Let it go!

Kejadian 50:15-21

Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: “Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.” Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: “Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu.” Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: “Kami datang untuk menjadi budakmu.” Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

 

Judul khotbah saya untuk hari ini adalah “Let it go.” Pas saya masukin Google Translate, judul kotbah saya berubah jadi “Biarkan saja.” Aneh banget. Maka dari itu saya tetap pakai judul Inggrisnya. Jika saat saya mengatakan judul kotbah dan tiba-tiba ada lagu yang diputar di kepala anda, mari saya beritahu, “anda terlalu banyak menonton Disney.” Tapi saya bisa mengerti saudara. Lagu ini menempel di kepala saya setiap kali saya menggunakan ungkapan “let it go.” Saya bilang sama Marta minggu lalu bahwa saya mau nyanyi “let it go” nanti pas altar call setelah kotbah. Jadi kita akan mengangkat tangan kita kepada Tuhan, dengan air mata bercucuran, dan kemudian pemimpin pujian akan berkata, “Mari kita katakan kepada TUHAN, “Let it go… let it go…”” Oke, ini bercanda ya saudara. Tim Praise and Worship, tolong jangan lakukan ini setelah khotbah. Rusak nanti khotbah saya. Tapi hari ini, saya ingin berbicara kepada anda tentang melepaskan hal-hal yang seharusnya tidak anda bawa. Saya yakin bahwa banyak dari kita membawa beban yang seharusnya tidak kita bawa dan itulah sebabnya kita lelah. Saya akan lebih spesifik. Minggu lalu Ps. Daniel berbicara tentang menukarkan beban anda dengan kuk Kristus. Pesan yang sangat indah. Hari ini saya ingin melangkah satu langkah lebih jauh. Ada banyak dari kita, yang membawa beban yang kita tidak memiliki urusan untuk membawanya dari semula. Ini adalah jenis beban yang seharusnya kita tinggalkan dari dulu namum kita masih membawanya sampai sekarang. Saya berbicara tentang beban rasa sakit dalam suatu hubungan.

 

Berapa banyak dari anda pernah melukai dan dilukai oleh seseorang yang benar-benar anda kasihi? Jika anda tidak mengangkat tangan, anda pasti adalah seorang malaikat dalam bentuk manusia. Setiap orang harusnya mengangkat tangan tinggi-tinggi. Tidak mungkin kita tidak mengalami rasa sakit dalam suatu hubungan. Dan setiap kali kita mengalami rasa sakit menyakiti seseorang atau disakiti oleh seseorang, kita memiliki pilihan untuk melepaskannya, atau terus membawa rasa sakit itu yang berakibat membuat kita menjadi sangat lelah. Kita semua tahu jawaban yang benar. Kita menyanyikannya bersama dengan anak kita. “Lepaskan, lepaskan, rasa sakit tidak bisa menahanku.” Atau mungkin kita maju altar call dan didoakan, “Lepas, lepas, lepaskan. Keluar, keluar, keluar.” Sambil didorong pendetanya sampai jatuh. Kalo anda belum jatuh itu berarti belom lepas. Namun di dalam hati anda, anda tidak pernah bisa melepaskannya. Rasa sakit itu tetap ada di dalam anda. Rasa sakit demi rasa sakit terus menumpuk di dalam hati anda. Dan kemudian, hati anda menjadi beku, frozen. Harapan saya hari ini adalah bahwa Firman Tuhan akan “unfrozen” anda. Jadi jika judul khotbah saya adalah “Let it go”, hashtag saya adalah #unfrozen. Sangat kreatif, saya tahu. Dan untuk itu, kita akan melihat sekilas kehidupan salah satu tokoh paling populer dalam Perjanjian Lama, Yusuf. Saya ingin kita memusatkan perhatian secara khusus pada Kejadian 50. Tapi ijinkan saya mengambil waktu 5-10 menit untuk menceritakan kehidupan Yusuf dari Kejadian 37 sampai 50.

 

Alkitab mencatat bahwa Yakub mengasihi Yusuf lebih dari anak-anaknya yang lain. Yusuf adalah favorit papanya! Jadi, setiap kali mereka makan keluarga bersama-sama, semua saudara-saudaranya akan makan daging steak mateng alias empal, sementara Yusuf makan daging sapi Kobe medium rare. Semua kokonya memakai pakaian dari Kmart dan Target tapi Yusuf berbeda. Yakub membelikan Yusuf jas Armani. Beberapa dari anda berpikir, “tunggu, aku tidak melihat daging sapi Kobe dan Armani ada dalam Alkitab.” Tentu tidak. Ini adalah alkitab modern versi Yosi. Berhenti mengeluh. Ketika saudara-saudaranya melihat bahwa papa mereka lebih mencintai Yusuf daripada mereka, mereka membenci Yusuf. Yang membuat keadaan lebih buruk, Yusuf adalah seorang pemimpi. Jadi dia punya mimpi dimana saudara-saudaranya sujud kepadanya. Dan Yusuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya! Dan kemudian dia bermimpi lagi. Kali ini, matahari, bulan dan sebelas bintang sujud kepada Yusuf. Tip buat saudara – jika anda bermimpi bahwa keluarga dan teman-teman anda sujud kepada anda, simpan mimpi itu untuk diri anda sendiri. Cerita saudara tidak akan berakhir baik kalau saudara ceritakan mimpi itu kepada mereka. “Papi, Mami, koko-koko, sujud kepadaku.” Err? Jadi, Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya. Suatu hari Yakub kepada Yusuf, Suf, coba berhenti main PlayStation Genesis sebentar dan tolong bawa makanan ini ke koko-kokomu.” Dan Yusuf melakukannya. Dia pergi membawa makanan untuk koko-kokonya, sejauh ini bagus, tapi dia memakai jas Armani dia sewaktu dia melakukannya. Ketika koko-kokonya melihatnya dari kejauhan, mereka sudah sangat muak dengan Yusuf. Jadi mereka melemparkan Yusuf ke dalam lubang sumur dan ingin membunuhnya. Tapi akhirnya mereka memutuskan akan lebih baik bagi mereka untuk menjualnya sebagai budak karena mereka akan menghasilkan uang lewat itu. Sekarang mari kita berhenti sebentar disini. Sebagian besar dari kita tahu apa yang terjadi selanjutnya dalam cerita kehidupan Yusuf. Kita sudah sering membacanya. Kita tahu akhir cerita. Dan karena itu, kadang kita lupa betapa jahatnya ini. Bayangkan ini, koko-koko anda sendiri, orang yang anda tinggal bersama selama 17 tahun, yang main playstation bersama saudara, yang anda setiap hari duduk makan bersama, mencoba membunuh anda dan kemudian menjual anda sebagai budak. Ada di antara saudara yang pernah mau dibunuh dan dijual sebagai budak oleh saudara anda sendiri? Atau ada di antara saudara yang pernah menjual saudara anda sendiri sebagai budak? Dan ini bukan kejadian yang tidak disengaja. Semua yang dilakukan koko-koko Yusuf terhadap Yusuf dilakukan secara sengaja. Ini adalah tindakan kejahatan murni.

