27 Jun Jaminan untuk menikmati kesukaan abadi
YESAYA 55:1-13.
YESAYA 55:1:
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
Anugerah yang diberikan bagi kita oleh Tuhan Yesus bukanlah sebuah teori yang kosong, tapi sebuah pengalaman yang nyata. Dan Tuhan ingin kita menikmatinya dengan penuh kesenangan.
Undangan Tuhan yang luar biasa ini terlalu bagus untuk ditolak, bahkan terlalu mendesak untuk ditunda.
Yesaya 55:1 adalah denyut jantung Tuhan yang terletak begitu dekat di hati Tuhan, dan firman yang sama itu juga muncul kembali di buku bagian akhir Alkitab sebagai perkataan terakhir Tuhan untuk kita semua sampai Kristus datang kembali,
WAHYU 22:17:
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
FIRMAN TUHAN Ini adalah pesan yang Tuhan ingin setiap umat manusia didunia ini mendengarnya dengan baik.
Apa yang Dia katakan?
“Jangan hanya duduk diam di sana dan memikirkan hal ini, berteori, ragu-ragu, dan membuat alasan.
Tetapi Bangunlah. Datanglah ke sini. Aku memiliki berkat rohani yang sangat istimewa, yang sangat kaya, dan yang sudah disiapkan untuk kamu semua. Belilah — Ambilah dengan cuma-cuma karena sudah ada Orang Lain yang telah membayar lunas bagi kamu”.
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (Yohanes 6:35).
Dan Yesus juga menegaskan dalam,
Yohanes 7:37:
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
Di dalam Yesus Kristus ada tersedia kepuasan yang melimpah.
Semua pengalaman Kristen yang otentik berasal dari apa yang Dia sediakan dan berikan, bukan dari apa yang kita berikan. Tapi untuk sekedar mengetahui hal itu saja tidaklah cukup. Kita harus menceburkan diri dan menyelam ke dalam lautan anugerah Nya yang tak berujung itu.
Semua yang berdiri menjadi penghalang di antara kita dan Tuhan saat ini adalah ketidak percayaan kita sendiri yang membuat kita jadi cemberut.
Kita tidak harus menjadi layak untuk menerima berkat-Nya.
Kita tidak bisa mendapatkannya dengan usaha kira sendiri.
Bagaimana kita bisa membeli apa yang tidak untuk dijual?
Tetapi dengan anugerahnya Tuhan telah memberi tahu kita apa yang harus dilakukan: “Ayo datanglah…. ayo… datanglah… datanglah dengan segera…”
YESAYA 55: 2a:
Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?
Yesaya menekankan kepada kita:
“Vitalitas atau kekuatan yang tanpa batas bisa menjadi milik kita dengan tanpa biaya. Mengapa kita tidak lari ke sana? Mengapa? Mengapa kamu masih melakukan bayaran sebagai imbalan yang terus kamu korbankan untuk sistem duniawi ini? ”
Kita tidak punya alasan untuk menolak Tuhan, dan kita juga tidak punya alasan untuk berpegang teguh pada penyembahan berhala kita.
Apa pun yang bukan roti tidak dapat memuaskan rasa lapar kita tidak peduli seberapa mahal harganya atau seberapa keras kita berusaha untuk membuatnya bisa terjadi.
Dunia kita adalah pasar yang luas dari obat-obatan yang tidak memuaskan tetapi bisa menjadi sesuatu yang sangat mahal untuk dibandingkan dengan kerinduan dan kebutuhan kita yang hanya bisa dipuaskan oleh Tuhan. Tapi kita sesungguhnya bukan pembeli yang sangat cerdas.
Calvin dan Hobbes membahas ini di buku mereka. “Mendapatkan lebih baik daripada memiliki. Ketika Anda mendapatkan sesuatu, hal itu adalah sesuatu yang baru dan menarik. Ketika Anda memiliki sesuatu, Anda menerimanya begitu saja dan hal itu bisa menjadikan hal yang membosankan. ”
“ Tetapi semua yang baru Anda dapatkan yang awalnya menjadi kesukaan, selanjutnya akan berubah menjadi sesuatu yang Anda miliki dan lalu jadi membosankan”.
