, di dekat ayat akhir mazmur 25 ini, jadi penekanan pada perasaan malu memberikan konteks atau latar belakang dari apa yang dimaksudkan oleh mazmur ini.
Untuk memahami apa yang Daud bicarakan, kita harus menyadari bahwa Alkitab menggunakan kata malu disini adalah secara berbeda dari yang biasa kita gunakan.
Faktanya, penggunaan utama kata malu secara alkitabiah bahkan tidak ada di sebagian besar kamus Alkitab kita.
Ketika kita berbicara tentang malu, yang kita maksudkan biasanya adalah merasa malu atau merasa bodoh.
Kamus Webster mendefinisikan rasa malu sebagai berikut: Sebuah perasaan emosi yang menyakitkan yang dihasilkan oleh kesadaran akan rasa bersalah, aib, atau dipermalukan.
Tentu saja, kita juga diperingatkan oleh Alkitab agar kita tidak malu untuk mengakui Tuhan; karena kita semua sering merasa malu untuk mengakui Yesus atau Injil, meskipun sebenarnya kita layak harus malu dan menang pantas untuk dipermalukan karena perbuatan kita yang tidak berdasarkan Injil Tuhan Yesus.
Namun ini bukanlah ide utama alkitabiah yang berhubungan dengan rasa malu, seperti yang saya katakan.
Ide alkitabiah yang unik dan spesifik untuk perasaan malu didalam mazmur ini adalah karena kita dikecewakan atau direndahkan atau pada waktu kita memiliki kepercayaan pada sesuatu yang kita yakini kebenaranya tetapi pada akhirnya terbukti tidak layak untuk kita percayai.
Ada beberapa tempat di Alkitab yang menyebutkan di mana makna penting ini tidak bisa salah lagi.
Dalam Roma 5: 5 Paulus menulis tentang ‘Harapan, yang mengatakan, seperti yang ditulis dalam Alkitab Versi King James yang sudah tua, “harapan tidak akan mendapat malu.”
Romans 5:5 (KJV)
And hope maketh not ashamed; because the love of God is shed abroad in our hearts by the Holy Ghost which is given unto us.
Ini berarti bahwa Harapan orang-orang Kristen tidak akan pernah dianggap sebuah ilusi. Harapan kita Itu tidak akan pernah terungkap sebagai kesia-siaan.
Menyadari arti ini, New International Version telah mengubah terjemahan King James menjadi, “harapan tidak akan mengecewakan kami. ”
Romans 5:5 (NIV)
And hope does not put us to shame, because God’s love has been poured out into our hearts through the Holy Spirit, who has been given to us.
Ayat lain yang berbicara tentang malu dan diperlukan adalah,
Yesaya 49:23:
Maka raja-raja akan menjadi pengasuhmu dan permaisuri-permaisuri mereka menjadi inangmu. Mereka akan sujud kepadamu dengan mukanya sampai ke tanah dan akan menjilat debu kakimu. Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu.“
Paulus juga mengatakan di kitab
Roma 10:11
Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”
Ayat-ayat ini semua berarti bahwa mereka yang mempertaruhkan segalanya pada Tuhan tidak akan ditinggalkan dan tidak akan pernah dicampakkan oleh Tuhan sampai pada akhirnya.
Inilah cara Daud menggunakan arti rasa malu dalam mazmur ini. Tetapi mengapa harus ada pemikiran bahwa dia ditinggalkan oleh Tuhan, terutama jika dia menulis sebagai orang percaya yang dewasa, seperti yang telah saya katakan diatas?
Ada dua alasan, dan disinilah mazmur 25 ini memunculkan persoalan malu ini di mana kita dapat dengan mudah memahaminya.
Pertama, Daud dikelilingi oleh musuh.
Dia menyebutkannya secara eksplisit dalam ayat 2 dan 19 ( “Jangan … biarkan musuhku menang atasku, ” dan“Lihat bagaimana musuhku semangkin bertambah”). Daud menunjukan bahwa ancaman yang dialaminya makin bertambah banyak dari berbagai penjuru dan (“hanya Dia [Tuhan] yang akan melepaskan kakiku dari jerat, ” ay 15).