Singkat cerita, Yusuf berakhir di rumah Potifar di Mesir dan menjadi salah satu pelayannya. Kemudian anda menemukan salah satu pernyataan sangat mengejutkan dalam kehidupan Yusuf. Kejadian 39:2 – Tetapi TUHAN menyertai Yusuf. . . ini tidak normal.  Saya tidak tahu tentang anda, tetapi menurut saya, dijual sebagai budak oleh saudara anda sendiri dan dibeli oleh seorang tuan dari Mesir tidak terlihat seperti TUHAN menyertai Yusuf sama sekali. Namun Alkitab jelas berkata bahwa TUHAN bersama-sama dengan Yusuf dan Yusuf menjadi sangat sukses. Sampai-sampai dia menarik perhatian istri Potifar. Suatu hari istri Potifar menghampiri Yusuf dan berkata, “marilah tidur dengan aku.” Ini tante sangat straight forward. Tidak pake kata pengantar. Dia langsung menuju intinya. Secara harfiah apa yang dia katakan dalam bahasa Ibrani adalah, “Suf, seks, sekarang!” Dia terus melakukan itu hari demi hari dan Yusuf terus menolak sampai akhirnya suatu hari ia menuduh Yusuf mencoba memperkosa dia dan Yusuf masuk ke penjara karena itu. Dan lagi-lagi Alkitab menyebutkan bahwa Tuhan menyertai Yusuf di penjara. Dituduh pemerkosaan dan masuk ke penjara tidak terlihat seperti TUHAN menyertai Yusuf sama sekali untuk saya. Tapi anda dan saya tahu apa yang terjadi di balik layar. Tuhan sedang menyiapkan adegan bagi Yusuf untuk dipromosikan menjadi orang kedua dalam pemerintahan kerajaan terbesar di masanya, dan melalui Yusuf, bangsa dan keluarganya akan diselamatkan.

Kelaparan melanda bumi. Koko-koko Yusuf datang ke Mesir untuk membeli makanan dan bertemu dengan Yusuf. Setelah berinteraksi selama beberapa tahun, Yusuf akhirnya mengungkapkan dirinya kepada saudara-saudaranya. Semua koko-kokonya terkejut dan takut pada Yusuf. Kemudian munculah salah satu perkataan paling terkenal di seluruh Alkitab. Kejadian 45:5-8 – Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. Bukanlah kamu, tetapi Allah. WOW. Pernyataan yang sangat luar biasa.

 

Sekarang kita masuk ke cerita dalam Kejadian 50. 17 tahun telah berlalu sejak Kejadian 45. Dan dalam 17 tahun itu, Yusuf tidak menunjukkan apapun kecuali kebaikan dan kasih kepada saudara laki-lakinya. Dia dia memberikan mereka tanah untuk tinggal, pekerjaan untuk mereka lakukan dan dia menyediakan semua kebutuhan mereka. Tapi ada sesuatu yang terjadi. Yakub meninggal. Dan sekarang koko-koko Yusuf menjadi takut, berpikir bahwa sekarang Yusuf akan membayar mereka kembali untuk apa yang mereka lakukan terhadap dia bertahun-tahun yang lalu. Jadi mereka berbohong. Mereka membuat sebuah cerita di mana Yakub memerintahkan Yusuf untuk mengampuni saudara-saudaranya atas apa yang telah mereka lakukan terhadapnya. Mengapa saya berpikir itu bohong? Karena Yusuf sudah lama memaafkan mereka. Tapi saudara-saudara Yusuf dipenuhi dengan rasa bersalah untuk bisa melihat kebaikan dan pengampunan Yusuf. Mereka menyadari besarnya kejahatan yang mereka lakukan terhadap Yusuf. Mereka tahu bahwa itu tindakan kejahatan murni. Mereka tidak bisa menghilangkan rasa bersalah dari hati nurani mereka. Dan ketika Yusuf mendengarnya, dia menangis. Yusuf menangis karena dia menyadari bahwa meskipun dia telah memaafkan mereka atas semua yang telah mereka lakukan terhadapnya di masa lalu, koko-kokonya masih tidak mempercayainya. Bahkan setelah 17 tahun yang penuh dengan kebaikan, mereka masih meragukan kasih dan pengampunan Yusuf. Koko-koko Yusuf masih menanggung beban rasa sakit dalam hubungan mereka dengan Yusuf. Tapi saya tidak ingin fokus pada koko-koko Yusuf. Saya ingin kita memusatkan perhatian pada tiga kalimat yang Yusuf katakan sebagai tanggapan terhadap saudara laki-lakinya. Tiga kalimat ini sangat amat luar biasa. Derek Kidner menulis di komentari yang dia tulis untuk Kejadian bahwa “setiap kalimat dari tiga pernyataan Yusuf adalah puncak dari iman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.”