Kekecewaan dari cara berpikir yang seperti ini sebetulnya adalah akibat dari cara berpikir yang kita pilih sendiri yang bahkan bisa berbalik melawan Tuhan.
Kita berpikir Tuhan yang melawan kita.
Dalam A Grief Observed, CS Lewis mengungkapkan rasa berduka atas kehilangan istrinya dengan kata-kata ini:
Istriku adalah langit-langit untuk semua perasaan kegembiraan, kecerdasan dan semangatnya yang segar serta murni. Semua yang di lakukanya tidak ada yang sia-sia. Dia menyukai banyak hal dan dia menyukai pekerjaan serta menikmatinya lebih dari siapa pun yang saya kenal.
Rasa lapar yang mulia, dan yang sudah lama tidak terpuaskan, akhirnya bertemu dengan makanan yang layak, tetapi hampir seketika itu saja makanan yang layak itu direnggut. Nasib (atau apa pun itu) senang menghasilkan kapasitas yang besar dan kemudian menggagalkannya.
Seperti Beethoven menjadi tuli.
Menurut standar kami, sebuah lelucon kehidupan yang kejam; yang memberikan kesukaan sebentar saja lalu merebut kesukaan itu dan digantikan dengan kedukaan yang mendalam dan kejam.
Ketika kita menderita dan rasa mengasihani diri sendiri membumbung tinggi sehingga kita mengamuk pada Tuhan dan kita meringkuk pasrah pada kebohongan yang kita pikir paling menghibur, dalam keadaan buruk seperti itu lalu bagaimana kita bisa menemukan jalan untuk kembali?
Melihat melalui kacamata kekosongan hidup kita bukanlah suatu hal cukup.
Satu-satunya jalan kembali adalah dengan melihat kembali pada Sang Hamba Tuhan.
Kita membencinya dan menolaknya karena Dia menderita. Tapi sesungguhnya Dia menanggung kesedihan kita dan memikul kesengsaraan kita.
Tuhan menimpakan kepadanya kesalahan kita semua. Tapi Dia tidak membuka mulutnya untuk membantah kita atau melawan Tuhan. Bahkan, dia membiarkan ucapan para penghujatnya untuk diperhitungkan menjadi benar.
Melihat kembali kepada kepribadian Tuhan Yesus dapat menenangkan kebencian kita yang menjerit dan mengembalikan kewarasan pikiran kita.
Tuhan memanggil kita kembali kepada diri-Nya sendiri. Dia menjelaskan metaforanya tentang membeli dan menikmati makan yang sangat berharganya yang begitu nyata bagi kita.
“Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud”.
(Yesaya 55: 2b, 3)
Undangan pesta Tuhan yang megah dan sangat mewah bukan seperti dapur umum terbuka yang hanya menyediakan sup ayam yg encer dan biasa saja.
Dia menyajikan makanan yang sangat kaya dengan kelezatan yang terbaik di dunia.
Bagaimana kita bisa mencicipi kelezatannya?
Dengan mendengarkan Firman-Nya dengan tekun dan dengan sabar, dengan berpikiran terbuka, dengan hati-hati menyelidiki kebenaran-Nya dalam Injil, lalu merenungkanya secara berulang-ulang.
Melakukan yang seperti diatas adalah unsur penting untuk bisa menikmati kehidupan pesta nya Tuhan yang benar-benar hidup.
Yesus berkata, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yohanes 6:63).
Mengapa Injil punya kuasa yang bekerja untuk jadi sumber kemampuan yang memberi kehidupan?
