17 Sep Injil sejati dan Injil palsu
Galatia 1:3-10
Anugerah menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepadamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, sekarang kukatakan sekali lagi: Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. Jadi bagaimana sekarang: Apakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Ataukah kucoba menyenangkan manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba menyenangkan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
Kitab Galatia adalah tentang Injil. Galatia adalah sebuah surat tentang Injil, menguraikan Injil, mengartikulasikan Injil, menaburkan Injil, dan ditujukan bukan untuk orang-orang non-Kristen melainkan untuk orang-orang Kristen. Banyak orang yang salah mengasumsikan bahwa Injil adalah untuk orang non-Kristen dan Kristen bayi. Mereka berkata, “Injil itu baik. Tetapi Injil itu seperti susu Kekristenan. Susu itu baik, tetapi kemudian kita harus beralih ke daging.” Tetapi apakah itu benar? Tidak sama sekali. Perhatikan. Injil adalah susu, daging, makanan pembuka, makanan utama, makanan penutup, Injil adalah segalanya dalam kehidupan Kekristenan. Tidak peduli apakah kita sudah menjadi orang Kristen selama lima menit, lima minggu, lima bulan, atau lima dekade, yang kita butuhkan adalah Injil. Apa pun masalah kita, jawabannya adalah Injil. Dan kitab Galatia adalah tentang Injil. Galatia adalah kitab yang Tuhan pakai untuk mengubah kehidupan banyak tokoh besar Kekristenan di sepanjang sejarah. Mereka mengira mereka mengerti Injil. Tetapi sewaktu mereka mempelajari kitab Galatia, mereka menyadari bahwa mereka belum benar-benar mengerti Injil. Dan kitab Galatia merubah hidup mereka. Inilah doa saya saya bagi gereja ini. Ada banyak dari anda yang tahu tentang Injil. Anda sering mendengarkan saya berbicara tentang Injil. Tetapi anda belum pernah mengalami ledakan kuasa Injil dalam hidup anda. Doa saya adalah anda bukan hanya tahu tentang Injil tetapi juga mengalami kuasa Injil yang mengubah hidup.
Sebagai gereja, kita perlu mengerti Injil dengan benar. Karena jika kita salah memahami Injil, kita akan salah dalam memahami segala sesuatu tentang Kekristenan. Injil adalah satu hal yang tidak boleh salah dimengerti oleh setiap orang Kristen. Permasalahannya adalah Injil adalah satu hal yang banyak orang Kristen salah mengerti. Saya sering mendengar banyak orang Kristen berkata, “Doktrin tidak penting. Teologi tidak penting. Yang penting adalah bagaimana kita hidup.” Pernahkah anda mendengar perkataan ini sebelumnya? Saya sangat tidak setuju dengan perkataan ini. Karena Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dapat hidup dengan benar tanpa pengetahuan yang benar. Cara kita hidup diatur oleh kebenaran yang kita percayai. Kita tidak mungkin dapat menjalani kehidupan Kekristenan yang benar tanpa mengetahui doktrin Kekristenan yang benar. Katakanlah Deb dan Sally mengikuti audisi untuk sebuah drama musikal. Mereka berdua sangat terlatih, dan keduanya ditolak. Deb pulang ke rumah dengan sangat marah, dan Sally pulang ke rumah dengan depresi. Apa yang terjadi? Mereka mengalami penolakan yang sama, tetapi mengapa respons mereka sangat berbeda? Perbedaannya ada pada yang mereka percayai. Deb marah karena dia berkata pada dirinya sendiri, “Aku tidak percaya mereka menolak aku. Aku sangat berbakat dan cantik, tetapi mereka tidak dapat melihatnya. Suatu hari nanti, aku akan membuat mereka menyesali keputusan mereka. Aku akan membuat mereka berharap bahwa aku adalah bagian dari mereka, dan aku akan mentertawakan mereka.” Tetapi Sally berbeda. Sally berkata pada dirinya sendiri, “Aku ditolak. Aku tidak cukup baik. Aku orang yang gagal. Aku pasti jelek dan tidak berbakat. Tidak ada yang menginginkan aku.” Apa yang menyebabkan Deb dan Sally memiliki tanggapan yang berbeda? Bukan keadaan mereka, tetapi kepercayaan mereka. Apa yang kita percayai menentukan tindakan dan respons kita. Mengetahui doktrin Kekristenan yang benar sangatlah penting. Saudara mengikuti saya?