Tiga kalimat. Tiga hal. Itulah garis besar khotbah saya. Dan saya percaya bahwa jika anda benar-benar memahami apa yang Yusuf katakan di sini, anda akan dibebaskan dari beban anda hari ini. Entah itu beban rasa bersalah atau rasa sakit, beban rasa bersalah karena anda pernyah menyakiti orang lain atau beban rasa sakit karena anda disakiti, tiga kalimat Yusuf memiliki kekuatan untuk menghapus beban anda. Dan saya yakin inilah inti utama cerita Yusuf dalam kitab Kejadian. Saya tidak berpikir bahwa inti utama cerita Yusuf adalah jika anda mengatakan tidak pada tante Potifar dan melakukan yang terbaik di penjara, maka Tuhan akan mempromosikan anda untuk menjadi wakil presiden Indonesia. Tidak, ini terlalu dangkal. Ini hanya membaca kisah Yusuf di permukaan. Inti dari cerita Yusuf adalah untuk membantu kita menyadari bahwa ada Allah yang mengendalikan sejarah dan Allah yang sama juga mengendalikan kehidupan anda. Ada Tuhan yang pasti akan menyelesaikan rencananya. Dia tidak terhentikan. Dia tidak akan menyia-nyiakan satu saat pun dalam hidup anda. Dia menggunakan setiap hal yang terjadi dalam hidup anda untuk mencapai tujuannya yang lebih besar. Tidak ada yang sia-sia. Dia 100% berdaulat atas setiap detail kehidupan dan dia baik. Jadi, tiga hal.

 

 

Yusuf menolak untuk bermain Tuhan.

 

Kejadian 50:19 – Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

Ini sangat indah. Apakah saudara menyadari bahwa Yusuf dapat dengan sangat mudah bermain Tuhan dalam situasi ini? Yusuf adalah orang terkuat kedua di kerajaan yang paling kuat di zamannya. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Dia berada di kedudukan yang mendukung dia untuk menjadi Tuhan dalam kehidupan saudara-saudaranya jika dia mau. Yusuf tidak hanya menyelamatkan bangsa Mesir tapi juga menyelamatkan banyak bangsa lain di sekeliling Mesir. Dia adalah seorang yang sangat hebat dan dia bisa dengan mudah menghancurkan hidup saudara laki-lakinya tanpa mencucurkan sedikitpun keringat. Tapi Yusuf menolak untuk bermain Tuhan. Dia mengakui fakta bahwa dia bukan Tuhan dan dia seharusnya tidak mencoba menjadi Tuhan. Max Lucado mengatakannya dengan sangat indah, “Berbahagialah orang yang menemukan bahwa hanya ada satu Tuhan dan berhenti melamar untuk posisi itu.” Kita perlu memahami bahwa Allah adalah Allah dan kita bukan Allah. Tahukah anda apa masalah nomor satu kita dalam kehidupan? Kita ingin menjadi Tuhan untuk diri kita sendiri. Ini adalah penyembahan berhala. Apa itu penyembahan berhala? Penyembahan berhala adalah saat anda meletakkan sesuatu atau seseorang selain Tuhan sebagai nilai utama dalam kehidupan anda. Dalam bermain Tuhan, anda menempatkan diri anda dan apa yang anda inginkan sebagai pusat semua yang anda lakukan. Hidup anda ditandai oleh keinginan yang sangat kuat untuk mengendalikan segala sesuatu dan semua orang di sekitar anda. Ada dua cara kita mencoba bermain Tuhan dan dua buah yang keluar darinya.

 

Pertama, kita mencoba untuk bermain Tuhan dengan berpikir bahwa kita memiliki hak untuk memutuskan apa yang benar dan salah bagi diri kita sendiri. Inilah yang terjadi pada Adam dan Hawa di Taman Eden. Tuhan mengatakan kepada mereka bahwa mereka dapat menikmati segala sesuatu yang diciptakan Allah. Mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau. Namun, ada satu perintah. Hanya satu perintah. Itu saja. Mereka memiliki 1 juta hak istimewa yang bisa mereka nikmati dan hanya satu larangan – jangan makan dari pohon itu. Itu saja. Seberapa sulitkah itu? Kemudian ular datang dan mengatakan “Makanlah dari pohon itu dan kamu akan menjadi seperti Allah.” Yang ular katakan adalah, Kamu tidak harus hidup di bawah otoritas Allah. Kamu bisa menjadi Tuhan untuk dirimu sendiri. Kamu dapat memutuskan apa yang benar dan salah untuk diri sendiri daripada mempercayai Tuhan.” Jadi mereka makan. Dan itulah awal dari semua masalah kita dan inilah inti dari semua masalah kita hari ini. Kita mengabaikan Tuhan dan berusaha menjadi Tuhan bagi diri kita sendiri. Kita pikir kita lebih tahu dari Tuhan. Kita membuat pendapat dan keinginan kita menjadi hal yang paling utama daripada mempercayai Firman Tuhan. Biarkan saya membuktikan kepada anda bahwa ini adalah masalah utama kita dalam hidup ini. Pikirkan sejenak tentang penyesalan terbesar anda dalam hidup. Beberapa dari anda mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang lain karena pilihannya terlalu banyak. Tidak apa-apa. Pilih saja satu. Sekarang lihat saya. Setiap anda memiliki skenario yang berbeda bermain di kepala anda saat ini. Tapi mari saya beri tahu apa yang benar tentang semua scenario anda. Benar tidak bahwa penyesalan yang anda pikirkan di dalam pikiran anda saat ini disebabkan oleh anda memilih untuk melakukan hal-hal dengan cara anda sendiri daripada mempercayai Alkitab? Betul? Bagaimana saya tahu? Karena itulah dosa. Unsur dosa adalah anda mencoba untuk menjadi Tuhan untuk diri sendiri.

 

Cara kedua kita mencoba untuk bermain Tuhan adalah kita mencoba untuk menjadi Tuhan bagi orang lain di sekitar kita. Ada sebuah cerita dalam Perjanjian Lama yang menjelaskan hal ini dengan sangat jelas. Ketika seorang jenderal Suriah bernama Naaman datang ke Israel untuk mencari kesembuhan untuk kusta, ia datang ke raja Israel dan berkata, “Saya perlu kesembuhan dari kusta. Sembuhkan saya!” Kemudian raja Israel merobek pakaiannya dan berkata, “Apakah aku ini Tuhan, sehingga aku dapat mematikan dan menghidupkan?” Apa yang raja Israel katakan adalah, “Ya aku adalah raja. Ya, aku adalah orang yang paling berkuasa di Israel. Tapi jangan memintaku untuk menyembuhkan kusta. Aku hanya seorang raja. Ada banyak hal yang bisa aku lakukan tapi menyembuhkan kusta bukanlah salah satunya. Hanya Tuhan yang bisa melakukannya. Jangan melihat ke aku untuk memenuhi kebutuhanmu yang terdalam.” Dan ini sangat penting. Saya sangat suka bagaimana Kent Hughes mengatakannya – “hampir semua masalah hubungan kita berasal dari usaha kita untuk menjadi Tuhan dalam hidup orang lain.” Ini sangat dalam. Apakah anda mendengarnya? Masalah utama dalam hubungan kita dengan satu sama lain adalah kita mencoba untuk menjadi Tuhan dalam kehidupan orang lain. Kita ingin mengendalikan hidup mereka dan kita tahu persis apa hal yang benar dan yang terbaik untuk mereka lakukan dan kita memaksakan keinginan kita pada mereka. Inilah resep hampir semua masalah hubungan dalam kehidupan. Biarkan saya memasukkannya ke dalam konteks hubungan di dalam gereja kita.

