17 Nov Mazmur 1 – Jalan menuju kebahagiaan
Mazmur 1:1-6
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Saya akan mulai dengan sebuah pertanyaan. Apakah mungkin bagi kita untuk bahagia? Berapa banyak dari anda yang menjawab iya? Berapa banyak dari anda yang menjawab tidak? Anda mungkin tidak tahu, tetapi sebagian besar dari orang orang yang paling berbakat dan paling pintar di dunia sangat sinis dalam pandangan mereka tentang kebahagiaan. Jadi, jika anda menjawab tidak, anda termasuk dalam kategori orang yang paling berbakat dan paling pintar. Jika anda menjawab iya, anda… anda dapat menyelesaikan kalimat anda sendiri. Jalan menuju kebahagiaan adalah salah satu hal yang setiap manusia dari segala jaman dan bangsa berusaha untuk menemukan. Semua dari kita dilahirkan dengan keinginan untuk menjadi bahagia. Tidak ada satu pun dari kita yang lahir dengan pikiran sinis yang berpikir tidak mungkin bagi kita untuk menjadi bahagia. Kita dilahirkan berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah alami. Ketika kita muda, kita berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah kepastian. Kita melihat kehidupan seperti Cinderella. Tentu, ada kesulitan dan tantangan yang harus kita hadapi tetapi selama kita tetap melakukan yang baik, suatu hari sepatu kaca itu akhirnya akan cocok di kaki kita. Ada akhir yang bahagia bagi kita semua jika kita terus melakukan yang baik. Kita pantas berbahagia. Namun seiring bertambahnya usia, pandangan kita tentang kebahagiaan mulai berubah. Kita mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak semudah yang kita kira. Jika sebelumnya kita melihat kehidupan seperti Cinderella, bertambahnya usia mengajarkan kita bahwa kehidupan lebih seperti Romeo dan Juliet. Apakah saudara tahu apa yang terjadi di Romeo dan Juliet? Mereka mengejar kebahagiaan dan pada akhirnya, mereka semua mati. Jika sebelumnya kita berpikir bahwa kebahagiaan adalah kepastian, sekarang kita berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah ketidakmungkinan.
Jika anda tidak percaya kepada saya, anda dapat bertanya kepada orang-orang paling sukses yang anda kenal dalam hidup anda. “Apakah kamu bahagia?” Dan mereka akan menertawakan anda. Biasanya yang terjadi adalah semakin sukses seseorang, semakin banyak yang dia capai dalam hidup, semakin dekat dia ke puncak, semakin banyak uang dan ketenaran yang dia miliki, semakin besar kesadaran orang tersebut bahwa kebahagiaan adalah ketidakmungkinan. Salah satu contohnya adalah Robin Williams. Dia adalah sosok yang menjadi teka-teki kebahagiaan. Dia menghabiskan seluruh hidupnya membuat orang lain bahagia tapi ia mengakhiri hidupnya sendiri karena dia tidak bahagia dalam hidup. Jadi kita memiliki dua spektrum yang berlawanan sewaktu ketika kita berpikir tentang kebahagiaan. Di satu sisi kita berpikir bahwa kebahagiaan adalah kepastian dan di sisi lain kita berpikir bahwa kebahagiaan adalah ketidakmungkinan. Jadi, apakah mungkin bagi kita untuk bahagia ?
Saya akan memberi anda jawaban yang diberikan Alkitab kepada kita. Apakah anda siap? Tuhan ingin anda bahagia. Kebahagiaan itu sangat mungkin. Saya akan membacakan anda kutipan dari Jonathan Edwards. Jika anda tidak tahu siapa dia, dia mungkin adalah sosok Kristen terbesar dalam beberapa ratus tahun terakhir. “Tuhan menciptakan manusia hanya untuk kebahagiaan. Dia menciptakan manusia hanya untuk supaya dia bisa menyampaikan kebahagiaan kepada manusia.” Apakah anda mendengar? Ini adalah sosok yang melihat Alkitab dan berpikir dalam tentang kehidupan dan dia sampai kepada kesimpulan bahwa adalah keinginan Tuhan bagi kita untuk menjadi bahagia. Tetapi cara Alkitab mendefinisikan kebahagiaan dan cara dunia mendefinisikan kebahagiaan sangat berbeda. Kita sering mendefinisikan kebahagiaan dengan perasaan kita ketika segala sesuatu berjalan seperti yang kita inginkan. Kebahagiaan adalah ketika kita memiliki gaji dengan enam angka, ketika kita memiliki mobil baru, rumah baru, istri baru, ketika kita memiliki pekerjaan atau posisi yang kita inginkan, ketika kita memiliki kepuasan seksual dll. Tapi itu bukan bagaimana Alkitab mendefinisikan kebahagiaan.