Kedua, Daud sadar akan dosa-dosanya, terutama dosa masa mudanya, yang dia minta agar Tuhan lupakan (ayat 7).
“Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN”.
Daud berbicara tentang ini sebagai “kesalahan” dalam ayat 11, “Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu”.
Dan kemudian dari pada itu, Daud juga mengatakan bahwa dosa nya menjadi bertambah banyak (“segala dosaku ” ) di ayat 18, “Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku”.
Sangat mudah untuk mengidentifikasi dengan dua masalah ini, terutama ketika kita bertambah tua dan menjadi lebih mengenal diri kita sendiri daripada yang kita lakukan ketika kita masih muda.
Ketika kita masih muda kita menganggap diri kita hampir bisa melakukan semua hal.
Kita tidak takut pada siapa pun, dan kita tidak menyadari dosa-dosa yang kita sudah lakukan atau yang sekarang ini kita tahu dosa-dosa yang dapat kita lakukan.
Setelah mejadj lebih dewasa dan tua, sekarang kita tahu bahwa kita memiliki musuh yang tangguh dan kuat yang tidak mungkin bisa kita hindari.
Dunia adalah musuh kita.
Dunia ini sangat bertentangan dengan setiap hal yang baik dan saleh.
Iblis adalah musuh kita.
Alkitab memberi tahu kita bahwa iblis adalah “seorang pembunuh sejak awal ” (Yohanes 8:44), dan bahwa dia “berkeliaran seperti singa yang mengaum mencari seseorang untuk diterkam ”.
(1 Petrus 5: 8).
Kemudian, seolah-olah itu belum cukup, kita memiliki musuh di dalam, bahkan kodrat berdosa kita sendiri bersama dengan ingatan akan dosa yang telah kita lakukan.
Bagaimana jika musuh kita terbukti terlalu kuat untuk kita? Bagaimana jika mereka berhasil menarik kita ke level mereka atau menyebabkan kita meninggalkan kepercayaan kita sebelumnya kepada Tuhan? Atau bagaimana jika Tuhan, mengingat dosa masa lalu kita, dan pada akhirnya Tuhan tidak mau menyelamatkan dan membantu kita?
Pernahkah anda merasa seperti itu? Jika memang benar begitu, maka pada akhirnya kita akan dipermalukan.
Kita akan ditinggalkan.
Daud tahu itu tidak akan pernah terjadi, bagaimanapun, karena ini adalah sebuah mazmur yang bukan tentang kesedihan tetapi tentang kepercayaan yang matang pada Tuhan dan bisa jadi pedoman dan inspirasi untuk orang lain juga.
Sejak awal Daud sudah membuat pernyataan bahwa dia tidak akan dipermalukan (“Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya”. Ay 3)
Musuh nya yang melakukan pengkhianatankah yang akan dipermalukan sebagai gantinya.
Tetapi ada sisi lain dari keyakinan ini, yang sangat berharga bagi kita, dan itu adalah ketika Daud terus tetap berpegang teguh kepada Tuhan sampai akhir – maka dia pasti mendapatkan pelajaran berharga tentang pribadi Tuhan sehingga dia akan dimampukan untuk berjalan dalam jalan Tuhan dan selalu menjadi orang yang berintegritas dan jujur (ayat 21):
Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.
Dengan kata lain, meskipun benar bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan kita, tidak akan meninggalkan kita, atau mencampakan kita, tetapi kebenaran dan ketekunan yang diberkati ini bukanlah sesuatu yang bekerja dengan sendirinya secara otomatis atau mekanis. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang membutuhkan pembelajaran yang bertanggung jawab, kepatuhan, kesetiaan, kepercayaan, dan penghormatan yang mendalam di pihak kita.
Ayat 4 dan 5 menunjukkan bahwa yang dibutuhkan adalah mengetahui kebenaran, yaitu kebenaran yang ditemukan di dalam Alkitab, dan dengan demikian juga mengetahui jalan yang harus kita tempuh jika kita ingin menyenangkan Tuhan dan hidup dipelihara oleh Tuhan.
Ini adalah masalah yang sangat praktis. Ini bukanlah pertanyaan tentang ide-ide abstrak tetapi tentang ketaatan yang sejati.