Pertama, hubungan antara pendeta dan jemaat. Saya akan menggunakan hidup saya sebagai ilustrasi untuk yang satu ini karena saya tidak bisa dalam dua hal berikutnya. Saya seorang pemikir dan saya suka berpikir jauh kedepan. Dan suatu hari, kalau Tuhan berkehendak, saya akan menjadi gembala sidang. Saya tidak tahu kapan. Mungkin 3 tahun dari sekarang atau 5 tahun atau 10 atau mungkin 20. Saya tidak tahu. Tapi salah satu panggilan Tuhan dalam hidup saya adalah untuk mengembalakan gereja. Jadi, nampaknya sangat mungkin untuk suatu hari nanti saya akan mengembalakan sebuah gereja. Gereja mana? Melihat situasi saat ini dan mengetahui keinginan orang tua saya, ada kemungkinan besar bahwa saya akan menjadi gembala sidang anda suatu hari nanti. Kalau Tuhan berkehendak. Beberapa dari anda mulai berpikir, “Tunggu, cowo ini akan menjadi pendeta saya? Engga sudi aku.” Tidak apa-apa. Bila waktunya tiba dan anda masih tidak ingin saya menjadi gembala anda, saya akan mengantar anda ke pintu depan dan membuka pintu untuk anda. Ini bercanda ya saudara. Jangan serius gitu. Saya harap tidak ada yang akan pindah gereja kalau itu benar terjadi. Saya akan nangis 10 detik melihat anda meninggalkan gereja karena saya. Tapi saya sudah tahu apa khotbah pertama saya jika saya menjadi gembala sidang suatu hari. Saya sudah menuliskannya di buku catatan saya. Judul khotbah pertama saya sebagai gembala sidang adalah – “I am not the Christ.” Mengapa begitu? Karena saya tahu hati saya sendiri. Saya memiliki sindrom penyelamat. Saya suka berpikir bahwa saya dapat membantu orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka. “Jika anda hanya mengikuti apa yang saya katakan, hidup anda pasti akan baik-baik saja.” Saya memiliki keinginan untuk mengontrol kehidupan orang lain. Dan jika saya tidak hati-hati, saya akan menjadi seorang diktator di gereja. Tapi kebenarannya adalah, saya akan menjadi Tuhan yang sangat buruk untuk anda. Saya tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan terdalam anda. Saya bukan jawaban anda. Saya bukan harapan anda. Saya tidak bisa membuat sesuatu terjadi untuk anda. Kita hanya memiliki satu penyelamat dan terakhir kali saya lihat, namanya bukan Yosia; namanya adalah Yesus. Dialah yang anda butuhkan. Dialah jawaban anda. Peran saya sebagai pendeta adalah mengarahkan anda kepada-Nya. Dia satu-satunya yang bisa memenuhi kebutuhan terdalam anda. Saya bisa melakukan banyak hal. Saya bisa berkhotbah, saya bisa menasihati, saya bisa memberi saran, tapi saya tidak bisa menjadi Tuhan bagi anda. Dan menurut saya, salah satu kesalahan paling fatal yang seorang gembala bisa lakukan adalah mencoba untuk menjadi Tuhan bagi gereja yang mereka gembalakan. Saya bukan Tuhan jadi jangan datang kepada saya untuk memenuhi kebutuhan saudara yang paling dalam. Anda akan sangat kecewa. Dan ini berlaku untuk setiap pendeta, pemimpin dan gkm di tempat ini. Para gembala dan pemimpin, anda bukan Tuhan untuk jemaat anda.

Kedua, hubungan antara pria dan wanita atau suami dan istri. Ketika dua orang jatuh cinta dan mulai mengenal secara intim dalam hubungan pacaran atau pernikahan, yang biasanya terjadi adalah mereka menjadi lebih terikat secara emosional dan fisik satu sama lain. Karena kasih terhadap pasangan mereka, mereka mulai melihat kebutuhan pasangan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu. Sejauh ini bagus. Ini normal. Tetapi jika mereka tidak berhati-hati, apa yang terjadi adalah mereka mulai melihat kebutuhan terdalam satu dengan yang lain dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan itu. Anda mulai melihat kelemahan dan kekurangan masing masing dan mencoba untuk menjadi solusi. Anda mencoba untuk memperbaiki satu sama lain. Bila ini terjadi, hubungan mulai retak. Daripada bertanya, “bagaimana cara supaya saya bisa mengasihi dan melayani dia lebih baik lagi?” anda mulai mencari cara untuk memperbaiki pasangan anda. Bukannya ditandai dengan kasih dan pengorbanan, hubungan anda diwarnai dengan memperebutkan kontrol. Ada pergeseran halus di sini. Kita mengaku dengan mulut, bahwa Yesus adalah Allah tetapi sebenarnya pada kenyataannya anda mulai bermain Tuhan satu sama lain. Dan ini tidak akan berhasil. Karena anda tidak dirancang untuk menjadi Tuhan untuk orang lain. Pada saat tertentu dalam hubungan anda, anda harus melihat satu sama lain, pandang mata mereka, robek pakaian anda (jangan terlalu banyak jika anda masih pacaran. Bagian kerah kancing atas saja cukup. Kecuali anda sudah menikah, anda dapat merobek semua, atas dan bawah), dan mengatakan satu sama lain, “Jangan melihat kepadaku untuk memenuhi kebutuhanmu yang terdalam. Jangan melihat kepada aku apa yang hanya Tuhan dapat lakukan untukmu. Aku bukan Tuhan dan aku menolak untuk menjadi Tuhan.” Jika anda tidak pernah melakukan hal ini, hubungan anda akan penuh dengan tuntutan demi tuntutan dan itu akan menjadi beban yang tidak mungkin bagi anda untuk pikul.