Jadi, apa itu Injil? Kata Injil berarti kabar baik. Dan dalam surat Roma, Paulus mengatakan bahwa Injil, kabar baik tersebut, adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa Injil bukan sekadar informasi intelektual. Injil bukan hanya sekumpulan doktrin. Paulus mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah. Ia tidak mengatakan bahwa Injil memberikan akses kepada kekuatan Allah. Melainkan Injil atau kabar baik itu sendiri adalah kekuatan Allah. Mengerti Injil berarti mengalami kekuatan Allah yang mengubah hidup. Jadi, jika kita ingin mengalami kekuatan Allah, kita harus memahami Injil dengan benar. Dan lebih dari kitab-kitab lain dalam Alkitab, Galatia menekankan bahwa kita belum memahami Injil. Galatia memberi tahu kita bahwa ketika kita berpikir kita sudah mengetahui Injil, itu hanya menunjukkan bahwa kita belum tahu. Karena ketika kita berpikir kita sudah mengetahui Injil, kita beralih ke hal-hal lain. Tetapi itu hanya membuktikan bahwa kita tidak mengetahui Injil. Karena mereka yang mengetahui Injil tahu bahwa kita tidak akan pernah meninggalkan Injil. Tugas kita adalah untuk bertumbuh di dalam Injil. Jadi, inilah ironi Injil. Jika kita berkata, “Aku paham Injil,” itu berarti kita tidak mengetahui Injil. Tetapi jika kita berkata, “Aku baru mulai memahami Injil,” maka kita mengetahui Injil. Masalah dengan jemaat di Galatia adalah mereka berpikir bahwa mereka sudah mengetahui Injil dan mereka beralih ke hal-hal lain selain Injil. Dan Paulus mengirimkan surat kepada mereka untuk menegur mereka.
Dalam khotbah ini, tujuan saya hanya satu. Saya ingin kita mengetahui dengan jelas apa itu Injil dan apa yang bukan Injil. Terkadang salah satu cara terbaik untuk mengetahui apa itu sesuatu adalah dengan mengetahui apa yang bukan. Dan mari saya beri tahu terlebih dahulu. Saya tidak memiliki poin aplikasi sama sekali untuk khotbah ini. Tetapi saya berani berkata bahwa khotbah ini adalah salah satu khotbah paling penting yang anda akan pernah dengar dari saya. Saya hanya memiliki dua poin untuk khotbah ini: Injil sejati dan Injil palsu. Mari kita masuk dalam firman Tuhan.
Injil sejati
Galatia 1:3-5 – Anugerah menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Kitab Galatia ditulis oleh rasul Paulus. Surat Galatia mungkin adalah surat pertama dalam Alkitab yang ditulis oleh Paulus. Dan ada tiga kebenaran yang dapat kita lihat tentang Injil dari ayat-ayat ini. Pertama, Yesus menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita. Kata ‘karena’ dalam bahasa Yunani adalah kata yang berarti ‘sebagai ganti.’ Jadi, Yesus tidak hanya mati untuk dosa-dosa kita, tetapi Yesus mati sebagai ganti dosa-dosa kita. Ada suatu penggantian yang terjadi. Yesus tidak hanya memberikan kita kesempatan kedua untuk memperbaiki hidup dan tetap benar di hadapan Allah. Faktanya adalah bahwa kita tidak berdaya dan tidak memiliki harapan. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan diri kita. Kita tidak layak menerima apapun kecuali hukuman dari Allah untuk dosa-dosa kita. Tetapi Yesus telah melakukan semua yang harusnya kita lakukan namun kita tidak dapat lakukan. Dan jika kematian Yesus telah membayar dosa-dosa kita, kita tidak akan pernah jatuh kembali ke dalam hukuman. Mengapa? Karena itu berarti Allah akan menerima dua pembayaran untuk dosa yang sama, dan itu tidak adil. Yesus telah melakukan semua yang seharusnya kita lakukan, sehingga ketika dia menjadi Juruselamat kita, kita benar-benar bebas dari hukuman.
J.D. Greear menjelaskannya seperti ini. Ini seperti mengikuti ujian akhir yang bernilai 100% dari nilai kelas anda dan anda tidak belajar sama sekali karena anda terlalu sibuk menonton Netflix. Ketika anda membaca soal ujian, anda tahu anda pasti tidak lulus. Namun yang duduk di sebelah anda adalah murid sempurna yang selalu mendapat nilai 100 dalam ujian. Tepat sebelum anda harus menyerahkan hasil ujian anda, dia mengambil lembar jawaban anda yang kosong dan menuliskan namanya di atasnya. Dan dia memberikan lembar jawabannya yang sempurna dengan nama anda di atasnya. Jadi, anda mendapatkan nilai sempurna sementara dia gagal dalam ujian. Inilah Injil. Injil bukan sekadar Allah mengampuni dosa-dosa kita, Injil adalah Allah menjadi dosa-dosa kita sehingga kita menjadi orang benar. Dan kita tidak berkontribusi apa pun untuk nilai sempurna kita. Yang kita bawa ke meja ujian hanyalah kegagalan kita, dosa-dosa kita. Inilah satu-satunya pertukaran yang Yesus lakukan dengan kita. Dosa-dosa kita untuk kebenaran-Nya. Hanya itu. Tidak ada yang lain. Dan pada saat kita melakukan pertukaran ini, kita menjadi orang yang benar sepenuhnya. Kita tidak menjadi seperempat benar atau setengah benar. Kita 100% benar karena Yesus 100% benar. Oleh karena itu, kasih Allah kepada kita tidak akan pernah pudar. Allah mengasihi kita hari ini sama seperti Dia mengasihi kita satu triliun tahun dari sekarang ketika kita sudah sempurna. Hari ini, dalam semua kelemahan dan kekurangan kita, Allah mengasihi kita sama seperti Dia mengasihi kita ketika kita sudah tidak memiliki cacat dan cela.