Alkitab menggambarkan kebahagiaan sebagai suatu kondisi rohani dan bukan hanya perasaan. Perasaan kita tidak menentukan kebahagiaan kita. Kebahagiaan adalah kondisi rohani di mana kita mengalami kesenangan dan kepuasan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Dan ketika kita puas di dalam Tuhan, hal itu mempengaruhi perasaan kita. Kita merasa bahagia. Tetapi kebahagiaan bukan pertama-tama dan terutama tentang perasaan, tetapi suatu kondisi. Atau mungkin saya bisa mengatakannya dengan begini. Kebahagiaan adalah produk sampingan dari apa yang kita cari. Kita tidak bisa mencari dan mengejar kebahagiaan secara langsung. Kita mengerti ini. Kita bahagia ketika kita mencari dan menemukan sesuatu yang memuaskan kita. Jika kita mencari kebahagiaan secara langsung, kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Contoh, ketika saya sedang galau, saya sering menghibur diri saya dengan makanan enak. Makan makanan yang enak membuat saya merasa lebih baik, lebih bahagia. Ada yang seperti saya? Dalam situasi itu, kebahagiaan adalah produk sampingan dari mencari dan makan makanan enak. Apakah anda setuju dengan saya? Alasan kebanyakan dari kita tidak bahagia adalah karena kita mencari kebahagiaan secara langsung atau kita mencari hal yang salah. Satu-satunya cara kita bisa bahagia adalah jika kita mencari dan mendapatkan hal yang benar. Inilah khotbah saya dalam satu kalimat. Kebahagiaan adalah hasil dari dikenal oleh Tuhan dan mengenal Tuhan melalui firman-Nya.
Inilah isi Mazmur 1. Mazmur 1 dimulai dengan kalimat, “Berbahagialah orang.” Kata bahagia berasal dari kata Ibrani “asher” yang secara harfiah berarti bahagia. Mazmur ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana kita bisa menjadi bahagia dalam hidup. Berapa banyak dari anda yang ingin bahagia dalam hidup? Perhatikan mazmur ini. Mazmur 1 ini pendek tetapi sangat penting karena ini adalah mazmur yang menentukan nada untuk seluruh kitab Mazmur. Beberapa komentator mengatakan bahwa Mazmur 1 adalah pintu gerbang ke seluruh kitab Mazmur dan Alkitab. Mazmur 1 memberikan kita gambaran tentang orang yang ideal di hadapan Tuhan, jenis orang yang diinginkan oleh Tuhan. Mazmur ini sangat praktis. Mazmur 1 menunjukkan kontras antara kebahagiaan orang benar dan hukuman orang fasik. Mazmur ini menunjukan kita dua jalan yang berbeda. Satu adalah jalan orang benar dan satu lagi adalah jalan orang fasik. Hanya ada dua jalan. Jalan benar atau jalan fasik. Tidak ada jalan ketiga. Dan hanya satu jalan yang menghasilkan kebahagiaan. Di jalan mana kita berada?
Saya memisahkan Mazmur 1 menjadi tiga bagian. Pilihan; Hasil; Tujuan. Kita akan membahas tiga ini dan saya akan memberikan anda beberapa aplikasi di akhir.
Pilihan
Mazmur 1:1-2 – Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Jika anda ingin bahagia, anda harus membuat pilihan yang tepat. Mazmur 1 menawarkan kepada kita dua pilihan yang berbeda: dunia atau firman. Agar kita bahagia, kita harus mengatakan tidak kepada dunia dan kita harus mengatakan iya kepada firman. Pertama, katakan tidak kepada dunia. Pemazmur membuka mazmurnya dengan memberi tahu kita bahwa kebahagiaan ditemukan dengan mengatakan tidak pada tiga hal yang berbeda. Kita diberitahu untuk tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Tidak berjalan dalam nasihat orang fasik berarti bahwa kita harus menjaga pikiran kita terhadap kepercayaan dunia ini. Nasihat siapa yang kita dengarkan? Berhati-hatilah dengan siapa kita mendengar. Apakah kita mendengarkan apa yang dikatakan Oprah atau kita mendengarkan apa dikatakan Tuhan dalam firman? Untuk tidak berdiri di jalan orang berdosa berarti bahwa kita harus menjaga perilaku kita. Kita tidak hanya melindungi pikiran kita dari dunia tetapi perilaku kita juga harus berbeda dari dunia. Kita tidak mengambil arahan hidup kita dari apa yang diterima oleh dunia tetapi apa yang diterima oleh firman. Untuk tidak duduk di kursi pencemooh berarti bahwa kita harus menjaga lingkungan persahabatan kita. Untuk duduk dengan sebuah kelompok adalah untuk menjadi bagian dari kelompok itu. Siapa sahabat kita? Siapa lingkaran teman kita? Karena lingkaran sahabat anda menentukan siapa anda nantinya. Jika anda ingin tahu anda akan menjadi seperti apa dalam beberapa tahun, yang harus anda lakukan adalah melihat lingkaran teman yang anda miliki. Apakah lingkaran anda berisi orang-orang dunia atau orang-orang firman?