Karena pada waktu kita bersemangat mendengarkan Firman Tuhan itu sama dengan kita datang kepadanya: “Sendengkan telingamu, dan datanglah padaku. ”
Untuk semua orang yang hatinya merespon dengan bersukacita dan melompat pada hak istimewa yang dari Tuhan, inilah yang Tuhan berikan: “… sebuah perjanjian yang abadi, kasihku yang teguh dan pasti untuk Daud”. Apa yang Dia katakan? Inilah janji
Tuhan kepada Daud (2 Samuel 7).
Raja Saul telah gagal; maka Allah menggantinya dengan Daud. Tetapi Tuhan berjanji kepada Daud bahwa dinastinya akan memerintah untuk selamanya.
Kegagalan manusia tidak dapat menghancurkan perjanjian dengan Tuhan; tetapi itulah kekuatan sebuah perhanjian yang diperhitungkan oleh Tuhan.
Bagaimana ini bisa menguntungkan kita?
Yesus Kristus adalah pewaris tahta kerajaan Daud dan Raja sejati kita, jika kita mau untuk hidup didalam nya maka kita akan memilikinya. Dan Allah berkomitmen untuk memberikan kemenangan kekal kepada takhta kerajaan Yesus. Bahkan kematian pun tidak dapat menghentikannya.
Kisah Para Rasul 13:34:
Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada Daud.
Dia tidak akan bisa gagal.
Dia menutupi dan menebus kegagalan umatnya.
Dan Tuhan tidak akan pernah mundur dalam pengaturan perjanjian yang kekal ini.
Dia menyebutnya “perjanjian abadi, kasih Ku yang tidak tergoyahkan dan pasti untuk Daud. ”
Suara dari Surga berkata tentang Yesus, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan ” (Matius 3:17).
Kasih Tuhan bagi kita orang-orang berdosa dijamin oleh kasih-Nya kepada Putra-Nya, yang mendapat persetujuan-Nya yang penuh dan kekal.
Mengapa Bapa sangat mengasihi Anak?
John Flavel, seorang pendeta Puritan, dengan bahasa Inggris kunonya, membantu kita membayangkan percakapan antara Bapa dan Putra di masa lampau:
Ayah: Anakku, di sini ada sekelompok jiwa-jiwa yang malang, yang telah benar-benar kehilangan jati diri mereka sendiri, dan sekarang mereka berhadapan dengan keadilanku. Keadilan akan menuntut kepuasan bagi hukum atau akan memuaskan dirinya sendiri dalam hukuman kehancuran abadi mereka. Apa yang harus dilakukan untuk jiwa-jiwa ini?
Putra: Ya Bapa, begitu besar cinta dan belas kasihanku kepada mereka, daripada mereka yang akan binasa selamanya, aku yang akan bertanggung jawab atas mereka, aku bertindak sebagai Penjamin mereka. Bawalah semua surat tagihanmu kepadaku, agar aku dapat melihat apa saja yang mereka berhutang kepadamu.
Ya Bapa, bawalah semua surat hutang mereka, agar tidak ada lagi perhitungan setelah ini.
Di dalam tangan saya Bapak bisa memperhitungkan semuanya.
Saya lebih suka memilih untuk menderita menerima murka-Mu daripada mereka harus yang harus menanggungnya. Atasku, Bapaku, bebankan semua hutang mereka atas tanggungan ku, ya semua hutang mereka.
Ayah: Tetapi Anakku, jika kamu berjanji untuk itu, kamu harus membayar semua tuntas sampai satu sen terakhir. Harapkan tidak ada diskon. Jika Aku mengampuni mereka, Aku tidak akan mengampuni kamu.
Anak: Baik sekali Ayah. Biarkan seperti itu. Bebankan semuanya padaku. Saya mampu membayarnya. Dan meskipun itu membuktikan semacam kehancuran bagi saya, meskipun itu memiskinkan semua kekayaan saya, mengosongkan semua harta saya, namun saya puas untuk melakukannya.