Kedua, Yesus melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini. Ini sangat penting. Yesus tidak membantu kita. Yesus melepaskan kita. Ia menyelamatkan kita. Kita bukanlah orang-orang yang membutuhkan bantuan. Kita adalah orang-orang yang butuh diselamatkan. Saya jelaskan seperti ini. Injil bukanlah kita lemah secara rohani dan membutuhkan Yesus untuk memberikan kita penguat rohani. Injil adalah kita tidak berdaya secara rohani dan membutuhkan Yesus untuk menyelamatkan kita. Dan dia melakukannya. Inilah yang membedakan Kekristenan dari agama-agama lain. Pendiri setiap agama lain adalah seorang guru yang mengajarkan jalan keselamatan. Kekristenan berbeda. Yesus adalah seorang guru, tetapi dia lebih dari sekadar guru. Yesus adalah Juruselamat. Anda bisa lihat perbedaannya? Jika kita melihat seseorang tenggelam di dalam air dan berteriak, “Tolong! Tolong! Tolong!…” kita tidak akan memberikan orang itu buku panduan tentang cara berenang. Itu tidak akan berguna. Kita harus terjun ke dalam air dan menyelamatkan dia. Kekristenan mengatakan bahwa Yesus tidak datang untuk mengajari kita cara berenang, tetapi untuk menyelamatkan kita dari tenggelam dengan cara menceburkan dirinya ke dalam air. Yesus memberikan dirinya bagi dosa-dosa kita untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini.
Namun itu bukan berarti kita tidak lagi hidup di dunia yang berdosa. Tetapi itu berarti bahwa Yesus telah membebaskan kita dari perbudakan dosa. Kita masih hidup di dunia yang jahat ini, tetapi kesetiaan kita bukan lagi kepada dunia ini. Kita adalah milik raja yang lain dan warga negara kerajaan yang lain. Kita hidup di dunia yang sekarang ini dengan kuasa kerajaan Allah. Jadi, sewaktu kita bergumul dengan dosa hari ini, dengarkan kabar baik Injil: Dosa tidak lagi berkuasa atas kita. Yesus telah membebaskan kita dari perbudakan dosa. Oleh karena itu, sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Yesus. Kita telah diampuni sepenuhnya dari segala dosa kita. Dan di sinilah kita menemukan kekuatan untuk berkata tidak terhadap dosa. Yang kita butuhkan untuk bebas dari dosa bukanlah disiplin yang lebih besar dan tekad yang lebih kuat. Yang kita butuhkan adalah kembali kepada salib Kristus dan menemukan kebebasan dari dosa dan penghukuman.
Ketiga, Injil adalah menurut kehendak Allah. Injil bukanlah rekayasa manusia. Coba pikirkan. Siapa yang dapat memikirkan isi Injil? Bahwa Allah pencipta langit dan bumi datang dan mencari orang-orang berdosa dan menggantikan diri-Nya bagi orang-orang berdosa sehingga orang-orang berdosa dapat menjadi benar dan memerintah bersama Allah untuk selama-lamanya. Hanya Allah yang dapat memikirkan isi Injil. Dan Paulus sangat jelas di sini. Allah adalah sumber dari Injil. Segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Keselamatan kita telah direncanakan oleh Allah dari kekekalan masa lalu sebelum kita melakukan sesuatu yang baik ataupun buruk. Allahlah yang merencanakan dan melaksanakan Injil dengan sempurna. Dan apa peran kita dalam semua ini? Tidak ada. Allahlah yang melakukan semua pekerjaan keselamatan. Kita hanyalah penerima kasih karunia. Dan kasih karunia diberikan secara cuma-cuma menurut kehendak Allah. Kita tidak dapat menjadi layak untuk menerima kasih karunia. Kita hanya dapat menerima kasih karunia secara cuma-cuma. Satu-satunya kualifikasi yang harus kita miliki untuk menjadi umat Kristus adalah mengakui bahwa kita tidak memiliki kualifikasi. Sampai kita mengakui bahwa kita tidak memiliki kualifikasi, kita tidak memenuhi kualifikasi. Injil bukanlah tentang apa yang kita lakukan untuk Allah, tetapi tentang apa yang Allah di dalam Yesus telah lakukan untuk kita.