Anda dapat melihat dari ketiga pernyataan paralel ini perkembangan dosa. Dimulai dari berpikir seperti dunia sampai bertindak seperti dunia dan berakhir dengan hidup seperti dunia. Dosa selalu membawa anda dari buruk menjadi lebih buruk. Biarkan saya memberi anda sebuah contoh. Saya besar di Sekolah Minggu dan saya diajari bahwa dosa itu buruk dan tidak baik. Anda tidak mau menyentuh dosa karena dosa itu menjijikkan. Dan saya percaya itu. Saya diberi tahu bahwa seks adalah “eyyeeeew” dan berbohong itu tidak baik. Tapi dengan bertambahnya usia, saya mulai mempertanyakan apakah guru sekolah minggu saya hidup di alam semesta yang sama seperti saya. Semua orang di sekitar saya berbohong. Jadi saya mulai berpikir bahwa saya boleh berbohong jika terpaksa. Hanya jika terpaksa. Saya mulai berpikir seperti dunia. Kemudian muncul situasi di mana saya harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau berbohong. Mengatakan yang sebenarnya akan menyusahkan saya, berbohong akan membebaskan saya dari masalah. Jadi saya memilih untuk berbohong. Dan ijinkan saya jujur, berbohong itu enak! Saya bisa lepas dari hukuman. Dan tidak lama kemudian, berbohong menjadi gaya hidup saya. Hal yang sama berlaku untuk seks. Banyak pendeta besar yang mengatakan bahwa seks adalah salah satu dari pemberian terbesar yang Tuhan berikan kepada umat manusia dan siapa saya untuk berdebat dengan mereka. Jadi hal ini dimulai dengan pemikiran bahwa semua orang di sekitar kita berhubungan seks di luar nikah. Lalu kita memilih untuk melakukan hubungan seks. Dan dengan begitu cepat, kita sudah hidup dalam gaya hidup seks bebas dan kita mencemooh Tuhan dan perintah-perintahnya tentang seks. Mari kita jujur. Kita ada di gereja. Dosa itu enak. Jika dosa tidak enak, anda tidak melakukannya dengan benar. Biarkan saya mengajari anda cara berbuat dosa dengan benar. Tentu tidak, saya seorang pendeta sekarang. Tapi saya yakin tidak ada dari anda yang bisa berdebat dengan saya bahwa dosa itu terasa enak. Bagaimana saya tahu? Karena saya mengenal anda. Saya mengenal diri saya. Jadi mari kita jujur. Dosa memang memberikan kepuasan. Tetapi dosa tidak bisa memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Dosa membuat kita senang untuk satu musim. Ini seperti sky-diving. Anda merasa sangat bebas pada saat anda melompat. Sampai anda menyadari bahwa anda tidak memakai parasut di tubuh anda. Dosa selalu menjanjikan satu juta dolar tetapi hanya memberikan satu sen. Selalu! Tapi lucunya, kita terus mendengarkan janji kosong dosa. Mengapa? Biarkan saya memberi tahu anda alasannya. Karena tidak cukup bagi kita hanya untuk mengatakan tidak kepada dosa. Kita hanya bisa lepas dari jalan dunia melalui jalan firman. Mengatakan tidak kepada dunia saja tidak cukup. Kita juga perlu mengatakan iya kepada firman.
Kedua, katakan iya kepada firman. Pemazmur memberikan kita gambaran tentang seseorang yang menyukai Taurat Tuhan. Ungkapan “Taurat Tuhan” tidak hanya berarti perintah-perintah Tuhan tetapi seluruh Kitab Suci, Alkitab. Dan saya suka kata “menyukai.” Kata menyukai berarti lebih dari sekadar kewajiban. Menyukai berarti menikmati dan menyenangkan. Jadi kita diberikan gambaran seseorang yang melihat Alkitab bukan sebagai buku untuk harus dibaca tetapi buku yang menyenangkan. Dia tidak melihat Alkitab sebagai kewajiban tetapi kesukaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam Alkitab. Dia mengerti bahwa segala sesuatu yang tertulis dalam Alkitab ditulis untuk kebahagiaan kita. Tuhan ingin kita bahagia sehingga apa pun yang ditulisnya dalam Alkitab adalah untuk kebahagiaan kita. Thomas Chalmers dalam khotbahnya “Expulsive power of a new affection” berpendapat bahwa tidak cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa kita tidak boleh berbuat dosa. Karena sebelum dosa menjadi masalah perbuatan, dosa adalah pertama-tama dan terutama masalah kesukaan. Apakah anda tahu mengapa anda berbuat dosa? Anda berdosa karena anda percaya bahwa hal itu akan memuaskan hasrat anda. Setiap kali anda berbuat dosa, anda percaya kebohongan iblis bahwa Tuhan menahan sesuatu yang baik dari anda. Tuhan tidak ingin anda bahagia. Tuhan itu pelit. Karena itu anda harus mengejar kebaikan anda sendiri. Anda berdosa karena anda percaya hal itu membuat anda bahagia. Anda berbohong karena anda percaya berbohong akan memberi anda kenyamanan yang lebih baik daripada mengatakan yang sebenarnya. Anda tidur dengan dia karena anda yakin itulah yang akan memuaskan hasrat seksual anda dan memberikan anda kebahagiaan. Anda berdosa karena anda yakin anda akan bahagia. Tidak ada yang berdosa karena kewajiban. Pertempuran melawan dosa adalah pertempuran keinginan. Itulah sebabnya anda perlu memerangi keinginan untuk berbuat dosa dengan keinginan yang lebih besar. Dan keinginan yang lebih besar itu datang dari mengingat dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Perenungan yang konstan akan firman Tuhan akan menghasilkan keinginan untuk melawan dosa.