Keselamatan kita adalah lebih dari sebuah keputusan yang kita buat pada waktu kita bertobat. Keselamatan Itu mengalir dari perjanjian yang dibuat oleh Sang Bapa dan Sang Putra didalam kekekalan. Dan Bapa berkenan untuk menjaga perjanjian dengan Anak-Nya yang terkasih dengan menggambar kita ke dalam cinta abadi Tritunggal Ketuhanan.
YOHANES 17:24-26:
- Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
- Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
- dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
Dia mengarahkan perhatian kita menjauh dari diri kita sendiri ke sosok mesias yang sudah ditahbiskan untuk keselamatan kita:
YESAYA 55:4-5:
- Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
- sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
Kata “dia” di baris pertama merujuk kembali ke “Daud” dalam ayat 3, dan kata “engkau” di baris ketiga bukan pembaca tetapi “Daud” lagi.
Daud dalam sejarah kuno mewakili pemerintahan Allah kepada bangsa-bangsa dari tahtanya di Israel. Mereka harus berkumpul di sekelilingnya. Tetapi hanya Yesus Kristus, putra Daud, yang dapat memainkan peran sebagai Juru Selamat dunia.
Allah telah menetapkannya demikian
ROMA 1:1 – 5 :
- Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.
- Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,
- tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,
- dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
- Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
Fakta ayat 4 berimplikasi pada ayat 5. Dalam perkataan Yesaya “Sesungguhnya” untuk yang kedua kali menunjukkan kepada kita suatu kepastian kemenangan Tuhan melalui Yesus Kristus.
Nabi Yesaya melihat bangsa-bangsa, bahkan mereka yang berada di luar jangkauan dunia yang mereka bisa dikenal (seperti yang bisa kita katakan), dengan penuh semangat mereka berlari kepada Kristus.
Apa yang menarik mereka?
Kemuliaan Tuhan: “… Dia telah memuliakanmu. ”
Keindahan tertinggi diungkapkan melalui kelahiran, ajaran, mukjizat, kerendahan hati, otoritas, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan pemerintahan Yesus Kristus.
Bangsa-bangsa sebenarnya melihat keindahan ini seiring kemajuan perkembangan perkabaran Injil sekarang ini, dan Kristus akan menjadi satu-satunya penyebab yang akhirnya berhasil dalam sejarah manusia. Kejadian ini didukung oleh semua otoritas dan kehendak Tuhan, dan Itu adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat mendesak.
YESAYA 55:6-7:
- Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
- Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
Perjamuan besar dan megah dari anugerah Tuhan itu diberikan secara cuma-cuma dan tersedia makanan dan minuman yang sangat berlimpah, tetapi itu juga bersyarat.
Alasan mengapa kita kehausan(55:1) adalah bahwa kita jahat (55:7).
Kita harus melakukan beberapa penyesuaian yang diperlukan dan kesempatan kita untuk melakukannya terbatas.
Pintunya sekarang terbuka lebar, tapi akan tertutup.
Apa yang perlu kita lakukan ?
Untuk “mencari ” Tuhan adalah untuk berhenti dalam waktu yang cukup lama dan menjadi sungguh-sungguh untuk mencari tahu tentang Dia, menetapkan nilai yang paling utama bagi-Nya, menghapus segala sesuatu yang menjauhkan kita dari-Nya, mendengar Firman-Nya tanpa membantah, menurut kehendak-Nya tanpa prasyarat, juga menganggarkan uang kita untuk tujuannya Tuhan terlebih dahulu — dan terus menjadi lingkaran yang terus melebar tidak ada habisnya. Mencari Tuhan adalah penyelarasan seluruh hidup kita dengan kehidupan Kristus.
Kita berhenti memperlakukan Dia sebagai hiasan agama yang dikesampingkan. Dia menjadi sumber pesta kita yang utama dan terus-menerus, Dia menjadi pusat penentu kita. Dan waktu untuk bergerak ke arahnya adalah sekarang.
Dia dekat dengan kita, tidak jauh, Dia tidak menyembunyikan diri dan Dia tidak menolak kita.