Kebenaran ini adalah detak jantung Kekristenan yang merendahkan kesombongan manusia. Mari kita jujur. Kita senang menjadi penyelamat bagi diri kita sendiri. Hati kita senang membawa kemuliaan bagi diri kita sendiri. Tetapi Injil mengatakan bahwa kita berada dalam kondisi yang tanpa harapan sehingga kita membutuhkan penyelamatan yang tidak ada hubungannya dengan kita sama sekali. Dan kemudian dikatakan bahwa Allah di dalam Yesus menyediakan keselamatan tersebut. Itulah sebabnya hanya Allah saja yang mendapat kemuliaan selama-lamanya. Jika kita berkontribusi dalam keselamatan kita, meskipun hanya sedikit, kita dapat menepuk punggung kita untuk peran yang kita mainkan dalam keselamatan kita. Tetapi kita tidak bisa melakukan itu. Keselamatan adalah perbuatan Allah dari awal hingga akhir. Maka hanya Allah saja yang layak menerima segala kemuliaan untuk selama-lamanya. Timothy Keller mendefinisikan Injil dengan sangat indah. “Injil adalah ini: Kita lebih berdosa dan cacat dalam diri kita sendiri daripada yang kita percayai, namun pada saat yang sama kita lebih dikasihi dan diterima di dalam Yesus Kristus daripada yang kita harapkan.” Inilah Injil.
Injil palsu
Galatia 1:6-7 – Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Setiap komentari yang saya baca menyoroti pentingnya apa yang terjadi dalam bagian ini. Biasanya, setelah Paulus menuliskan salamnya, ia akan berdoa dan mengucap syukur kepada Allah untuk jemaat-jemaat tersebut. Kita menemukan ritme ini dalam semua surat Paulus kecuali surat Galatia. Mengapa? Karena Paulus marah. Paulus kesal. Apa yang terjadi? Paulus adalah sosok yang mendirikan jemaat-jemaat di Galatia. Paulus mengajarkan Injil kepada mereka. Tetapi tidak lama setelah Paulus pergi untuk melanjutkan perjalanan misinya, guru-guru lain dari Yerusalem datang ke Galatia dan mempertanyakan otoritas dan pengajaran Paulus. Mereka kira-kira berkata seperti ini. “Ya, Paulus memang guru yang baik. Dia mengajarkan Injil dan itu baik. Tetapi Injil Paulus tidak lengkap. Dia tidak menerima pengajarannya langsung dari Yesus. Namun, tahukah kalian siapa yang menerimanya langsung? Kedua belas rasul Yesus. Dan kami datang dari mereka. Kami ada di sini untuk mengajarkan kepada kalian apa yang kurang dalam pemahaman kalian tentang Injil. Injil itu baik, tetapi kalian membutuhkan lebih dari Injil untuk diselamatkan.” Dan ketika jemaat di gereja Galatia mendengar hal ini, mereka menerima pengajaran yang baru ini dan mengabaikan Injil yang diajarkan oleh Paulus. Paulus mendengar tentang apa yang terjadi dan dia menulis surat kepada mereka dengan marah.
Tetapi Paulus tidak sekadar meluapkan amarahnya. Ia tidak menulis surat yang ia sesali di kemudian hari. Itu anda dan saya. Berapa banyak dari anda yang pernah mengirim teks atau email yang anda sesali di kemudian hari? Itulah yang kita lakukan ketika kita marah. Puji Tuhan, WhatsApp mengerti permasalahan kita. “This message was deleted.” Pernah suatu kali seseorang marah kepada saya dan mengirim pesan yang panjang. Saya mengintip pesan tersebut dan melihat banyak kata-kata kasar di dalamnya. Tetapi saya tidak membukanya. Kemudian malamnya saya membuka pesan tersebut, dan pesan itu sudah dihapus. Jadi saya dengan polos bertanya, “Pesan apa yang kamu hapus?” Dan orang itu menjawab, “Oh aku tadi cuman minta rekomendasi buku dari kamu, tapi ga jadi.” Smooth. Tidak demikian halnya dengan Paulus. Paulus marah dan dia tidak menyesali apa yang dia tulis. Karena dia tidak membela dirinya sendiri tetapi membela Injil.
Paulus heran karena jemaat di Galatia dengan begitu cepat berbalik dari Injil Paulus. Kata berbalik adalah kata yang keras yang berarti merubah kesetiaan. Jadi, seperti ini. Saya adalah penggemar setia Manchester United. Saya menonton setiap pertandingan mereka. Tidak peduli apakah mereka bermain baik atau buruk, saya bersama mereka. Mereka adalah tim saya. Jika mereka menang, saya menang. Jika mereka kalah, saya kalah. Mereka memiliki kesetiaan saya. Tetapi katakanlah suatu hari saya datang ke gereja dengan memakai seragam Liverpool. Dan tidak hanya memakai seragam Liverpool tetapi saya berkhotbah dengan seragam Liverpool. Hanya ada dua kemungkinan. Entah saya telah kehilangan akal sehat dan berubah kesetiaan, atau saya kalah taruhan. Dan inilah mengapa Paulus heran dengan jemaat di Galatia. “Apa yang terjadi denganmu? Terakhir kali aku meninggalkanmu, kamu adalah penggemar setia Injil Kristus. Kamu telah memberikan kesetiaanmu kepada Yesus. Kamu menerima Injil. Kamu memakai seragam Injil Kristus. Tetapi, apa yang kamu pakai saat ini? Kamu memakai seragam “L”. L untuk Liverpool, law, licentiousness, legalisme, dan segala sesuatu yang salah. Apa yang kamu lakukan?”