Salah satu komentator kontemporer yang paling membantu untuk mengerti tentang buku mazmur adalah PC Craigie, yang mengajar di Universitas Calgary, Alberta, sampai kematian nya yang masih muda pada tahun 1985.
Dia membuat poin ini dengan membandingkan Mazmur 25 dengan mazmur pembukaan yang terkenal dari Mazmur pasal 1.
Dia menulis,
Doa didalam Mazmur 25 melengkapi hikmat Mazmur 1.
Mazmur 1: 1-3:
- Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
- tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
- Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Yang terakhir, Daud disini menetapkan perbandingan dua jenis keadaan manusia, yaitu orang benar dan orang fasik atau jahat yang tidak mengenal Tuhan.
Namun jika diambil hikmat yang dengan cara tersendiri dan tidak memihak dari Mazmur 1, hal itu bisa menyesatkan; mungkin dianggap menyiratkan bahwa esensi kehidupan hanyalah memilih jalan yang benar – dan begitu pilihan dibuat, semuanya akan baik-baik saja.
Tetapi dalam Mazmur 25 … doanya adalah doa orang yang telah membuat pilihan [disajikan dalam Mazmur 1] dan berjalan di jalan orang benar; tetapi kebijaksanaan yang tidak memihak telah diubah menjadi permohonan yang penuh gairah, karena jalan yang benar bukanlah jalan yang mudah untuk dilalui. Jakan Itu dikelilingi dengan musuh yang tidak menginginkan pemazmur menjadi lebih baik, bahkan mereka sangat ingin membuat pemazmur menjadi malu; dan pemazmur yang sedang menjalani kehidupan menjadi pengembara yang berjalan di jalan yang diliputi oleh keraguan internal, saat pemazmur mengingat perjalanan yang sebelumnya dan juga dari pengalamannya serta dosa-dosa sebelumnya.
Inti dari jalan orang benar adalah: sebuah perjalanan yang terlalu sulit untuk dilakukan jika tanpa penyertaan dan persahabatan yang erat dengan Tuhan.
Bagaimana, kemudian, pemazmur sampai pada keyakinannya yang teguh bahwa Tuhan akan mengajarinya dan menuntunnya dengan tepat di jalan yang benar ini?
Jawabannya adalah bahwa Firman Tuhan yang seperti ini sedang mengajarinya untuk melakukan sesuatu, karena Firman itu mengajarinya tentang karakter Tuhan.
Inilah hal-hal yang Daud pelajari tentang kepribadian Tuhan saat dia memikirkan pewahyuan yang sudah Tuhan berikan di Mazmur 25:
1. Tuhan itu setia, karena “Tidak ada orang yang berharap padaMu akan dipermalukan ” (ayat 3).
2. Tuhan mempunyai karakter kebenaran, karena jalan-Nya adalah jalan kebenaran.
4. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
5. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. (Ayat 4-5.)
3. Tuhan adalah Juruselamatnya.
5. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. (ayat 5).
4. Tuhan itu penyayang dan penuh kasih karunia sejak “dari dulu ”.
6. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. (ayat 6).
5. Tuhan itu baik dan benar.
8. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
(ayat 8).
6. Sekali lagi, Tuhan itu penuh kasih setia dan kebenaran dalam segala cara-Nya.
10. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya. (ayat 10).
7. Tuhan itu penuh pengampunan.
11. Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu. (ayat 11).
8. Tuhan terbuka dan ingin bergaul akrab dengan umat-Nya dan dengan bebas memercayai mereka.
14. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. (ayat 14).
9. Tuhan itu pemurah dan maha pengampun.
16. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas.
17. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!
18. Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku. (ayat 16-18).
10. Tuhan sangat berkuasa untuk menyelamatkan umat-Nya; karena Dia adalah satu- satu nya tempat untuk berlindung
15. Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring.
20. Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu. (ayat 15, 20).
Bagaimana kita Menerima pimpinan Tuhan yang penuh berkat dan menjadi pribadi yang intim dengan Tuhan ?
Ada beberapa yang perlu kita pahami tentang mazmur ini.
Selain hal Ini bisa menghadirkan sebuah masalah; tetapi hal itu juga memberikan solusi; kebebaran yang terdapat di mazmur 25 juga mengungkapkan keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan solusi yang kita dibutuhkan.