Dia mengundang kita untuk datang dan berseru kepada Nya disetiap waktu dan Dia sangat ingin kita datang lebih dekat lagi kepada Nya.
Bagian yang harus kita kerjakan adalah menolak diri kita sendiri dari kefasikan dunia ini:
“Biarlah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang yang tidak benar meninggalkan pikirannya. ”
Bagaimana bisa kita malah berbuat sebaliknya?
Cara hidup dan pikiran kita meremehkan Tuhan dan meninggikan diri kita sendiri, status quo kita, kecukupan kita, dan kebaikan kita
Wahyu 3:17:
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Tapi pada kenyataannya, kita salah total. Dan apa yang salah dengan kita adalah segalanya tentang kita, sampai masuk ke cara pikiran kita.
Kita sangat toleran terhadap dosa-dosa kita, terutama jika kita mempertahankan kebenaran teknis hidup kita yang sebenarnya sangat dangkal. Tapi pada kenyataannya kita telah kehilangan sisi radikal dari Kekristenan sejati di generasi kita. Saya harap kita bisa kembali dan tidak terus berada di luar jangkauan pemulihan.
Kita mungkin sudah lupa bahwa Kekristenan yang benar sangat bertentangan dengan suka dan tidak suka yang sudah mendarah daging dihidup kita di dunia ini, dan untuk merubah itu membutuhkan tidak kurang dari transformasi besar-bersasaran dari konversi agamawi.
Kami sebagai Seorang Kristen modern tidak dapat hanya mengubah sedikit cara disini dan sedikit cara pemikiran Modern kita disana.
Kita tidak dapat hanya “membuat keputusan untuk Kristus ” dan berhenti di situ. Kita tidak dapat hanya bergabung dengan satu gereja tertentu karena itu tidak menantang gaya hidup egois kita dan cara berpiki kekristenan yang benar. Menjadi orang yang baik, tidak berbuat jahat, pergi ke gereja, tanpa pertobatan, tidak ada penundukan diri, tidak mau menyangkali diri sendiri, tidak mengejar Kristus – tetapi semua yang ditutupi dengan glasir agama sentimental pada hari Minggu pagi – ini sama sekali bukan apa yang ada dalam pikiran dan rencana Tuhan kita.
Bisakah gereja-gereja saat ini cocok dengan standar Kitab Kisah Para Rasul?
Psikologi dari kebanyakan gereja, baik liberal maupun konservatif, dipenuhi dengan kepastian tentang diri kita sendiri sehingga tidak ada ruang untuk keterbukaan kepada Tuhan.
Kami telah menyimpang dari Injil, dan kami tidak memiliki keinginan untuk kembali selamanya.
Jika kita ingin berpesta di perjamuan Tuhan yang abadi, Tuhan sudah menunjukkan jalanya kepada kita.
Bisakah Dia menyatakannya lebih jelas daripada yang tertulis dalam
Yesaya 55:6-7?
Satu-satunya jalan kita ke depan yang sangat jelas adakah berubah secara radikal.
Tuhan memanggil kita untuk melakukan perombakan total.
Tuhan memanggil kita untuk menempatkan diri kita di bawah pengawasan-Nya, menyambut cara-cara dan pikiran-pikiran yang sama sekali asing bagi kita tetapi dinyatakan dengan jelas dalam Firman-Nya.
Tuhan memanggil kita untuk mereformasi hidup kita dan gereja-gereja kita dengan pembaruan yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena kita belum menjadi bukti hidup dari kuasa anugerah-Nya yang mengubahkan segalanya.
Biarlah dengan rendah hati kita menerima panggilannya dan dengan berani menindaklanjuti yang tidak lain adalah pertobatan:
“Biarkan dia kembali kepada Tuhan. ”
Dia layak. Jika kita tunduk pada kuasa pertobatan, Tuhan tidak akan memenuhi kepercayaan kita dengan teguran yang kasar. Dia akan menunjukkan kepada kita belas kasih dan pengampunannya yang sangat murah hati.