Mari saya beri tahu apa yang terjadi. Jadi guru-guru yang datang dari Yerusalem mengajarkan bahwa Injil saja tidak cukup. Inilah yang mereka ajarkan. Kisah Para Rasul 15:1 – Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara seiman di situ, “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Paulus mengatakan bahwa apa yang mereka ajarkan bukanlah Injil. Hanya ada satu Injil dan itu adalah Injil yang Paulus ajarkan. Dan variasi dari Injil itu sama sekali bukan Injil. Itu adalah Injil palsu. Injil sejati mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita butuhkan untuk keselamatan telah dilakukan oleh Yesus. Sudah selesai. Yesus telah melakukan semua pekerjaan keselamatan dan yang perlu kita lakukan hanyalah menerima dengan iman. Tetapi Injil palsu mengatakan bahwa Injil saja tidak cukup. Dan izinkan saya memperjelas hal ini. Apa yang diajarkan oleh Injil palsu bukanlah untuk mengurangi sesuatu dari Injil, melainkan untuk menambah sesuatu kepada Injil. Injil palsu tidak berusaha untuk menghilangkan kebenaran dari Injil. Injil palsu berusaha untuk menambahkan kebenaran kepada Injil. Apa yang diajarkan Injil palsu adalah, “Ya, Injil itu luar biasa. Injil itu baik. Tetapi kamu juga membutuhkan hal-hal lain selain Injil untuk diselamatkan. Kamu harus disunat.” Mengapa sunat? Karena sunat adalah tanda lahiriah umat Allah dalam Perjanjian Lama. Sunat adalah simbol ketaatan pada hukum Musa. Dengan kata lain, Injil palsu mengatakan bahwa untuk bisa diselamatkan, kita membutuhkan injil, tetapi kita juga harus menaati perintah-perintah Allah. Kita perlu memiliki versi Injil yang sudah diperbarui. Ini seperti aplikasi di telfon kita. Setiap beberapa waktu, pencipta aplikasi akan melakukan pembaruan untuk memperbaiki bug dan pengkodean dari aplikasi. Para guru ini mengatakan bahwa kita perlu memperbarui Injil kita.
Jika saya dapat menaruhnya dalam sebuah rumus, Injil palsu terlihat seperti ini: “Keselamatan = Iman + Ketaatan.” Beberapa dari anda mungkin berpikir, “Tunggu Yos. Apa yang salah dengan rumus ini? Rumus ini terlihat sah-sah saja bagi aku.” Ada satu masalah besar dengan rumus ini. Pada saat kita menambahkan sesuatu pada karya Kristus yang sempurna, maka karya itu tidak lagi sempurna. Bahkan, hal itu menghancurkan karya Kristus yang sempurna. Galatia 2:21 – Aku tidak menolak anugerah Allah. Sebab sekiranya ada pembenaran melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus. Jika ada sesuatu yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan keselamatan kita, maka Kristus mati dengan sia-sia. Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa kita tidak perlu memperbarui Injil karena Allah telah melakukannya dengan sempurna dari pertama kalinya. Memperbarui Injil tidak membuat Injil menjadi lebih baik tetapi justru menghancurkan Injil.
Saya akan mengilustrasikannya untuk anda. Lihat gambar lukisan ini. Bagi anda yang menyukai seni, anda pasti tahu lukisan apa ini. Bagi anda yang tidak mengerti seni seperti saya, ini terlihat seperti lukisan yang digambar oleh keponakan saya ketika dia sedang bosan. Ini adalah salah satu mahakarya Picasso yang disebut “Les femmes d’Alger.” Ini adalah karya seni yang paling mahal. Lukisan ini terjual seharga USD 179,4 juta pada tahun 2015. Ini lukisan yang sangat amat mahal. Katakanlah lukisan ini menjadi milik saya. Saya menatap lukisan ini, dan setelah beberapa saat, saya berpikir bahwa saya dapat membuat lukisan ini terlihat lebih baik dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Saya bisa menambahkan beberapa goresan warna untuk membuat lukisan ini terlihat lebih hidup dari sebelumnya. Jadi, saya menambahkan beberapa goresan brilian saya pada mahakarya Picasso dan kemudian saya mencoba menjualnya di pelelangan. Pelukisnya sekarang bukan Picasso, melainkan Picayos, Picasso + Yosi. Menurut anda, berapa harga lukisan ini? Saya beruntung jika saya bisa menjualnya dengan harga $100. Mengapa? Karena dengan menambahkan beberapa goresan saya, dengan memperbarui lukisan ini, saya telah menghancurkan mahakarya Picasso. Inilah yang dikatakan Paulus. Jika kita menambahkan sedikit saja dari pekerjaan kita kepada pekerjaan Yesus yang sempurna, jika kita menerima bahkan hanya satu tambahan kecil pada Injil, maka kematian Kristus menjadi tidak berarti bagi kita. Jadi pilihannya, Yesus tidak ditambah apa pun sama dengan segalanya, atau Yesus ditambah apa pun akan menghancurkan segalanya.