Saya beri ilustrasi. Bagi anda yang tidak tahu, saya baru-baru ini kembali ke gym. Saya tidak suka membesar-besarkan tentang ini tetapi saya hanya ingin mengingatkan anda setiap minggu bahwa saya sudah kembali ke gym. Jika anda ingat, saya sudah memberi tahu anda bahwa saya berencana untuk kembali ke gym dalam khotbah saya sejak awal 2018. Tetapi saya tidak pernah melakukannya. Terutama setelah lutut saya terkilir, saya merasa terlalu nyaman dengan tidak pergi ke gym dan tidak dapat menemukan motivasi untuk berolahraga. Buat apa saya kembali ke gym dan menyiksa tubuh saya sendiri ketika saya bisa menggunakan waktu itu untuk makan KFC dan menonton Netflix? Tetapi setelah 20 bulan tidak gym, akhirnya saya kembali. Apa yang terjadi? Itu karena saya menemukan kesukaan yang lebih besar. Saya memiliki tiga koleksi yang saya hargai dalam hidup: Buku, Figur one-piece dan jas. Saya suka jas dan saya merawat jas saya dengan sangat baik. Dan bukan hanya itu, tapi saya juga punya sedikit OCD. Saya memiliki urutan sistematis untuk memakai jas saya. Saya punya setelan untuk dipakai di bulan Januari, satu lagi di bulan Februari, satu lagi di bulan Maret dan seterusnya. Anda tidak akan melihat saya berkhotbah pada kebaktian Minggu pagi memakai jas yang sama dua kali dalam tahun kalender yang sama. Dan semuanya berjalan baik-baik saja hingga September. Malam sebelum saya berkhotbah pada bulan September, saya memiliki keinginan untuk mencoba jas yang akan saya pakai pada hari berikutnya. Saya biasanya tidak melakukan itu. Biasanya, saya langsung memakainya pada hari Minggu pagi sesuai dengan rotasi. Tetapi kali ini saya ingin mencobanya, dan saya melakukannya. Dan saya terkejut. Jas saya tidak cukup. Saya tidak bisa mengancingkannya. Jadi, saya tidak bisa memakai jas untuk bulan September. Kemudian saya mencoba setelan jas untuk bulan Oktober, dan ternyata tidak cukup juga. Saya keringat dingin. Saya akhirnya mencoba semua jas saya dan menemukan bahwa 5 ½ dari jas saya sudah tidak cukup lagi. Mengapa setengah? Karena ada satu yang nyaris tidak cukup. Saya bisa mengancingkannya, tapi kancingnya terlihat seperti bisa mental kapan saja. Jadi, saya punya pilihan. Entah saya tetap nyaman dan mengorbankan 5 ½ jas saya atau saya kembali ke gym dan menurunkan berat badan. Dan malam itu, saya akhirnya menemukan keinginan dan motivasi untuk kembali ke gym. Saya memilih jas daripada kenyamanan. Dan saya pergi ke gym secara teratur sejak itu. Saya melawan keinginan akan kenyamanan dengan keinginan yang lebih besar, yaitu kesukaan saya kepada jas. Inilah cara kita melawan dosa. Kita mengatakan tidak kepada dunia dan kita bersuka dalam firman. Kita bersuka dalam firman dengan merenungkan Alkitab. Ketika anda mulai berpikir secara mendalam dan sering tentang sesuatu, gairah anda akan hal itu meningkat.
Hasil
Mazmur 1:3-4 – Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
Sama seperti kita diberikan dua pilihan yang berbeda, dalam ayat-ayat ini kita ditunjukkan dua hasil yang berbeda. Orang yang suka dengan firman digambarkan sebagai pohon yang berbuah, sedangkan orang fasik digambarkan sebagai sekam yang tidak berguna. Mari kita lihat gambar pohon yang berbuah dulu. Mereka yang suka akan Alkitab, mereka “seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air.” Inilah yang kita ketahui tentang pohon yang ditanam di tepi air. Tanah tempat pohon ditanam mungkin kering dan tandus. Pohon itu mungkin ditanam di tengah padang pasir. Angin mungkin sangat panas. Cuacanya mungkin mengerikan. Kondisi dan situasi di sekitar pohon mungkin sangat buruk. Tetapi pohon yang ditanam oleh aliran air tidak akan gagal menghasilkan buah. Saudara tahu kenapa? Karena akar pohon mengambil makanannya dari aliran air. Tidak peduli apa yang situasi yang dialami, pohon tersebut tidak akan gagal untuk menghasilkan buah. Inilah yang terjadi ketika anda senang merenungkan firman. Anda tidak akan gagal menghasilkan buah. Anda bisa bahagia dalam segala keadaan karena kebahagiaan anda tidak bergantung pada keadaan. Kebahagiaan anda berasal dari siapa anda. Anda adalah pohon yang ditanam di tepi aliran air.
Tapi dengarkan baik-baik. Pohon itu “menghasilkan buahnya pada musimnya.” Ada musim untuk segalanya. Ada musim untuk berbuah dan ada musim di mana anda tidak melihat buah. Kehidupan selalu melewati musim. Tidak selalu musim semi. Kehidupan memiliki musim panas dan musim dingin. Tidak peduli seberapa hebatnya anda, musim kemarau akan datang. Anda tidak dapat menghindari musim kemarau. Tetapi perhatikan apa yang dikatakan pemazmur selanjutnya. Bahkan di musim kemarau, “yang tidak layu daunnya.” Ini luar biasa. Sementara daun pohon lain mungkin layu, daun anda tidak layu di musim kemarau. Mengapa? Karena anda ditanam di tepi aliran air. Anda terus menerima makanan dari firman Tuhan. Saat pohon lain sekarat, daun anda tetap hijau. Kebahagiaan seseorang yang senang merenungkan firman Tuhan sangat mendalam. Dia tidak tergantung pada keadaan tetapi ia menerima kehidupannya dari firman Tuhan. Habakkuk 3:17-18 – Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Umat Kristus, kita tidak perlu takut akan musim kemarau. Karena di musim kemarau kita justru bisa memperdalam kebahagiaan kita. Musim kemarau mendorong akar kita untuk masuk lebih dalam kepada Kristus. Di musim-musim di mana Kristus adalah satu-satunya yang kita miliki, kita menemukan bahwa Kristus adalah satu-satunya yang kita butuhkan.
“Apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Saya suka ini. Ini tidak berarti bahwa anda akan selalu sehat dan kaya. Ini tidak bisa berarti begitu karena karena kita sudah melihat bahwa ada musim untuk segalanya. Tetapi ini berarti bahwa bahkan di musim di mana tidak ada buah, anda tetap berhasil. Kata berhasil tidak berarti berkat materi. Tetapi ini berarti bahwa Tuhan menyertai anda dalam segala hal yang anda lakukan. Anda menjadi berkat bagi semua orang di sekitar anda di setiap musim kehidupan. Seperti Yusuf. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dan ia berakhir di rumah Potifar di Mesir dan menjadi salah seorang pelayannya. Kemudian anda menemukan salah satu pernyataan yang paling mengejutkan dalam kehidupan Yusuf. Kejadian 39:2 – Tetapi Tuhan menyertai Yusuf. Ini tidak normal. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda tetapi bagi saya, untuk dijual sebagai budak oleh saudara sendiri dan dibeli oleh tuan Mesir tidak terlihat seperti Tuhan bersama Yusuf sama sekali. Namun Alkitab jelas menulis bahwa Tuhan menyertai Yusuf dan Yusuf berhasil sebagai budak. Sampai-sampai dia menarik perhatian istri Potifar. Suatu hari istri Potifar menghampiri Yusuf dan berkata, “Marilah tidur dengan aku.” Dia langsung gigi lima. Tidak ada kata pengantar. Dia langsung ke intinya. Secara harfiah apa yang dia katakan dalam bahasa Ibrani adalah, “Suf, seks, sekarang!” Dia terus melakukannya hari demi hari dan Yusuf terus menolak hingga akhirnya suatu hari dia menuduh Yusuf berusaha memperkosa dia dan Yusuf dipenjara karenanya. Dan kemudian Alkitab menulis lagi bahwa Tuhan ada bersama Yusuf di penjara. Dituduh melakukan pemerkosaan dan dimasukan penjara sama sekali tidak terlihat seperti Tuhan bersama Yusuf bagi saya. Dari buruk menjadi lebih buruk. Dari perbudakan ke penjara. Tapi jangan lewatkan inti yang sang narrator ingin komunikasikan di sini. Baik di titik tinggi maupun titik rendah dalam kehidupan Yusuf, Tuhan menyertai Yusuf. Tuhan tidak hanya bersama Yusuf ketika dia dipromosikan oleh Potifar tetapi juga ketika dia dimasukan ke dalam penjara. Dalam segala hal yang dilakukan Yusuf, ia berhasil. Inilah jenis kehidupan yang datang dari kesukaan akan merenungkan firman Tuhan.
Namun gambar lainnya adalah gambar sekam yang tidak berguna. Kebanyakan dari kita adalah orang kota. Kita tidak tahu apa itu sekam. Saya harus google terlebih dahulu. Sekam adalah liputan di sekitar biji gandum. Sangat ringan. Untuk memisahkan gandum dari sekam, mereka akan memasukkan gandum ke dalam keranjang dan melemparkannya ke udara dan angin akan meniup sekam itu lepas dari gandum. Jadi sekam tidak memiliki akar, tidak berbobot dan tidak berguna. Ini sangat berlawanan dari pohon yang ditanam. Inilah gambaran yang diberikan mazmur tentang orang-orang fasik. Mereka tidak berbobot dan tidak berguna. Pada akhirnya, mereka tidak memiliki akar dan mereka mudah terbawa angin. Ini adalah gambaran budaya kita hari ini. Budaya kita percaya bahwa agar anda bahagia, anda harus memiliki kebebasan total Kebahagiaan adalah ketika anda bebas untuk menjadi siapa pun yang anda inginkan dan melakukan apa pun yang ingin anda lakukan dan tidak ada yang bisa mengatakan tidak kepada anda. Tetapi itu tidak benar. Ini bukan kebahagiaan. Ini adalah perbudakan. Ambil contoh ikan. Katakanlah ikan berpikir bahwa “Aku bebas mengejar kebahagiaanku dan melakukan apa pun yang aku inginkan di mana pun aku mau. Ini adalah kebahagian.” Jadi suatu hari ikan tersebut memutuskan bahwa dia tidak lagi bahagia berada dalam air dan ingin mengejar kebahagiaan dengan tinggal di daratan. Jadi ikan itu melompat keluar dari air ke daratan. Sekarang, apa yang terjadi pada ikan tersebut? Apakah dia bahagia? Tentu saja tidak. Ikan itu akan “glepek glepek” dan mati. Ikan hanya bisa bahagia saat berada di dalam air. Orang-orang fasik berusaha menemukan kebahagiaan mereka dalam kebebasan untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Itu tidak akan berhasil.
