07 Dec Kemuliaan selama-lamanya
Sejak kecil kita sudah mempunyai mimpi dan ambisi menjadi orang hebat. Ada yang mau menjadi dokter, astronaut, businessman, billionaire, dan lain lain.
Jika kita amati di dunia ini, terutama di kota ini, semua orang kelihatan sangat sibuk. Teman-teman kita pada sibuk semuanya, dan tidak punya banyak waktu untuk yang lain.
Salah satu pertanyaan yang paling populer di kalangan para professional saat bertemu adalah, “How are you?” Dan jawaban yang paling umum sewaktu ditanya adalah, “Baik”. Namun ada satu jawaban lain yang tidak kalah popular nya, yaitu, “Busy” atau “Sibuk”.
Salah satu alasan mengapa orang-orang pada “busy” adalah karena kesibukan itu diidentikkan dengan rajin. Sebaliknya, tidak sibuk itu sering disamakan dengan kemalasan.
Saya dari kecil sudah ditanamkan bahwa kita harus sibuk dan tidak malas supaya dapat mencapai mimpi dan ambisi kita. Tidak hanya kita membawa cara pikir seperti ini ke dalam kehidupan professional kita, tetapi kita juga bawa ke dalam pengertian kita ke seluruh aspek kehidupan kita, bahkan juga ke dalam doktrin Kekristenan.
Orang Kristen yang baik itu harus sibuk, dan untuk di selamatkan kita harus melakukan mengikuti banyak peraturan atau hukum dan juga banyak melakukan pekerjaan yang baik. Kita harus rajin ke gereja, harus baca Alkitab setiap pagi, harus rajin berdoa dan berpuasa, harus suka memberi, harus banyak bersuka rela (volunteer).
Semuanya itu baik, tetapi jika kita tidak memiliki alasan yang benar untuk kesibukkan kita, maka semuanya itu menjadi tidak benar. Ada sibuk yang benar, dan ada sibuk yang salah.
Seperti yang saudara ketahui, saya sudah berkeluarga dan punya tiga orang anak, umur 8 tahun, 6 tahun, dan 8 bulan. Seperti saudara-saudara di sini, saya tidak punya pembantu rumah tangga, dan tidak punya supir. Orang tua saya dan Poppy juga tidak tinggal di Sydney, jadi kita tidak bisa menitipkan anak-anak kami. Kita lagi sakit sekalipun harus mengurus anak-anak.
Saya bekerja di satu perusahaan advertising yang sangat sibuk, dan posisi saya juga sudah cukup tinggi di sana.
Saya dan Poppy juga masih sekolah part-time, kami berdua sedang mengambil sekolah Master.
Dan saja juga adalah Youth pastor di gereja ini. Yang sering harus kotbah di kebaktian Youth. Kalau mau bilang sibuk, maka saya adalah orang yang sibuk.
Saya percaya banyak saudara yang jauh lebih sibuk dari saya. Tetapi kalau kesibukkan saya di kantor dan di sekolah membuat saya menjadi tidak punya waktu untuk keluarga saya dan juga untuk Tuhan, maka kesibukkan saya adalah sia-sia. Dan kalau kesibukkan saya dengan keluarga saya telah membuat saya tidak mempunyai waktu untuk orang lain, maka kesibukkan saya juga sia-sia.
Coba kita lihat bersama-sama contoh dari kehidupan Tuhan Yesus.
Teladan Tuhan Yesus
Tuhan Yesus dapat menjadi teladan kita dalam hal ini. Selama Dia ada di bumi, Dia tidak pernah malas, dan selalu sibuk dengan banyak hal yang harus ia kerjakan. Pergi ke pesta perkawinan sebagai tamu saja dia disuruh kerja, ingat cerita itu, di mana ibu Yesus meminta tolong kepada-Nya ketika sang pengantin kehabisan wine?
Kemana saja Ia pergi, ingat pada jaman tidak ada mobil ataupun pesawat terbang, Yesus senantiasa memberitakan Kabar Baik, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitakan orang mati.
Tuhan Yesus sibuk tetapi Dia tidak sibuk sehingga Ia tidak available untuk orang-orang yang mencari dan memerlukan-Nya. Ingat cerita tentang Zakheus, seorang kepala pemungut cukai yang kaya? Alkitab menuliskan bahwa Zakheus adalah orang yang berdosa, namun ketika Tuhan Yesus melihat Zakheus yang di atas pohon, Ia berhenti dan berkata kepadanya: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” (Lukas 19:5-7)
Di tengah-tengah kesibukkan pelayanan, Tuhan Yesus selalu memberikan waktu dan perhatian-Nya kepada anak-anak kecil sekalipun. (Lukas 18:15-17)
Ketika Tuhan Yesus sedang diundang makan oleh orang Farisi, Tuhan Yesus juga memastikan ia memberikan perhatiannya kepada seorang perempuan berdosa yang datang mengurapi kaki Yesus. (Lukas 7:36-50)
Walaupun Tuhan Yesus kelihatannya sibuk, Ia selalu punya waktu untuk melayani dan memberkati orang lain. Biarlah kita belajar dari teladan Tuhan Yesus. Be available for the people around you.
Janganlah kita sibuk dengan pekerjaan sampai tidak ada waktu untuk keluarga. Dan jangan juga kita sibuk dengan keluarga sampai tidak ada waktu untuk keluarga Kristus.
Orang yang sibuk itu belum tentu orang yang rajin. Dan orang yang kelihatannya tidak sibuk itu juga belum tentu orang yang malas.