Ketiga, dan ini sulit. Hubungan antara orang tua dan anak. Ijinkan saya membuat sebuah disclaimer yang jelas dan penting terlebih dahulu. Saya bukan orang tua. Saya tidak tahu bagaimana rasanya membesarkan anak, untuk mengasihi anak dan menginginkan yang terbaik untuk anak anda. Saya tidak tahu apa yang dirasakan oleh orang tua. Tapi saya sangat diberkati dengan orang tua yang sangat mencintai saya. Mereka hanya menginginkan yang terbaik untuk saya. Malah kadang saya rasa mereka terlalu mencintai saya. Inilah yang ingin saya katakan. Orang tua, tolong dengarkan saya. Saya mengasihi papi mami saya lebih dari yang mereka ketahui. Saya juga mengasihi setiap orang tua di gereja ini. Saya kenal banyak orang tua di tempat ini sejak saya masih sangat muda. Beberapa dari anda sudah seperti orang tua saya sendiri. Tapi tolong lihat saya dan dengarkan saya. Saya mengatakan ini karena saya mengasihi anda dan saya ingin membebaskan anda dari beban yang seharusnya tidak anda bawa. Dan saya mengatakan ini semua dengan keterbatasan saya dan dengan kerendahan hati. Orang tua, anda bukan, anda bukan Tuhan untuk anak-anak anda. Anda tidak dirancang untuk menjadi Tuhan. Ini adalah beban yang tidak mungkin anda kuat pikul. Alkitab mengatakan bahwa anda harus mengajar anak-anak anda dalam iman dan takut akan Tuhan. Anda harus melatih mereka sebaik mungkin untuk menjadi pria dan wanita yang takut akan Tuhan. Anda harus mendisiplinkan mereka dan mengajari mereka untuk mempercayai Tuhan. Itulah panggilan dan tanggung jawab anda sebagai orang tua. Mengarahkan mereka kepada satu-satunya Allah yang benar. Untuk melakukan lebih daripada itu adalah untuk mencoba untuk bermain Tuhan dalam kehidupan mereka. Anda tidak dipanggil untuk mendikte masa depan anak-anak anda dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah terluka dan kekurangan dan selalu menikmati yang terbaik. Masa depan mereka ada di tangan Tuhan.

Saya melihat beberapa mata sedang menatap papi mami saya. Tidak, ini bukan pesan rahasia lewat kotbah untuk orang tua saya. Supaya saudara tahu, menurut saya orang tua saya melakukan pekerjaan luar biasa baiknya dalam membesarkan anak-anak mereka. Bagaimana saya tahu? Ya saya. Buktinya berdiri di depan anda sekarang. Saya tidak akan bisa berdiri di depan anda hari ini dan mengkhotbahkan Firman Tuhan jika bukan karena pengorbanan dan kasih yang tak terhitung jumlahnya yang mereka berikan untuk saya. Bahkan, mungkin anda dapat membantu saya sedikit? Jika saudara setuju dengan saya, saya ingin saudara mengangkat tangan anda dengan sangat tinggi. Berapa banyak dari anda setuju bahwa orang tua saya melakukan pekerjaan luar biasa dalam membesarkan saya menjadi pria yang takut akan Tuhan? Jika tangan anda tidak terangkat tinggi, pintu depan masih terbuka untuk anda (joke). Dengarkan saya orang tua. Inilah investasi dan warisan terbaik yang bisa anda tinggalkan untuk anak-anak anda. Mengajari mereka dalam iman dan untuk mempercayai Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka. Peran anda adalah mengarahkan mereka pada orang yang lebih besar dari anda. Dan kemudian anda perlu belajar melepaskannya. Percayai Kristus dengan masa depan anak-anak anda. Percayai Kristus dengan keputusan mereka. Percayalah kepada Kristus dengan kehidupan mereka. Apakah mereka akan membuat kesalahan bodoh? Tentu saja. Saya melakukan banyak sekali kebodohan. Tapi itu adalah bagian dari proses belajar berjalan dalam iman dan percaya kepada Kristus. Orang tua, anda tidak dipanggil untuk menjadi Tuhan bagi anak anda. Anda tidak dipanggil untuk memastikan kesejahteraan dan masa depan mereka. Anda dipanggil untuk mengarahkan mereka kepada Tuhan. Dan kalau anda sudah melakukannya, anda harus membiarkan Tuhan menjadi Tuhan. Anda bukan Tuhan jadi jangan mencoba untuk membawa beban itu. Ini adalah beban yang tidak mungkin anda bawa. Oke, saya berhenti disini sebelum saya kena masalah nanti.

 

Bagaimana anda tahu jika anda bermain Tuhan dalam hidup anda? Ada dua buah. Pertama, khawatir yang berlebihan. Izinkan saya mengutip Timothy Keller di sini. “Kekhawatiran yang berlebihan datang saat anda merasa benar-benar yakin akan apa yang harus terjadi, dan anda takut Tuhan tidak akan melakukannya dengan benar.” Dengan kata lain, anda melihat hidup anda dan kehidupan orang lain di sekitar anda, suami anda, anak anda, teman anda, dan anda tahu pasti apa yang harus terjadi dalam hidup anda dan kehidupan mereka. Anda memiliki semua rencana dan rencana anda adalah yang terbaik. Dan anda khawatir kalau Tuhan tidak akan mengikuti rencana anda dengan benar. Apa yang anda lakukan adalah anda sedang bermain Tuhan dengan kehidupan anda dan kehidupan orang-orang di sekitar anda. Ini adalah perkataan Keller, bukan kata-kata saya. Jangan salahkan saya untuk itu. Dan buah lainnya adalah dendam. Dendam adalah mengatakan kepada Allah bahwa Allah tidak tahu apa yang dia lakukan dan anda perlu untuk menyelesaikan masalah dengan tangan anda sendiri karena Allah tidak becus. Ini sangat sombong. Dendam mengatakan kepada Tuhan bahwa anda lebih tahu dari Tuhan bagaimana menghadapi situasi anda. Paulus berkata di Roma 12:19 – Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Yusuf mengatakan, Apakah aku ini pengganti Allah?” Jika anda menyimpan dendam, ketidakmampuan anda untuk memaafkan adalah gambaran yang jelas bahwa anda menempatkan diri anda di posisi Tuhan. Untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan tangan anda sendiri, entah dengan mencoba mengendalikan hidup anda sendiri atau kehidupan orang lain, adalah untuk bermain Tuhan. Yusuf menolak untuk bermain Tuhan.