Hal lain tentang sekam, sekam sangatlah ringan karena tidak memiliki akar. Sangat mudah terbawa angin. Itu artinya anda mudah terombang-ambing oleh opini publik. Anda tidak memiliki jangkar dalam hidup. Anda tidak memiliki keyakinan yang mendalam. Anda tidak memiliki akar untuk menahan anda dari angin. Saya suka gambar ini. Ini mengajukan pertanyaan kepada kita, apakah kita memiliki keyakinan yang mendalam dalam hidup kita? Apakah kita memiliki sesuatu dalam diri kita yang tetap benar, apa pun yang terjadi? Apakah kita memiliki sebuah nilai yang tidak bisa ditawar-tawar lagi yang tidak ada yang bisa mengambil dari kita? Itulah akar. Semak tidak memiliki akar. Dengarkan ini. Anda dapat mengaku dengan mulut anda bahwa anda percaya kepada Tuhan tetapi anda tidak berakar dalam Tuhan. Anda bisa percaya kepada Tuhan tetapi tidak memiliki Tuhan sebagai sumber kehidupan anda. Kekhawatiran saya adalah bagi banyak dari kita, kita tahu kebenaran Alkitab tetapi kita tidak berakar dalam Alkitab. Kita tahu apa yang Alkitab katakan tetapi Alkitab belum menjadi bobot yang tidak bisa ditawar dalam kehidupan kita. Bagi banyak dari kita, kebenaran dalam Alkitab bisa dinegosiasikan. Biarkan saya membuktikannya kepada anda. Saya ingin anda jujur pada saya. Berapa banyak dari anda yang percaya bohong itu dosa? Semua tangan diangkat. Berapa banyak dari anda akan berbohong untuk $5? Tidak ada. Berapa banyak yang akan berbohong untuk $10.000? Semua mahasiswa mengangkat tangan. Sekarang pikirkan baik-baik tentang tawaran yang berikutnya. Tawaran berikutnya adalah $1 juta. Pikirkan semua yang dapat anda lakukan dengan uang itu. Pikirkan semua hal baik yang dapat anda lakukan. Pikirkan semua anak yatim yang dapat anda dukung. Pikirkan tentang sumbangan yang bisa anda berikan. Pikirkan tentang persepuluhan yang dapat anda berikan kepada gereja. Dan yang perlu anda lakukan hanyalah berbohong satu kali saja. Siap? Berapa banyak yang akan berbohong untuk $1 juta? Jika anda tidak mengangkat tangan, anda sedang berbohong dengan gratis. Inilah gambaran kehidupan orang fasik. Tidak memiliki substansi. Tidak berbobot. Tidak memiliki akar. Satu-satunya cara bagi anda untuk memiliki substansi dalam hidup adalah dengan berakar dalam firman Tuhan.
Tujuan
Mazmur 1:5-6 – Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Dua pilihan. Dua hasil. Dua tujuan. Pilihan anda menentukan tujuan anda. Setiap orang tanpa terkecuali memiliki pertemuan dengan Tuhan. Setiap orang harus menjawab kepada Tuhan tentang bagaimana mereka hidup. Pemazmur sangat jelas. Orang fasik, sekam, tidak akan tahan dalam penghakiman. Tuhan akan menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Mereka mungkin tampak makmur dalam hidup. Tampaknya mereka memiliki kehidupan terbaik mereka sekarang. Tetapi dalam perspektif Tuhan, itu hanya masalah waktu. Penghukuman mereka sudah pasti. Orang fasik tidak memiliki masa depan. Hari penghakiman bukanlah sebuah mitos. Suatu hari, kita semua harus berdiri di hadapan Kristus sebagai Hakim Agung kita. Dan ada dua kemungkinan untuk penghakiman kita. Bersalah atau tidak bersalah. Dihukum atau diampuni. Jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Tetapi untuk orang benar, mereka memiliki sebuah tujuan yang berbeda. Saya suka cara pemazmur mengatakannya. Perhatikan bahwa Pemazmur tidak memberi tahu kita apa yang akan terjadi pada orang benar. Tapi dia mengatakan, “Tuhan mengenal jalan orang benar.” Ini sangat indah. Apakah Tuhan tidak mengenal jalan orang fasik? Tentu saja dia tahu. Tuhan tahu segalanya. Tetapi kata yang digunakan Pemazmur untuk “mengenal” di sini bukanlah kata biasa untuk pengetahuan tetapi kata Ibrani “yada.” Yada berarti mengenal seseorang dan peduli dengan seseorang secara intim. Ini adalah untuk memiliki sebuah hubungan intim yang mendalam secara pribadi. Jadi inilah yang indah. Tujuan orang benar bukanlah sebuah tempat tetapi seseorang. Orang fasik akan binasa, tetapi orang benar dikenal dekat oleh Tuhan. Oh tentu, orang benar juga memiliki tempat tujuan. Tempat tersebut disebut surga atau Yerusalem Baru. Kita memiliki banyak hal untuk dinanti-nantikan di surga tetapi janganlah kita lupa apa yang menjadikan surga, surga. Surga adalah surga karena Tuhan ada di sana. Dan Tuhan dari surga mengenal kita dan peduli tentang kita secara intim. Dia membimbing jalan kita. Dia mengawasi setiap langkah yang kita ambil. Dan dia tidak akan gagal untuk memimpin kita kepada dirinya sendiri. Inilah kunci menuju kebahagiaan. Kebahagiaan tidak ditemukan dalam mencari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah hasil dari dikenal oleh Tuhan dan mengenal Tuhan melalui firman-Nya.
Aplikasi
Saya tahu apa yang anda pikirkan saat ini. Anda berpikir, “Yos, aku ingin mengenal Tuhan. Aku ingin bersuka dalam firman Tuhan tetapi aku tidak mengalaminya. Apa yang harus aku lakukan?” Pertanyaan bagus. Saya akan memberikan anda tiga langkah.