Tapi, akhirnya, menunjukkan sikap hati yang memungkinkan pemazmur menerima berkat dan pribadi Tuhan yang dinantikan.
Sikap ini memiliki beberapa bagian.
Mari kita lihat bagian-bagian nya dengan sepenuh hati:
1. Kerendahan hati (ay 9).
Dakam ayat 8 mengatakan bahwa Tuhan akan mengajar orang-orang berdosa di jalan-jalan Nya karena dia baik dan adil. Tetapi itu menyiratkan bahwa orang-orang berdosa mengetahui diri mereka sendiri sebagai orang berdosa dan bahwa mereka datang ke hadapan Allah dengan rendah hati, seperti yang dijelaskan ayat berikutnya:
“Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati”.
(Mazmur 25:9)
Tidak ada janji di dalam Alkitab bahwa Tuhan akan mengajarkan pikiran yang sombong atau arogan.
Sebaliknya, “Allah menentang orang yang sombong tetapi memberikan kasih karunia kepada yang rendah hati ”
YAKOBUS 4:6:
Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”
2. Ketaatan
MAZMUR 25:10:
Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.
Alasan mengapa banyak dari kita tidak belajar banyak tentang Tuhan atau bagaimana kita bisa mengetahui cara-caranya Tuhan adalah karena kita tidak siap untuk mematuhinya ketika Dia membuat jalannya jelas.
Kita ingin tahu bagaimana caranya sebelum kita mematuhinya; artinya, kita ingin membiarkan pilihan untuk dosa tetap terbuka.
Daud memberi tahu kita bahwa ini tidak akan berhasil, karena:
“jalan TUHAN yang penuh kasih dan setia bagi mereka yang menuruti tuntutan perjanjian-Nya”. (ayat 10).
Kita harus berkomitmen untuk taat terlebih dahulu sebelum Tuhan mengungkapkan jalan-jalan-Nya yang penuh kasih dan setia kepada kita.
3. Penghormatan.
Beberapa dari kita berlaku kurang ajar dalam mendekati Tuhan, lebih atau kurang kita sering menganggapnya sebagai teman surgawi, daripada sebagai Tuhan yang agung, suci, dan luar biasa dia sebenarnya.
Menang Tuhan sangat ingin menjadi sahabat dengan kita, tapi kita harus tetap memandang Dia dengan penuh hormat dan penghargaan yang tinggi.
Ayat 12 dan 14 mengingatkan kita bahwa rasa hormat diperlukan jika kita ingin mengenal Dia:
“Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya”. (12)
Dan ayat 14 berkata:
TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.
4. Harapan.
Akhirnya, Tuhan menginginkan semangat yang penuh kepercayaan dan pengharapan, karena, seperti yang dikatakan Daud di ayat 15,
“Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring”.
Daud memberi tahu kita bahwa jika kita ingin diajar dan dipimpin oleh Tuhan, kita harus membiasakan diri untuk memandang Tuhan secara terus menerus.
Masing-masing karakteristik ini perlu kita miliki dan praktikkan. Pada kenyataannya, ini adalah sebuat catatan yang penting di mana mazmur 25 ini berakhir.
Anda akan ingat mazmur ini bahwa ayat terakhir tidak sesuai dengan ayat pembukanya. Mazmur 25 ini dimulai dengan doa pribadi raja Daud, namun yang sangat mencolok, di akhir mazmur ini tiba-tiba merujuk ke Israel, hal Ini bukan sebuah kebetulan maupun kesalahan.
Sebaliknya, hal itu memiliki efek memperluas apa yang ditujukan oleh mazmur 25 ini, bagian penutupnya mencakup seluruh Israel dan karena itu juga sangat busa mencakup kita.
22. Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya!
Kebebaran Ini adalah sebuah undangan yang serius bagi kita untuk memasukkan nama kita sendiri ke dalam kalimat terakhir.
Jika kita mau datang kepada Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa sama seperti saat Daud datang kepadanya, maka kita bisa berkata dengan penuh harap, “Tebuslah aku, ya Tuhan, dari semua kesusahanku! ” Dan kita tahu bahwa Dia akan menjawab kita dengan pasti.