YESAYA 55:8-9:
- Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
- Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Mengapa kita sangat membutuhkan pertobatan?
Karena Pikiran dan jalan Tuhan dengan kita sangat berbeda seperti setinggi langit di atas bumi. Kesenjangannya sangat lebar. Kita mungkin tidak melihat banyak kesalahan dalam hidup kita, tetapi yang penting adalah bagaimana Tuhan melihat kita.
Perasaan intuitif dan kebiasaan kita yang sudah mapan tidak dapat dipertahankan; mereka perlu diperiksa ulang.
Kita harus kembali ke sekolah dan mendaftar di pelajaran Tuhan tentang Keberadaan Manusia.
Yesus berkata dalam
MATTHEW 18:3:
lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Harapan kita kepada Tuhan sangat kecil. Logika dari kasih karunia tidak dapat kami pahami dengan baik. Sebebarnya kita tidak akan pernah benar-benar mendapatkannya. Tetapi menyadari kenyataan itu bisa merendahkan hati kita, yang bisa jadi merupakan awal, tengah, dan akhir dari keselamatan kita. Jika kita mau terus mendengarkan Firman-Nya dengan rendah hati, Tuhan akan mengejutkan kita dengan apa yang bisa Dia lakukan.
YESAYA 55:10-11:
- Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
- demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
Umat Israel yang tinggal di Tanah Perjanjian dipaksa untuk melihat dengan iman kepada sumber kehidupan di luar lingkungan geografis mereka.
Mesir memiliki Sungai Nil untuk membuat mereka tetap hidup.
Mesopotamia memiliki sungai Tigris dan Efrat.
Tetapi Kanaan hanya memiliki hujan — bukan aliran air yang konstan seperti sungai, tetapi hanya dengan intervensi musiman yaitu lewat hujan. Jika hujan tidak turun, orang-orang kehausan dan kelaparan.
Tuhan menempatkan umat-Nya di mana mereka harus hidup dengan iman kepada-Nya tidak hanya sekali untuk selamanya tetapi untuk terus-menerus sepanjang hidup mereka. Bahkan orang Yahudi yang diasingkan di Babel membawa kenangan akan hal ini.
Mereka mengerti bahwa hujan adalah perbedaan antara hidup dan mati.
Firman Tuhan itu seperti hujan, kata Yesaya.
Bagaimana mungkin ?
Ini jawabannya:
Satu: sama seperti hujan yang memberikan kehidupan kepada bangsa Israel Yan tidak datang dari bumi, tetapi hujan turun dari langit, demikian juga kehidupan sejati datang dari luar kita. Kemampuan kita tidak bisa mengontrolnya; kita hanya bisa menerimanya.
Dua: Kehidupan sejati yang dari Tuhan mengalahkan kematian. Kehidupan yang kita terima dari Tuhan tidak bisa padamkan; itu memuaskan kita sampai menjadi jenuh, dan kita bisa berkembang sesuai dengan Firman Tuhan.
Tiga: Kehidupan sejati memenuhi tujuan Tuhan.
Kita tidak bisa mengalahkan kegairahan dan kesenangan yang berasal dari pada Nya, kesukaan yang dari pada Nya membuat kita lebih dari pemenang.
Kata-kara “Firman Ku ” dalam ayat 11 merangkum semua tentang kuasa dan janji-janji Tuhan yang murah hati dalam kitab Yesaya semuanya.
Nabi Yesaya memberikan pernyataan tentang kekuatan dan kehebatan Firman Tuhan yang tidak akan lenyap:
YESAYA 40:8:
“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Sekarang kita tahu bahwa Janji-janji Allah tidak hanya bertahan lama, tetapi juga memberi kita kehidupan.
Kami tidak menjaga harapan Injil untuk tetap hidup; tetapi harapan Injil inilah yang membuat kita bisa tetap hidup.
Seperti hujan yang turun membasahi dan menyuburkan bumi, mungkin perlu waktu agar kehidupan tunas baru benar-benar muncul dan hidup, tetapi hujan tidak pernah gagal.
