24 Nov Kesetiaan
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuataanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:21
Di dalam €˜perumpamaan tentang talenta€™ (Matius 25:14-30) diceritakan tentang kesetiaan dan tanggung jawab. Hamba yang setia di mata tuannya adalah hamba yang bertanggung jawab atas apa yang sudah dipercayakan kepadanya.
Kesetiaan itu mencakup banyak hal. Misalnya, kesetiaan antara suami istri, kesetiaan dalam pekerjaan sehari-hari, di sekolah, dan juga kesetiaan di dalam melayani Tuhan.
Setia di saat kita dalam keadaan yang baik dan enak itu mudah. Waktu kita serba berkecukupan misalnya, rasanya lebih gampang untuk setia kepada Tuhan. Namun kalau keadaan sedang tidak baik, itulah saatnya di mana kesetiaan kita sungguh-sungguh diuji. Contoh lainnya, di dalam hubungan suami istri apakah masing-masing masih akan setia di saat ada masalah keuangan ataupun kesehatan? Atau di saat kita disakiti tanpa alasan, di fitnah ataupun disalahkan untuk sesuatu hal yang bukan kesalahan kita, apakah kita masih tetap akan setia? Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mau agar kita setia dalam segala keadaan.
Tuhan mau kita untuk tetap setia dalam segala keadaan untuk kebaikan kita sendiri. Di saat kita setia, secara tidak langsung kita sedang memperbesar kapasitas diri. Bukan hanya itu, kesetiaan juga membuka lebar pintu kesempatan. Kalau kita tetap setia, pada saatnya “promosi” dari Tuhan itu akan datang. Promosi itu bisa dalam bentuk saja. Di dalam perumpaan tentang talenta, kedua hamba yang setia itu diberikan tanggung jawab akan hal yang lebih besar karena kesetiaan mereka akan perkara kecil, dan mereka juga diberikan undangan untuk menikmati kebahagian bersama tuannya,”…Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”
(Matius 25: 21c) .
Kesetiaan di mulai dari perkara-perkara kecil.
Kesetiaan itu di mulai bukan dari perkara-perkara yang besar, namun dari perkara-perkara yang kecil. Di dalam injil Lukas 16:10, dikatakan bahwa “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”
Kita bisa belajar banyak akan kesetiaan dari kehidupan Daud. Walaupun Daud telah diurapi untuk menjadi raja, ia tetap setia dengan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Daud juga tidak sombong setelah ia diurapi menjadi raja. Ia tetap menggembalakan domba-domba ayahnya dengan setia (1 Sam 17:15).
Tuhan berkenan atas kesetiaan Daud dan €˜mempromosikan€™ Daud menjadi raja atas umat pilihanNya.
Setia dengan apa yang kita miliki sekarang.
Tuhan itu maha adil. Contohnya, Tuhan memberikan si “A” lima talenta, itu adil. Tuhan memberikan si “B” dua talenta, itu adil. Tuhan memberikan si “C” 1 talenta, itupun adil. Kita harus setia dalam segala keadaan. Jangan bilang kita akan setia hanya kalau kita sudah punya pekerjaan yang baik, atau uang yang banyak, atau suami/istri yang ganteng/cantik, dan lain-lain. Kesetiaan dimulai dari apa yang kita punya sekarang, bukan dari apa yang tidak kita miliki. Kesetiaan itu tidak melihat apa yang kita miliki dan juga tidak melihat keadaan. Marilah kita setia dengan apa yang sudah kita miliki, dengan apa yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita.
Belajar setia dalam hal keuangan.
Biarlah setiap kita didapatkan setia dalam hal keuangan agar kita dipercayakan dengan harta sesungguhnya. “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” (Lukas 16:11). Ada satu pepatah terkenal yang mengatakan bahwa seseorang itu dapat dipercaya dalam hal apapun juga kalau dia terbukti bisa dipercaya dalam hal keuangan.
Pada akhirnya, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kalau kita sudah belajar untuk setia kita juga harus selalu ingat juga untuk tetap rendah hati. Di saat kita menerima pujian karena kesetiaan kita, ingatlah selalu agar kita tidak menjadi sombong.
No Comments