Sekarang kembali ke Galatia 1:6-7 – Aku heran bahwa kamu begitu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa ketika kita berpaling dari Injil, kita tidak hanya berpaling dari seperangkat kepercayaan; kita juga meninggalkan Dia, seseorang. Perhatikan. Ketika kita berpaling kepada Injil yang berbeda, kita meninggalkan Allah. Berpaling dari Injil kasih karunia berarti menolak Allah yang penuh kasih karunia. Ini bukan masalah kecil. Paulus kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa guru-guru ini memutarbalikkan Injil Kristus. Dan itulah yang terjadi. Saya akan menunjukkan kepada anda perbedaan antara Injil sejati dan Injil palsu. Injil sejati adalah: “Iman = Keselamatan + Ketaatan.” Ini berarti bahwa ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, hasilnya adalah kita menerima keselamatan dan kita menghasilkan ketaatan dalam hidup kita. Oleh karena itu, ketaatan itu penting. Tetapi kita harus menempatkan ketaatan pada tempat yang benar. Ketaatan adalah buah dari iman kepada Yesus dan bukan syarat keselamatan. Dengan kata lain, kita diterima terlebih dahulu baru kita taat. Tetapi guru-guru ini membalikkan urutannya. Injil palsu adalah: “Keselamatan = Iman + Ketaatan.” Dapatkah anda melihat perbedaannya? Injil palsu mengatakan bahwa kita harus menaati Allah terlebih dahulu sebelum kita diterima oleh Allah.
Jadi, kita dapat mengatakan, “Aku telah menerima kasih karunia Allah dan karena itu aku taat kepada Allah,” atau kita dapat mengatakan, “Aku telah menaati Allah dan karena itu aku menerima kasih karunia Allah.” Perbedaannya terletak pada urutannya. Mana yang menjadi penyebab, dan mana yang menjadi akibat? Dan urutan adalah segalanya dalam Kekristenan. Memutarbalikkan Injil berarti mengubah urutannya. Dan ketika kita mengubah urutan, kita menolak Allah. Karena hanya di dalam Injil kita dapat memiliki hubungan kasih yang intim dengan Allah. Saya jelaskan. Jika kita percaya bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman saja, bahwa Allah semesta alam telah merendahkan diri-Nya dan menjadi manusia dan menjalani hidup yang sempurna dan mati dalam penderitaan di kayu salib untuk kita, bukan karena kita baik tetapi karena Dia mengasihi kita, itu adalah sebuah keindahan. Itu meluluhkan hati kita. Kita kemudian mengasihi Allah untuk Allah. Tetapi jika kita percaya bahwa Allah akan menyelamatkan kita selama kita cukup baik, dengan kata lain, Allah tidak mengasihi kita karena kita tetapi karena apa yang kita lakukan untuk Dia, kita tidak akan mengasihi Allah untuk Allah. Kita tidak menaati Allah karena kita mengasihi Dia tetapi untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya. Hubungan kita dengan Allah bersifat transaksional dan bukan hubungan kasih yang intim. Itulah sebabnya mengapa salah memahami Injil bukan hanya berarti salah memahami preposisi, tetapi juga menolak Allah. Dan saya percaya inilah masalah terbesar gereja. Masalah terbesar gereja bukanlah mereka yang berada di luar gereja yang menentang Injil, tetapi mereka yang berada di dalam gereja yang memutarbalikkan Injil. Perhatikan apa yang Paulus katakan selanjutnya.
Galatia 1:8-9 – Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepadamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, sekarang kukatakan sekali lagi: Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Ini adalah perkataan yang sangat keras. Paulus mengatakan bahwa jika ada orang yang memberitakan Injil yang berbeda dengan Injil yang diberitakan oleh Paulus, terkutuklah dia. Kata terkutuk adalah kata Yunani “anathema” yang berarti dikutuk oleh Allah dan dikhususkan untuk kebinasaan. Jadi, Paulus mengatakan, “Jika ada guru lain datang dan memberitakan Injil yang berbeda, terkutuklah dia. Jika salah satu dari dua belas rasul Yesus, Petrus, Yohanes, ataupun Yakobus datang dan memberitakan Injil yang berbeda, terkutuklah dia. Jika seorang malaikat datang dan memberitakan Injil yang berbeda…” Coba bayangkan. Bukan manusia yang datang melainkan malaikat dari surga. Apa yang akan anda lakukan jika seorang malaikat tiba-tiba muncul di gereja dan mengatakan bahwa Injil yang kita yakini itu salah? Paulus berkata, “Jika seorang malaikat dari surga datang dan memberitakan Injil yang berbeda, terkutuklah dia.”