Izinkan saya mengutip Keller sekali lagi. “Cara yang tercepat untuk menjadi seperti Setan adalah untuk mencoba untuk menjadi Tuhan. Cara tercepat untuk menjadi seperti Tuhan adalah untuk menolak untuk menjadi Tuhan.” Itu masuk akal. Jika anda mencoba untuk menjadi Tuhan, anda akan menjadi sangat mengendalikan, rewel, dan menjadi orang yang tidak menyenangkan. Anda harus selalu mendapatkan yang saudara inginkan dan orang-orang menjadi frustrasi terhadap anda. Tapi jika anda menolak untuk bermain Tuhan, jika anda melepaskan keinginan anda untuk pegang kendali, anda akan menjadi sangat saleh, murah hati dan bahagia. Orang akan senang berada di sekitar anda. Hal ini berlaku untuk setiap macam hubungan yang dapat anda pikirkan. Hampir semua masalah hubungan kita berasal dari fakta bahwa kita mencoba untuk bermain Tuhan dalam hidup orang lain.

 

 

Yusuf melihat hidupnya dari perspektif Tuhan.

 

Kejadian 50:20 – Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Ketika kita melihat hidup kita dari sudut pandang kita sendiri, kita hanya bisa melihat satu perspektif. Anda menafsirkan apa yang terjadi pada anda sebagai kebaikan atau kejahatan. Saudara harus pilih salah satu. Anda berada di lembah atau berada di puncak gunung. Anda baik dan senang karena anda baru saja menikah atau anda sedih karena pasangan anda baru saja meninggalkan anda. Setuju? Itulah perspektif manusia. Entah hidup itu baik dan Tuhan itu baik, atau hidup itu buruk dan Tuhan itu jahat. Tapi perspektif Tuhan berbeda. Perspektif Tuhan memungkinkan kebaikan dan kejahatan pada saat bersamaan. Dan inilah yang dikatakan Yusuf.

 

Pertama, Yusuf mengakui kenyataan kejahatan apa yang dilakukan koko-kokonya terhadap dia. Yusuf tidak bermain bodoh. Dia tidak berada dalam penyangkalan. Dia tidak mengatakan kepada saudara-saudaranya, “baik, jangan khawatir tentang hal itu. Kalian tidak tahu lebih baik saat itu. Ini tidak seburuk kelihatannya. Aku baik-baik saja.” Yusuf tidak melakukan itu. Tapi itu yang sering kita lakukan. Saya ingat suatu saat saya mengkhotbahkan sebuah seri hubungan di RYI. Dan dalam salah satu seri itu, saya berkhotbah tentang wanita dan peran wanita dalam hubungan. Saya melakukan banyak research khusus untuk khotbah ini. Saya menghabiskan waktu berjam-jam. Setelah serinya selesai, kami membagikan formulir feedback untuk memberi tahu saya apa pendapat mereka tentang seri ini. Kebanyakan feedbacknya sangat positif. Tapi ada satu feedback dalam khotbah yang tentang wanita dan orang itu menulis, “Apa yang ko Yosi ketahui tentang wanita?” Aduh. Dan saya tahu persis siapa yang menulis feedback itu. Setiap kali saya ketemu dia, saya tersenyum dan saya berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tapi sebetulnya hati saya sudah penuh dengan darah.

Inilah yang sering kita lakukan. Kita suka mengecilkan situasi kita. Yusuf tidak melakukan itu. Yusuf tidak menyangkal atau mengurangi apa yang telah dilakukan saudaranya. Dia berbicara langsung kepada koko-kokonya dan mengatakan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan itu jahat. Itu adalah tindakan kejahatan murni. Ini mengajarkan kita tentang hubungan. Anda tidak harus berpura-pura agar bisa menjaga hubungan. Anda tidak harus berpura-pura bahwa rasa sakit yang anda rasakan itu tidak benar-benar terjadi. Anda tidak harus berpura-pura bahwa itu tidak menyebabkan anda banyak rasa sakit dan penderitaan. Anda tidak harus berpura-pura bahwa anda baik-baik saja. Anda harus mengakui apa yang terjadi pada anda. Anda harus memanggil kejahatan untuk apa mereka sebenarnya. Jangan bilang anda baik-baik saja saat anda tidak baik-baik saja. Penyangkalan tidak memecahkan masalah. Akui fakta bahwa anda terluka dan apa yang telah dilakukan terhadap anda itu jahat dan menyakitkan.

 

Tapi jangan berhenti sampai disitu saja. Yusuf tidak berhenti sampai di situ saja. Dia mengakui bahwa apa yang dilakukan saudara-saudaranya adalah kejahatan, TETAPI ALLAH. Oh bagaimana saya begitu menyukai dua kata ini. Ini mungkin dua kata terbaik yang anda temukan di Alkitab. “Oh ya itu jahat, TETAPI ALLAH. Oh iya sangat menyakitkan, TETAPI ALLAH. Oh ya itu menghancurkan hatiku, TETAPI ALLAH. Oh ya aku pikir aku akan mati, TETAPI ALLAH.” Ini adalah perspektif lain yang Yusuf lihat ketika ia melihat hidupnya dari perspektif Allah. “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Dengarkan baik-baik apa yang Yusuf katakan. Dia tidak mengatakan bahwa saudara-saudaranya mereka-rekakan yang jahat terhadap dirinya, dan kemudian ketika Tuhan melihat apa yang terjadi pada Yusuf, maka Tuhan meresponi situasi dan mengubahnya untuk kebaikan. Ini bukan apa yang dikatakan ayat ini. Tuhan tidak di surga bertanya-tanya apa yang koko-koko Yusuf akan lakukan terhadap Yusuf dan kemudian memikirkan sebuah rencana untuk entah bagaimana membuat semuanya menjadi baik. Ini bukan Tuhan di Alkitab.