Keselamatan itu anugerah
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(Efesus 2:8–9)
Karena pola pikir yang salah, kita juga mungkin berpikir bahwa supaya kita diselamatkan kita perlu banyak berusaha dengan segala cara. Dan banyak orang Kristen yang rajin ke gereja, berpuasa, dan berbuat baik supaya ingin selamat dan diberkati.
Jemaat di gereja Galatia juga mempunyai masalah yang seperti ini. Mereka berpikir bahwa supaya diselamatkan mereka harus berusaha untuk memperolehnya. Mereka pikir mereka harus disunat, mereka harus memperhatikan hukum-hukum yang ada dalam hal makanan, dan lain lain.
Orang Kristen di Galatia telah disesatkan sehingga mereka mempercayai bahwa iman harus ditambah dengan usaha atau perbuatan baik, baru dapat memperoleh keselamatan.
Rasul Paulus di dalam surat nya kepada jemaat di Galatia menegur dan membenarkan mereka dari kesalahan ini.
“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorangpun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat.”
(Galatia 2:16)
Marilah kita lihat bersama-sama pembukaan dari surat Rasul Paulus yang ia tuliskan kepada jemaat di Galatia:
1:1 Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, 1:2 dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia: 1:3 kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, 1:4 yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. 1:5 Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
(Galatia 1:1-4)
Yesus menyerahkan diri-Nya
Bukan orang Yahudi yang menyalibkan Yesus. Bukan juga tentara Romawi. Tetapi Yesus sendiri yang menyerahkan diri-Nya.
10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 10:18 Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”
(Yoh 10:17–18)
“Karena dosa-dosa kita”
Dan tujuan dari penyerahan diri-Nya untuk disalibkan adalah karena dosa-dosa kita.
Di atas kayu salib Tuhan Yesus menjadi pendamaian (atonement) akan dosa kita. Allah Bapa mengampuni dosa kita karena Tuhan Yesus telah menanggung penuh di atas kayu salib. Kita tidak diampuni karena adanya korupsi atau kolusi di surga. Kita diampuni karena apa yang diperlu dibayar karena dosa, sudah ditanggung penuh di atas kayu salib. Yesus mati di atas kayu salib menanggung penuh dosa-dosa kita.
“untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini”
Dan hasil dari salib Kristus adalah kita dilepaskan dari dunia yang jahat ini.
Artinya adalah, kita dapat menang dari godaan dari si jahat atau iblis. Memang kita mungkin akan jatuh beberapa kali. Tetapi ingatlah bahwa punya pengharapan yang kekal di dalam Kristus.
Tanpa salib Kristus, kita berdosa karena kita memang tidak berdaya dan tidak punya harapan.
Namun karena salib Kristus yang telah membebaskan, kita dapat menang menghadapi godaan dari si iblis. Kita dapat berkata “tidak” akan dosa yang ditawarkan iblis.
Sekarang kita telah hidup di dalam kasih karunia, bukan di bawah hukum taurat. Namun janganlah kita memakai ini sebagai alasan untuk terus hidup di dalam dosa. Itu alasan yang sudah kuno dan basi.
Sekitar 2,000 tahun yang lalu Rasul Paulus sudah menuliskan tentang hal ini kepada jemaat di Roma:
6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
(Roma 6:1–4)
Kita akan pasti mengalami banyak pencobaan dan pergumulan di dalam hidup ini, namun kita harus terus melawan itu.
Kita harus ingat, karena Tuhan Yesus telah mati di atas kayu salib, kita telah dibebaskan dari dunia yang jahat ini. Kita harus melawan dosa setiap hari. Dan kita dapat berkata “tidak” terhadap dosa setiap hari.
“menurut kehendak Allah dan Bapa kita”
Pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib adalah rencana Allah Bapa sendiri. Allah Bapa mengasihi kita bukan karena Yesus telah mati bagi dosa-dosa kita. Tetapi justru karena Bapa di surga sangat mengasihi kita, Ia mengutus Anak-Nya turun ke dunia menjadi anak manusia, dan mati di atas kayu salib bagi dosa-dosa saudara dan saya.
Yesus mati di atas kayu salib untuk menebus dosa saudara dan saya adalah rancangan Allah Bapa sendir.
“Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya”
Apa yang sudah kita lihat di sini adalah Kabar Baik.
Kematian dan kebangkitan Kristus yang telah menyelamatkan kita.
Apa yang sudah kita saksikan di sini adalah satu rencana dan pekerjaan tangan Tuhan semata-mata, tanpa adanya campur tangan dari manusia. Itulah Kabar Baik, bahwa kita diselamatkan karena apa yang sudah Tuhan kerjakan, bukan karena apa yang sudah kita kerjakan.
Saya percaya, oleh karena itulah Rasul Paulus berkata, “Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya”. Inilah Kasih Karunia, sebab keselamatan adalah satu anugerah yang tidak akan pernah dapat kita peroleh dengan membelinya ataupun dengan melakukan pekerjaan baik, atau dengan mentaati segala hukum taurat.
Akhirnya, biarlah boleh bersuka di segala pencobaan dan pergumulan yang kita alami sekarang ini, semuanya itu bersifat sementara saja. Namun kemuliaan Tuhan yang menunggu sifatnya kekal.
Untuk itu kita harus terus melawan godaan si iblis yang sifatnya sementara, sebab Kristus Yesus dan kemuliaan Tuhan itu kekal selamanya.
Sorry, the comment form is closed at this time.