Dan Paulus tidak berhenti sampai di situ. Paulus juga memasukkan dirinya sendiri di dalam daftar tersebut. Ia berkata, “Jika aku datang kepadamu dan mengatakan bahwa Injil yang aku beritakan tidak lengkap dan sekarang setelah bertahun-tahun belajar, aku memiliki Injil yang lebih baik dan lebih lengkap, Injil versi 2.0…” Dapatkah kita setuju bahwa adalah hal yang wajar jika seseorang merubah dan menambahkan sesuatu ke dalam pengajarannya? Contoh, saya pernah mengkhotbahkan ayat-ayat ini di tahun 2020. Tetapi saya mengubah setidaknya 25% dari konten khotbah itu untuk khotbah ini. Tetapi Paulus berkata, “Jika aku melakukan hal itu, jika aku datang kepadamu di masa depan dengan Injil yang telah diperbarui, jangan dengarkan aku. Terkutuklah aku.” Wow. Jemaat di Galatia pasti berpikir, “Paulus, itu adalah perkataan yang sangat keras. Apakah kamu sungguh-sungguh yakin dengan apa yang kamu tulis?” Dan Paulus tidak ingin mereka ragu bahwa ia sangat serius dengan apa yang ia tulis. Jadi ia mengulanginya lagi dalam ayat 9 untuk menegaskan perkataannya. “Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
Saya akan menaruhnya dalam konteks kita hari ini. Jika ada seseorang yang dapat membangkitkan orang dari kematian tetapi ia memberitakan Injil yang berbeda, jika ada seseorang yang dapat melakukan tanda-tanda mujizat tetapi ia memberitakan Injil yang berbeda, jika ada profesor teologi yang menulis buku yang terkenal tetapi ia memberitakan Injil yang berbeda, jika ada pendeta gereja besar yang memiliki puluhan ribu jemaat tetapi ia memberitakan Injil yang berbeda, jika ada pengkhotbah yang muncul di TV setiap hari tetapi ia memberitakan Injil yang berbeda, dan bahkan jika saya sebagai pendeta anda memberitakan Injil yang berbeda, terkutuklah kami. Jangan dengarkan kami. Perhatikan. Bukan pembawa pesan yang mengesahkan pesan Injil; melainkan pesan Injil yang mengesahkan pembawa pesan. Injil Paulus adalah satu-satunya Injil bukan karena Paulus yang memberitakannya, tetapi karena Injil Paulus adalah satu-satunya Injil yang diberikan oleh Kristus. Pernahkah anda bertemu dengan orang Kristen yang membedakan antara huruf merah dari perkataan Yesus dan bagian Alkitab lainnya? Mereka menganggap perkataan Yesus dalam Alkitab lebih kudus daripada bagian Alkitab lainnya. Mereka berkata, “Ya, aku tahu apa yang Paulus tulis dalam surat-suratnya, tetapi apa yang Yesus katakan? Lebih penting untuk mengetahui apa yang Yesus katakan daripada apa yang Paulus katakan. Paulus itu manusia, bukan Tuhan.” Pernahkah anda mendengar perkataan itu sebelumnya? Mereka menciptakan dikotomi yang seharusnya tidak ada. Perkataan Paulus adalah perkataan Yesus. Injil Paulus adalah satu-satunya Injil karena Injil Paulus adalah Injil Kristus.
Mengapa Paulus begitu menekankan pentingnya kita memiliki Injil yang benar? Ada dua alasan. Pertama, kemuliaan Kristus dipertaruhkan. Kita telah membahas hal ini sebelumnya. Pada saat kita merubah pesan Injil, kematian Kristus menjadi tidak berarti. Jika ada sesuatu yang dapat kita tambahkan, hilangkan, atau ubah dari karya Yesus yang sudah selesai dalam Injil, maka sia-sialah kematian Yesus. Kedua, keselamatan kita dipertaruhkan. Jika Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, maka memutarbalikkan Injil sama saja dengan menghilangkan kekuatan Allah untuk keselamatan kita. Martin Luther mengatakannya demikian. “Tidak ada jalan tengah antara kebenaran Kristen dan kebenaran perbuatan. Tidak ada alternatif lain bagi kebenaran Kristen selain kebenaran perbuatan; jika anda tidak membangun kepercayaan diri anda di atas karya Kristus, anda harus membangun kepercayaan diri anda di atas pekerjaan anda sendiri.” Mengubah Injil sedikit saja berarti menghilangkan seluruh Injil sehingga ajaran yang baru itu tidak dapat disebut sebagai Injil. Ada banyak hal di dalam gereja yang dapat kita lihat dengan cara pandang yang berbeda. Sebagai contoh, cara baptisan. Kita dapat tidak setuju dengan cara kita mempraktikkan baptisan dan ketidaksepakatan kita dapat membuat kita pergi ke gereja yang berbeda. Tetapi kita tetap saudara dan saudari di dalam Kristus. Namun dalam hal Injil, kita tidak bisa memiliki pandangan yang berbeda. Hanya ada satu Injil. Injil yang lain bukanlah Injil. Jika kita memutarbalikkan Injil, kita menghancurkan Kekristenan.