Begitu pula dengan janji Allah untuk menyelamatkan orang berdosa. Bahkan, pada akhirnya akan lebih baik dari yang busa kita impikan.
YESAYA 55:12-13:
- Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.
- Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.
Nabi Yesaya menyimpulkan fatsal 40 – 55, seperti orang yang menyalakan kembang api yang memancarkan cahaya terang ke langit, maka begitulah cahaya pengharapan hidup kita menjadi sangat cerah.
Dua hal yang sangat menonjol.
Satu: Objektivitas Injil.
Bagaimanapun cara Anda dan saya untuk menanggapi janji-janji Tuhan, kuasa penciptaan Tuhan akan sangat bekerja dengan pasti. Akan terjadi ledakan Kuasa Tuhan yang penuh dengan sukacita ketika Allah membawa tujuan penyelamatan menjadi satu kenyataan:
ROMA 8:18 – 22:
- Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
- Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
- Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
- tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
- Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
Objektivitas ini tidak bermaksud untuk membungkam kami; tetapi itu berarti mendorong kita untuk masuk dan menikmatinya.
Injil bukanlah hanya sedikit peningkatan psikologis; tetapi itu seperti berita utama dunia untuk besok yang bisa kita dibaca hari ini.
Marilah kita semua percaya kepada pengaharapan ini.
Dua: Kebesaran dan Kemegahan Injil.
Keselamatan kita sudah termasuk dalam cakupan seluruh tatanan yang Tuhan sudah ciptakan dari semula.
Hal itu menunjukan seberapa besarnya dan hebatnya Injil itu. Dan itulah yang membuat Injil menjadi layak.
Keselamatan kita bukan hanya milik kita sendiri. Tuhan sudah berjanji untuk memperbaharui segalanya. Keselamatan kita adalah keselamatan yang tidak kurang dari kebesaran Allah sendiri.
Marikah kita menghormatinya.
Sebenarnya, kebesarn dan kemegahan Injil itu adalah intinya. “Injil akan membuat nama Tuhan dimuliakan. ”
Penciptaan yang diperbarui, akan dinikmati oleh umat manusia yang juga mengalami pembaharuan yang dikerjakan oleh Kristus yang tidak pernah berubah – seluruh karya keselamatan besar ini adalah untuk menampilkan kualitas kehebatan Allah yang berdaulat atas alam semesta selamanya.
Kutukan bumi akan dibalik.
CS Lewis berkata: “Planet bumi yang sunyi senyap” akan menjadi planet yang penuh dengan nyanyian Kristus. Dan tidak akan ada lagi manusia yang jatuh dalam dosa seperti Adam. Keselamatan kita akan menjadi “tanda abadi yang tidak akan terputus,” untuk kemuliaan Allah yang kekal
Peter Kreeft membantu kita untuk memahami kebenaran praktis dari harapan ini bagi setiap orang yang diberikan Tuhan:
Sekarang anggaplah kematian dan neraka telah dikalahkan sama sekali.
Misalkan pertarungan itu sudah ditetapkan pemenangnya.
Misalkan Tuhan membawa Anda dalam perjalanan bola kristal ke masa depan Anda dan Anda melihat dengan kepastian yang tak terbantahkan bahwa terlepas dari segalanya — dosa Anda, kekerdilan Anda, kebodohan Anda — Anda bisa dengan bebas untuk meminta seluruh keinginan hati Anda yang gila dan yang terdalam: surga, dan sukacita abadi. Apakah Anda tidak akan kembali tanpa rasa takut dan bernyanyi dengan sukacita?
Apa yang bisa bumi lakukan untuk Anda jika Anda dijamin surga? Takut akan kehilangan duniawi yang terburuk akan seperti seorang jutawan yang takut kehilangan satu sen — berkurang, seperti kehilangan satu tetes air dari lautan luas yang anda miliki. Amin
Sorry, the comment form is closed at this time.