Inilah yang dikatakan Yusuf. “Koko, kamu punya niat tapi Tuhan juga punya niat. Kamu mencoba untuk mencapai sesuatu tapi Tuhan juga mencoba untuk mencapai sesuatu. Kamu punya rencana tapi Tuhan juga punya rencana. Kamu mereka-rekakan kejahatan tetapi Tuhan mereka-rekakan kebaikan.” Dalam kejadian yang sama, ada dua hal yang berbeda terjadi pada waktu yang sama. Tapi inilah kabar baiknya. Apa yang Tuhan rencanakan menang telak atas apa yang direncanakan oleh saudara-saudaranya. Tuhan tidak akan gagal untuk mencapai tujuan yang baik-Nya! Adalah melalui niat jahat saudara-saudara Yusuf akhirnya Yusuf menyelamatkan satu bangsa yang besar. Saya melihat ini dengan jelas dalam kehidupan saya ketika saya terkena leukemia. Saya terus mengatakan ini dan saya tidak akan bosan mengatakannya. Leukemia adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada diri saya. Mungkin saudara mengira saya gila karena mengatakannya. Tapi saya tidak percaya untuk satu detik pun bahwa Allah di surga terkejut sewaktu saya terkena leukaemia. “Oh tidak, malaikat nomor 040186, mengapa kamu tidak melindungi Yosi dari leukemia?” “Maaf Tuhan, saya lagi ke toilet tadi ketika sang musuh menyerang lewat leukaemia.” Saya tidak percaya sedikit pun. Saya tidak mengatakan leukaemia itu baik. Leuakemia itu jahat. Ini membunuh banyak orang. Dan saya tahu sang musuh itu berniat jahat terhadap saya. Musuh ingin membunuh saya dengan leukemia. TETAPI Tuhan. Dia sedang tertawa di Surga. “Pergilah dan lakukanlah hal-hal yang jahat! Silakan mencoba untuk membunuh Yosi. Beri dia leukemia. Sementara kamu melakukan hal-hal yang mau kamu lakukan, Aku juga akan melakukan rencanaku. Kamu ingin membunuh Yosi dengan leukemia? Aku akan membuka matanya dan membuat dia melihat siapa Aku melalui leukemia.” Kejadian yang sama persis, dua tujuan yang berbeda. Tapi Tuhan selalu memiliki kata terakhir!

Inilah sebabnya mengapa anda bisa bernafas dan melepaskan keinginan anda untuk memegang kendali dan bermain Tuhan. Tuhan tidak akan gagal untuk mencapai tujuan baiknya dalam hidup anda. Bahkan, ijinkan saya mengambil satu langkah lebih jauh. Allah tidak memiliki rencana B. Dia tidak memiliki itu. Segala sesuatu yang terjadi pada Yusuf adalah rencana Allah bagi Yusuf. Itulah mengapa anda terus menemukan kalimat “tetapi Tuhan menyertai Yusuf.” Tindakan kejahatan saudara-nya tidak mengubah rencana Allah bagi Yusuf. Ini adalah bagian dari rencana Allah untuk membawa Yusuf ke Mesir. Allah menenun ceritanya di belakang layar. Jadi anda dapat berhenti berusaha untuk menjadi Tuhan. Anda tidak pegang kontrol; tetapi Tuhan selalu pegang kontrol. Tidak ada yang bisa menghancurkan rencana Allah untuk anda, bahkan diri anda sendiri. Beberapa dari anda masih menyalahkan diri sendiri untuk apa yang anda lakukan di masa lalu. Anda merasa seperti anda kehilangan yang terbaik dari Allah karena kesalahan anda. Anda merasa seperti anda seakarang menghidupi rencana Z Allah bagi anda karena anda sudah mengacaukan rencana A, B, C . . . Tidak, seribu tidak. Alkitab penuh dengan kisah orang-orang yang membuat kekacauan besar dalam hidup mereka. Dan Allah memenuhi tujuan-Nya bagi mereka bukan terlepas dari kekacauan mereka tetapi melalui kekacauan mereka. Tuhan dalam Alkitab selalu menang. Tidak ada yang bisa mengganggu rencananya, bahkan diri anda sendiri. Roma 8:28 – Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Segala sesuatu berarti segala sesuatu. Termasuk semua rasa sakit dan rasa bersalah anda. Termasuk semua kejahatan yang anda lakukan dan semua kejahatan yang dilakukan terhadap anda. Allah tidak akan menyia-nyiakan satu momen pun dalam kehidupan anda. Bahkan tidak akan ada satu milidetik yang sia-sia. Tuhan selalu menang.

 

Satu catatan singkat sebelum kita melanjutkan ke kalimat ketiga. Tuhan selalu menang. Tapi itu tidak berarti anda bisa melihat segala sesuatu yang dia lakukan sekarang. Akan ada banyak kali yang kita tidak mengerti mengapa hal ini terjadi dan apa kebaikan dari ini semua. John Piper menyimpulkannya dengan sangat baik, “Tuhan selalu melakukan 10.000 hal dalam kehidupan anda dan anda mungkin menyadari tiga dari itu.” Tujuannya bukanlah untuk mencoba mengerti segala sesuatu. Tujuannya adalah untuk percaya bahwa Allah selalu pegang kontrol dan bahwa ia adalah baik. Dia menenun cerita yang lebih besar daripada hanya sekedar kisah hidup anda, tetapi ia berjanji bahwa ia akan membuat sesuatu yang baik melalui kisah hidup anda. Dia mampu memakai kejahatan terbesar menjadi kebaikan terbesar. Bagaimana saya tahu? Karena itulah salib. Salib Yesus menunjukkan sisi terburuk manusia dan sisi terbaik Allah. Penyaliban Yesus adalah tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia tetapi juga berita terbaik bagi umat manusia. Kita bisa mempercayai Tuhan selalu turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bahkan jika kita tidak tidak melihatnya dalam hidup kita. Dia tidak akan gagal.

 

 

Yusuf menyalurkan kasih karunia.