Contoh. Katakanlah saya memberikan kartu debit saya kepada anda. Anda dapat menggunakan semua uang di rekening bank saya dengan bebas. Jangan terlalu senang. Ini hanya sebuah ilustrasi. Jadi anda mengambil kartu debit saya dan saya memberi tahu anda PIN kartu debit saya adalah 1234. Namun anda berkata, “Aku ga suka PIN itu. Terlalu gampang. Aku lebih suka 1235. Jadi, aku akan menggunakan 1235.” Anda hanya mengubah satu angka saja. Dari angka 4 menjadi angka 5. Kemudian anda pergi belanja dengan kartu debit saya dan memasukkan 1235. Apa yang akan terjadi? Transaksi akan ditolak. Benar? Anda bisa memasukkan 1235 sesuka hati anda, tetapi anda tidak akan pernah mengakses uang saya dengan cara itu. Jika anda menginginkan uang saya, anda harus memasukkan 1234. Jika kita ingin mengalami kekuatan Allah yang menyelamatkan, kita tidak dapat merubah Injil. Satu-satunya akses ke dalam kuasa Injil adalah melalui iman kepada Kristus saja.
Paulus menyimpulkan dengan mengatakan, Galatia 1:10 – Jadi bagaimana sekarang: Apakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Ataukah kucoba menyenangkan manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba menyenangkan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Hidup Paulus akan jauh lebih mudah jika ia merubah Injil demi menjaga hubungan dengan orang lain. Tetapi Paulus tidak melakukan hal itu. Ia lebih memilih menyinggung perasaan orang lain demi Injil. Mengapa? Karena Paulus adalah hamba Kristus. Ia tidak berusaha untuk menyenangkan orang lain, tetapi yang ia ingin senangkan adalah Kristus. Dan itulah cara kita harus berpikir tentang Injil. Perhatikan. Setiap pagi ketika kita membuka mata, kita diberikan pilihan. Untuk siapakah kita akan hidup? Kita harus hidup untuk menyenangkan seseorang. Kita harus menjadi hamba dari seseorang. Siapakah itu? Apakah diri kita sendiri? Apakah orang lain? Ataukah Kristus? Inilah aturan praktisnya. Jika semua orang menyukai kita, kita tidak hidup bagi Kristus. Karena jika kita berusaha menyenangkan Kristus, akan ada orang yang tidak menyukai kita. Terkadang menyenangkan Kristus akan menyenangkan orang lain. Tetapi terkadang tidak dan itu akan menyakiti kita. Namun, kesenangan siapakah yang kita cari? Apakah kita berani untuk mengatakan bahwa hanya ada satu Injil? Atau apakah kita masih berusaha menyenangkan orang lain dengan menyimpan Injil untuk diri kita sendiri? Pertanyaannya bukan, apakah kita akan menyinggung perasaan orang lain? Kita pasti akan menyinggung perasaan orang lain. Pertanyaannya adalah, siapa yang akan kita singgung? Yesus? Atau orang-orang di sekitar kita? Jauh lebih mudah untuk menoleransi mereka yang memberitakan Injil yang palsu demi menjaga hubungan. Tetapi jika kita melakukan itu, kita tidak menyenangkan Kristus melainkan manusia. Tetapi kita adalah hamba-hamba Kristus, dan kita percaya bahwa Injil adalah satu-satunya kekuatan Allah yang menyelamatkan. Oleh karena itu, kita lebih baik kehilangan penerimaan orang-orang di sekitar kita daripada kehilangan kekuatan Allah yang menyelamatkan kita.
Namun, bagaimana kita dapat melakukannya? Bagaimana kita dapat bebas dari keinginan untuk diterima orang lain? Hanya ada satu cara: kita harus melihat keindahan Injil. Injil memberitahu kita bahwa kita sudah memiliki penerimaan yang penuh dan sempurna dari Allah. Allah sudah berkenan kepada kita, dan kita tidak perlu lagi mencarinya. Bagaimana? Karena apa yang Yesus telah lakukan bagi kita di kayu salib. Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi yang kepadanya Allah berkenan sepenuhnya. Tetapi di kayu salib, Yesus kehilangan perkenanan Allah. Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus dan Yesus mengalami penolakan yang terbesar. Mengapa Allah melakukannya? Karena Yesus mengambil apa yang layak kita terima dan membayarnya sepenuhnya. Yesus mengalami penolakan terbesar dari Allah sehingga ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita dapat mendengar Allah berkata kepada kita, “Kepadamu, Aku berkenan.” Dan jika kita telah memiliki perkenanan penuh dari Allah semesta alam, kita tidak perlu lagi mencari perkenanan manusia. Kita tidak perlu lagi menyenangkan manusia karena kita telah memiliki penerimaan, perhatian, dan kasih sayang Allah semesta alam. Dan sekarang kita menaati Allah bukan karena kita menginginkan kasih dan perkenanan Allah. Kita menaati Allah karena kita telah memiliki kasih dan perkenanan Allah, dan itu membuat kita ingin hidup dengan cara yang menyenangkan hati Allah. Inilah Injil. Pertanyaannya, sudahkah anda melihat keindahan Injil? Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What struck you the most from this sermon?
- Why did Paul defend his apostleship? What does it say about Paul’s gospel?
- Look at the three truths of the true gospel. Which one resonates the most with you and why?
- Explain why the counterfeit gospel is extremely appealing and dangerous at the same time.
- How does the gospel set us free from seeking other’s approval?
Sorry, the comment form is closed at this time.