Saat Belas Kasihan dan Keadilan Bertemu
Kedua unsur belas kasihan dan keadilan ini layak mendapat perhatian khusus, karena mereka disatukan secara sangat jelas dalam ayat 8.
8. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Unsur-unsur dalam ayat diatas “kebaikan ” dan“kebenaran” atau, seperti yang akan kita katakan secara lebih alami,“belas kasihan ” dan“keadilan.”
Ini adalah kombinasi yang signifikan, karena tanpa pewahyuan khusus di bidang ini kita tidak dapat melihat bagaimana Tuhan bisa menjadi baik dan lurus atau adil pada saat yang sama, setidaknya bagi kita.
Kita dapat memahami bagaimana Tuhan bisa menjadi baik atau penuh belas kasihan dan karena itu Dia ingin menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Itulah sebabnya kita bisa dengan berani untuk datang menghampirinya setiap waktu.
Tapi bagaimana Tuhan menjadi baik dan sekaligus menjadi adil pada saat yang bersamaan DIa bisa melakukanya?
Bukankah keadilan mengharuskan dia mengutuk kita atas berbagai pelanggaran kita?
Satu-satunya jawaban yang memadai untuk dilema ini adalah Yesus Kristus, yang telah memuaskan keadilan Allah dengan menanggung hukuman atas semua dosa kita dan menggantikan tempat kita untuk mati di kayu salib.
Kematiannya memuaskan keadilan Tuhan Sang Bapa Sorgawi sepenuhnya, perbuatan Yesus itu memungkinkan Sang Bapa Sorgawi untuk melupakan dan menghapus semua dosa-dosa kita dan dengan demikian Dia menjangkau kita untuk menyelamatkan kita dengan anugerah Nya.
Dalam komentarnya tentang mazmur 25 Harry Ironside menceritakan tentang mengunjungi seorang Kristen yang sangat tua.
Pria itu berusia sekitar sembilan puluh tahun, dan dia telah menjalani kehidupan yang saleh. Namun, di hari-hari terakhirnya dia memanggil Ironside karena, seperti yang dia ungkapkan,
“Segalanya tampak begitu gelap. ”
“Apa maksudmu ? ”tanya Ironside.
“Anda telah mengenal Tuhan selama hampir tujuh puluh tahun. Anda telah hidup untuk Tuhan dalam waktu yang sangat lama. Anda telah membantu banyak orang lain menjadi pengikut Kristus”.
“Terserah….apa pun pendapatmu, tetapi sekarang aku merasa sangat gelap. Lalu Pria tua itu melanjutkan: “Dalam masa sakit saya, karena saya terbaring di sini dengan sangat lemah, ingatan saya terus mengungkit dosa masa muda saya, dan saya tidak bisa menyingkirkannya dari pikiran saya. Mereka terus mengerumuni saya, dan saya tidak dapat berhenti memikirkan mereka. Mereka membuatku merasa sengsara dan celaka. ”
Ironside membuka mazmur 25 ini dan membaca ayat di mana Daud berdoa,
MAZMUR 25: 7:
Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.
Setelah dia membaca mazmur ini, dan inilah kata-kata yang Iron Side ucapkan, “Ketika anda datang kepada Tuhan tujuh puluh tahun yang lalu anda mengakui dosa anda dan menaruh iman kepercayaan anda kepada Yesus Kristus. Apakah Anda ingat apa yang terjadi kemudian? ”
Pria tua itu tidak ingat.
Ironside berkata,“Tidakkah anda ingat bahwa ketika anda mengakui dosa-dosa anda, Tuhan berkata, ‘Dosa dan kedurhakaanmu tidak akan kuingat lagi.’ Jika Tuhan telah melupakan mereka, mengapa anda harus memikirkannya? ”
Pria itu dengan santai dan menjawab, “Saya orang tua yang bodoh, saya mengingat apa yang telah Tuhan lupakan. ”
Dia menemukan kedamaian karena dia telah diingatjan kembali tentang sifat Tuhan dan tentang Jalan-jalanya Tuhan.
Mazmur 103:10-13:
- Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
- tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;
- sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.
- Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Amin.
Sorry, the comment form is closed at this time.