 

Kejadian 50:21 – Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. 

Karena Yusuf tahu bahwa ia tidak di tempat Allah, dan karena Yusuf tahu bahwa Allah selalu bekerja sesuatu yang baik melalui segala sesuatu yang dia alami, Yusuf dapat menyalurkan kasih karunia terhadap saudara-saudaranya. Anda hanya bisa memberikan kasih karunia terhadap orang-orang yang menyakiti anda jika anda benar-benar percaya pada pemeliharaan Allah yang baik. Saudara-saudara Yusuf memiliki semua alasan untuk takut terhadap Yusuf. Apa yang mereka lakukan adalah jahat dan Yusuf mempunyai kekuasaan untuk membuat mereka menghilang tanpa jejak dalam hitungan detik. Tapi Yusuf mengatakan kepada mereka untuk tidak takut. Dan tidak hanya itu, dia meyakinkan mereka bahwa ia akan menanggung mereka dan anak-anak mereka. Yusuf menolak untuk bermain Tuhan tetapi ia memilih untuk menyalurkan kasih Allah. Sebuah cerita yang begitu indah.

Saya katakan sekali lagi sehingga kita semua jelas. Titik utama kisah Yusuf bukanlah jika anda menolak godaan istri Potifar dan tetap setia di penjara, anda akan menerima promosi yang super luar biasa dalam satu hari. Suatu hari. Tidak pernah hari. Saya pikir anda salah menafsirkan cerita jika anda membaca dengan cara itu. Anda terlalu individualistis di dalam cara anda membaca dan anda kehilangan skema besar apa yang Tuhan lakukan. Karena bagian utama dari cerita ini bukanlah untuk menjadi seperti Yusuf. Coba saudara pikir. Berapa banyak dari anda dapat mengatakan dengan yakin bahwa anda mampu menjalani kehidupan Yusuf? Berusaha menjadi seperti Yusuf tidak akan menyingkirkan beban anda; ini akan menambah beban anda. Jadi sekarang anda pulang ke rumah berpikir, “Oke, aku harus berhenti bermain Tuhan. Aku harus berhenti untuk selalu berusaha untuk mengendalikan segala sesuatu. Aku harus mampu melihat hidupku dari perspektif Tuhan dan aku perlu menelepon mertuaku untuk menyalurkan kasih karunia kepada dia.” Apakah anda tahu apa yang terjadi jika anda melakukan itu? Anda sedang mencoba untuk menjadi Tuhan. Anda mencoba untuk menyelamatkan diri anda sendiri dan hal ini tidak akan bekerja. Anda akan pulang lebih frustrasi dan membawa lebih banyak beban lebih yang tidak perlu dalam hubungan anda.

 

Jadi apa yang perlu kita lakukan? Ijinkan saya memberi tahu anda. Saudara tidak bisa menjadi Yusuf. Tapi saudara bisa lebih baik daripada Yusuf. Bagaimana? Karena kisah Yusuf pada akhirnya bukanlah tentang Yusuf tapi ini adalah tentang seseorang lebih besar dari Yusuf dan namanya adalah Yesus.

Sama seperti Yusuf, Yesus disayangi oleh ayahnya.
Sama seperti Yusuf, Yesus meninggalkan kenyamanan untuk mencari saudara-saudaranya.
Sama seperti Yusuf, Yesus ditolak oleh saudara-saudaranya sendiri.
Sama seperti Yusuf, Yesus harus menderita secara tidak adil.
Sama seperti Yusuf, Yesus menjadi orang yang sangat berkuasa.
Sama seperti Yusuf, Yesus menolak untuk bermain Tuhan meskipun ia adalah sepenuhnya Allah. Dia tidak melihat kesetaraan dengan Allah hal yang harus dipertahankan tetapi dia mengosongkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba.
Sama seperti Yusuf, Yesus melihat segala sesuatu yang terjadi padanya dari perspektif Allah. Salib adalah kejahatan terburuk dan kebaikan terbesar dalam sejarah. Salib adalah rencana Allah dari awal.
Sama seperti Yusuf, Yesus menyalurkan kasih karunia untuk musuh-musuhnya. Sementara kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita.
Sama seperti Yusuf, Yesus menyambut kita ke dalam keluarganya dan memberikan kita segala yang kita butuhkan.

Saudara-saudara, anda bukan Yusuf; Yusuf adalah gambaran Yesus. Yesus adalah Yusuf yang utama. Saudara dan saya adalah seperti koko-koko Yusuf. Kita adalah orang yang menempatkan Yesus di kayu salib. Adalah dosa-dosa kita yang membawa Yesus ke kayu salib. Tetapi Yesus memikul salib bagi anda dan saya. Yesus menggantikan kita di kayu salib sehingga kita bisa duduk bersama-sama dengan dia dalam keluarganya. Yusuf mengerti bahwa Tuhan sedang bekerja sesuatu yang baik melalu semua kejahatan yang dia alami. Tapi Yusuf tidak mengerti tentang salib Kristus. Kita mengerti. Kita melihat salib. Kita melihat Allah datang untuk kita dan mati di kayu salib. Kita melihat bagaimana Allah membawa kebaikan dari kejahatan terburuk. Dan jika anda melihat salib Kristus, anda bisa lebih baik daripada Yusuf. Anda bisa berhenti bermain Allah karena satu-satunya Allah yang hidup telah datang untuk anda. Anda dapat berhenti berusaha untuk pegang kontrol karena Yesus memegang kendali. Anda dapat berhenti mencemaskan hidup anda karena Kristus selalu bekerja untuk kebaikan, bahkan di dalam kesakitan terdalam anda. Dan sekarang anda dapat menyalurkan kasih karunia untuk semua orang di sekitar anda, termasuk yang anda benci, karena anda telah menerima kasih karunia Allah. Anda tidak bisa menjadi Yusuf tetapi anda bisa lebih baik daripada Yusuf karena apa yang telah dilakukan Kristus bagi anda. Kristus sudah memberikan jaminan bahwa tidak ada satu halpun kecuali yang mendatangkan kebaikan untuk anda akan pernah terjadi pada anda.

Roma 8:28 – Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 

 

Jadi beban hubungan apa yang anda masih bawa sampai saat ini? Let it go!

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.