Pertama, kenali satu-satunya sosok yang benar. Saya harap tidak seorang pun melihat Mazmur 1 dan berpikir Mazmur ini berbicara tentang anda. Mazmur 1 memberikan anda gambaran tentang orang benar yang sesungguhnya. Dia selalu mengatakan tidak pada dunia dan dia selalu mengatakan iya pada firman. Dia selalu senang akan hukum Tuhan. Dia tidak pernah lelah merenungkan hukum Tuhan siang dan malam. Daunnya tidak pernah layu dan dia selalu menghasilkan buah di musimnya. Dia selalu terhubung dengan Tuhan dan tidak pernah diguncang angin. Ini bukan gambaran anda dan saya. Ini adalah gambaran pribadi Yesus. Yesus adalah satu-satunya orang yang benar. Yesus senang dengan hukum Tuhan. Dia tidak hanya menaatinya, tetapi dia juga menyukai firman Tuhan. Yesus merenungkannya siang dan malam. Ketika iblis menguji dia di padang gurun, Yesus menjawab dengan firman. Ketika Yesus sekarat di kayu salib dan dicemooh, dia berdarah firman. Yesus terisi sepenuhnya dengan firman Tuhan. Jadi dia adalah satu-satunya yang menggenapi Mazmur 1. Namun, Yesus mati di kayu salib. Ini tidak benar. Seharusnya orang fasik yang binasa, bukan orang benar. Apa yang terjadi? Yesus pergi ke salib karena dia mencintai firman Tuhan. Yesus tahu hanya ada dua cara anda dapat memenuhi firman. Anda mentaati firman sepenuhnya atau anda membayar hukuman dosa. Yesus pergi ke kayu salib dan menanggung hukuman bagi kita. Salah satu hal yang Yesus katakan di salib adalah, “Aku haus.” Apa yang terjadi? Bukankah dia tertanam di tepi aliran air? Dia menjadi sekam. Dia tidak berakar dan tidak terhubung ke sungai. Dia ditiup oleh angin. Dia mendapatkan apa yang orang fasik layak dapatkan. Dia mendapatkan apa yang kita layak dapatkan sehingga kita bisa ditanam di tepi aliran air. Sekarang ketika saya melihat Yesus memenuhi firman Tuhan bagi saya dan Yesus membayar hukuman dosa bagi saya, ketika saya melihat diri saya gagal mengikuti firman Tuhan dan tahu bahwa Tuhan mengasihi saya dan mati untuk kegagalan saya, itu merubah firman Tuhan dari kewajiban menjadi kesukaan. Sekarang saya ingin tahu Alkitab bukan karena saya harus tetapi karena saya suka akan Alkitab. Alkitab adalah cara bagi saya untuk mengenal orang yang begitu mencintai saya hingga dia mati untuk saya. Yesus mengubah hukum Tuhan dari kewajiban menjadi kesukaan.
Kedua, renungkan firman Tuhan. Kata merenung sebenarnya berarti berbicara atau bergumam. Itu berarti kita harus berbicara firman Tuhan kepada diri kita sendiri siang dan malam. Siang dan malam tidak berarti dua kali sehari tetapi berarti terus menerus sepanjang hari. Merenungkan Alkitab tidak sama dengan membaca Alkitab. Biarkan saya jelaskan. Kita tidak membaca Alkitab dengan cara yang sama seperti membaca komik atau novel. Kita ingin menyerap apa yang dikatakan Alkitab dan mengijinkan firman mengubah kehidupan kita. Dan ini tidak mudah. Sering kali dalam pembacaan Alkitab saya, saya menemukan diri saya membaca ayat demi ayat dan kemudian saya berhenti dan berpikir, “Tunggu. Apa yang baru saja aku baca? Aku tidak ingat sama sekalu apa yang baru saja aku baca.” Ada yang seperti saya? Ini mengingatkan saya pada hari-hari ketika saya masih berpacaran, lebih dari satu dekade yang lalu. Saya memperganteng diri, saya jemput dia dan kami pergi makan ke tempat burger yang enak di Dallas. Pelayan membawa kami ke tempat duduk. Dan ketika kami duduk, saya menemukan diri saya dalam posisi yang menarik. Pacar saya duduk di depan saya, tetapi tepat di belakangnya ada layar besar yang menayangkan ESPN Sports Center. Dan anda mengerti, wanita suka didengar. Dan saya melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk mendengarkan dia. Tetapi ada saat-saat dalam percakapan di mana apa yang terjadi di belakangnya sedikit lebih menarik bagi saya daripada apa yang dia katakan. Dan kemudian tiba-tiba percakapan menjadi hening. Dan saya berpikir, “Apa yang baru saja terjadi? Aku perlu mengatakan sesuatu untuk menanggapi apa yang baru saja dia katakan. Tetapi aku sama sekali tidak tahu apa yang baru saja dia katakan.” Para pria, anda tentu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah beberapa detik hening yang rasanya seperti satu jam, anda mendengar kata-kata menakutkan keluar dari mulutnya. “Kamu tidak dengarkan aku ya?” Dan semua pria menjawab, “Babe, tentu saja aku mendengarkan kamu. Aku cuman tidak yakin bagian terakhir saja. Bisakah kamu mengulangi bagian terakhir? Aku hanya ingin memastikan bahwa aku memberikan kamu jawaban yang tepat.”
Bisakah kita jujur? Inilah yang sering kita lakukan ketika membaca Alkitab. Kita membacanya tetapi kita tidak tahu apa yang kita baca. Mengapa? Karena kita tidak berhenti dan merenungkan apa yang baru saja kita baca. Kebanyakan orang Kristen membaca Alkitab dan mencentang list mereka tetapi tidak banyak orang Kristen yang merenungkan Alkitab. Itu sebabnya kita tidak mendapatkan apa-apa dari pembacaan Alkitab. Kita tidak berhenti dan berpikir. Masalah utama dalam memahami Alkitab lebih sedikit berkaitan dengan kecerdasan kita dan lebih banyak berkaitan dengan kurangnya perenungan. Jadi bagaimana cara kita merenungkan firman? Itu membutuhkan dua hal. Pertama, perenungan membutuhkan anda untuk menghafal firman Tuhan. Bagaimana anda bisa mengucapkan firman Tuhan kepada diri anda sendiri jika anda tidak menghafalnya? Saya tahu, saat saya memberitahu anda untuk menghafal firman, beberapa dari anda langsung berpikir, “Ini terlalu sulit. Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak memiliki daya ingatan yang baik.” Apa benar demikian? Saya ingin anda menonton video pendek ini dan melihat apakah alasan anda berlaku.
*video*
Jika anak berusia tiga tahun dapat menghafal firman, tidak ada alasan bagi anda untuk tidak dapat melakukannya. Kedua, perenungan membutuhkan anda untuk mengunyah firman Tuhan. Ketika anda membaca Alkitab, pilihlah bagian yang benar-benar berbicara kepada anda dan hafalkan. Itu mungkin cuman satu ayat atau beberapa ayat. Kemudian ambil ayat tersebut dan kunyah sepanjang hari. Ini seperti bagaimana seekor sapi mengunyah rumput. Seekor sapi bangun di pagi hari, makan rumput, dan kemudian tidur siang. Setelah tidur siang, sapi itu memuntahkan rumput yang dia makan, mengunyahnya lagi, mengambil lebih banyak nutrisi dari rumput, dan kemudian dia tidur siang lagi. Dan kemudian dia bangun, memuntahkan lagi, melanjutkan proses ini sampai semua nutrisi habis diserap, dan kemudian tidur siang lagi. Apa pelajarannya? Pelajarannya bukanlah kita memerlukan tidur siang yang sering untuk merenungkan Alkitab. Pelajarannya adalah kita perlu merenungkan Alkitab seperti seekor sapi mengunyah rumput. Ketika anda melakukan kegiatan anda sepanjang hari, teruslah mengingat ayat-ayat yang anda hafal dan pikirkan tentang hal itu dan bicaralah kepada diri anda sendiri sampai anda benar-benar memahaminya dan sampai ayat itu mempengaruhi anda. Kita bersuka akan firman dan kita merenungkan firman. Apakah anda ingin mendengar Tuhan berbicara kepada anda? Inilah cara untuk melakukannya. Ketika anda merenungkan semakin banyak firman Tuhan, Roh Kudus akan mengingatkan ayat-ayat yang telah anda hafal dan renungkan pada saat anda membutuhkan.
Ketiga, tertanamlah dalam komunitas yang berpusat pada Alkitab. Kita semua membutuhkan sebuah komunitas. Tetapi kita tidak hanya membutuhkan sebuah komunitas, kita membutuhkan komunitas yang berpusat pada Alkitab. Kita membutuhkan komunitas yang didorong oleh keinginan untuk bertumbuh dalam kesukaan akan firman Tuhan. Puji Tuhan untuk khotbah hari Minggu yang baik. Tetapi khotbah hari Minggu yang baik hanya bisa memotivasi anda. Di dalam komunitaslah di mana kita bisa mengunyah firman Tuhan bersama-sama. Di dalam komunitas kita dapat berdiskusi, berpikir secara mendalam, dan mengajukan pertanyaan tentang khotbah hari Minggu. Khotbah menginspirasi anda tetapi komunitas membentuk anda. Jangan meremehkan kekuatan komunitas. Satu cerita gym terakhir untuk hari ini. Setiap kali saya pergi ke gym, saya ikut kelas body combat. Tetapi saya selalu keluar kelas 5 menit sebelum kelas selesai karena saya benci latihan core (perut). Badan saya tidak cocok dengan latihan core. Tetapi minggu ini, ada orang-orang yang menemani saya ikut kelas body combat. Hari Senin, Richard ikut kelas bersama saya. Dan saya berpikir, “Apa aku harus ikut latihan core? Ada Richard dan dia pasti ikut. Nah, aku tidak bisa melakukannya.” Jadi saya tinggalkan Richard sendirian di kelas. Tapi kemarin, Richard dan Cindy menemani saya ke body combat. Dan saya berpikir, “Apa aku harus ikut latihan core? Ada Richard dan Cindy disini dan mereka pasti ikut latihan core. Mungkin aku sebaiknya ikut. Oke, aku ikut deh.” Dan akhirnya untuk pertama kali saya ikut latihan core. Itulah kekuatan komunitas. Komunitas yang berpusat pada Alkitab membentuk anda. Komunitas mendorong anda untuk lebih berakar ke dalam Kristus daripada apa yang dapat anda lakukan sendirian. Jadi, jika anda belum tertanam di KM, saya sangat menghimbau anda untuk melakukannya. Ingat, kebahagiaan adalah hasil dari dikenal oleh Tuhan dan mengenal Tuhan melalui firman-Nya. Karena itu, jika anda serius tentang kebahagiaan anda, maka inilah saatnya bagi anda untuk memberikan diri pada firman Tuhan dan umat Tuhan.
Sorry, the comment form is closed at this time.