28 Feb Mazmur 27: Mengatasi rasa takut dan kekhawatiran
Mazmur 27:1-14
Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya. Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.
Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Berapa banyak dari anda yang pernah merasa khawatir tentang kehidupan? Bagi anda yang tidak mengangkat tangan, anda sekarang sedang khawatir tentang apa yang mungkin dipikirkan orang tentang anda jika anda mengangkat tangan. Saya tidak tahu apakah benar atau tidak bahwa kita dapat mengembangkan indra keenam dengan berjalannya waktu, tetapi kalau ada seseorang yang memiliki indra keenam, saya yakin itu adalah mami saya. Indra keenam mami saya adalah mendeteksi kebohongan. Dia bisa mencium kebohongan dari jauh. Kalau anda tidak percaya, anda bisa tanya Ps Sem setelah ibadah. Karena karunia unik yang mami saya miliki, saya selalu merasa khawatir setiap kali saya pergi ngedate sewaktu saya masi SMA. Saya tahu saya tidak diizinkan berpacaran di usia yang muda. Papi mami saya telah mengatakan kepada saya bahwa tujuan berpacaran adalah untuk pernikahan sejak saya masih berusia 14 tahun. Mereka mengatakan kepada saya, “Jika kamu belum siap untuk menikah, maka jangan pacaran.” Penekanannya adalah pada bagian, “jangan pacaran.” Tapi hari ini sebaliknya. Penekanannya bukan pada bagian “jangan pacaran” tetapi pada bagian “kapan kamu siap untuk menikah?” Jadi, setiap kali saya pergi ngedate dengan sembunyi-sembunyi, saya selalu berpikir bagaimana jika nanti mami saya tahu. Jadi sebelum saya pergi ngedate, saya akan memikirkan banyak skenario berbeda di mana saya mungkin tertangkap dan mencari alasan dan cara untuk menutupinya. Dan akhirnya, saya menjadi sangat pandai berbohong. Kegelisahan dan kekhawatiran, jika tidak ditangani dengan baik, bisa menjadi pintu bagi banyak dosa lainnya.
Apakah anda memperhatikan bahwa orang-orang menjadi lebih mudah khawatir seiring bertambahnya usia? Semakin tua anda, semakin khawatir anda. Orang tua selalu khawatir. Mereka mengkhawatirkan suami, istri, anak, pensiun, rekening bank, anjing, teman, tetangga, sepupu, sepupu kedua, sepupu yang mereka tidak kenal, dan tentu, mereka juga mengkhawatirkan diri mereka sendiri. Saya dulu sering berpikir, “Orang tua, kalian perlu santai. Tenang. Nikmati hidup. Berhenti makan salad dan ganti makan KFC sekali-sekali. Khawatir tidak membawa anda kemana-mana. Khawatir tidak berguna. Jadi, berhentilah khawatir dan mulailah menikmati hidup.” Tapi tentu saja, saya bertambah usia. Dan sebelum saya menyadarinya, saya sudah menjadi salah satu dari mereka. Hari ini, saya lebih sering khawatir daripada dulu. Mengapa? Apakah karena dunia semakin buruk? Belum tentu. Menurut saya, saya menjadi lebih khawatir karena saya lebih menyadari akan apa yang terjadi di dunia ini. Saya memiliki lebih banyak informasi daripada sebelumnya dan itu menciptakan kekhawatiran dalam diri saya. Contoh, salah satu gigi bungsu saya baru saja dicabut minggu lalu. Dokter gigi saya mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja. Ini hanya operasi kecil yang akan memakan waktu 10 sampai 15 menit dan saya tidak perlu khawatir. Jadi, saya tidak khawatir. Saya merencanakan jadwal kegiatan saya seperti biasa. Pada malam hari operasi, saya akan bertemu seseorang untuk pemuridan, kemudian keesokan harinya saya akan mengajar di LOGOS. Dan minggunya saya akan khotbah dua kali. Tidak masalah. Kegiatan berjalan seperti biasa. Seperti yang sering dikatakan, “ignorance is bliss” (ketidaktahuan adalah kebahagiaan). Tapi malam sebelum operasi, saya mengobrol dengan teman saya dan dia berkata, “Sewaktu gigi bungsuku dicabut, aku ga bisa ngapa-ngapain untuk seminggu.” Dan dalam sekejap, tiba-tiba saya menjadi khawatir. Dan mari saya beritahu, teman saya benar. Dokter gigi saya berbohong. Operasi itu sangat menyakitkan. Saya sampai meneteskan air mata sewaktu operasi. Bukankah benar bahwa semakin banyak informasi yang kita miliki, semakin kita menjadi khawatir? Orang-orang ternyata tidak sebaik yang kita duga. Kita mendengar dan melihat orang-orang di sekitar kita mulai sekarat, diberhentikan dari pekerjaan, dikhianati oleh teman, global pandemi, penyakit, dan banyak lainnya. Dunia yang kita tinggali ini rusak dan penuh dengan kehancuran. Hal-hal buruk selalu terjadi dan tidak ada cara untuk menghentikannya datang ke dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya banyak dari kita hidup di dalam rasa takut dan kekhawatiran.
Jadi, bagaimana cara kita bisa mengatasi rasa takut dan kekhawatiran? Jika anda pergi ke toko buku, anda akan melihat bahwa buku-buku tentang ketakutan dan kekhawatiran sangatlah populer. Orang-orang ingin tahu cara bagaimana mengatasi ketakutan dan kekhawatiran mereka. Dan saya akan memberitahu anda jawaban dunia untuk masalah ini. Mereka memberi tahu anda, “Yang harus anda lakukan adalah berpikir positif. Jangan buang waktu dan energi anda untuk memikirkan skenario yang belum tentu terjadi. 9 dari 10 hal yang anda khawatirkan tidak terjadi. Memikirkan dan memvisualisasikan ketakutan anda hanya akan menguras energi anda. Jadi yang perlu anda lakukan adalah untuk mengarahkan pikiran anda pada hal-hal positif dalam hidup anda. Visualisasikan yang positif dan singkirkan yang negatif.” Apakah anda sering mendengar perkataan tersebut? Dan jawaban ini ada benarnya, tetapi jawaban ini tidak realistis. Karena masih ada kemungkinan bahwa 1 dari 10 hal yang kita khawatirkan akan terjadi. Apa yang terjadi jika hal itu terjadi, dan kita tidak siap untuk itu? Berpikir positif tidak menjawab masalah. Hari ini saya akan menawarkan kepada anda cara yang berbeda untuk mengatasi masalah ketakutan dan kekhawatiran, yaitu cara Alkitab. Dan cara Alkitab sangat berbeda dengan cara dunia. Alkitab sangat realistis. Dapatkan ini. Alkitab mengatakan bahwa kita dapat mengasumsikan hal terburuk yang mungkin terjadi tetapi kita tidak dikalahkan oleh rasa takut dan kekhawatiran. Sangatlah mungkin untuk mengalami hal yang terburuk dalam hidup namun tetap memiliki keyakinan. Sangatlah mungkin untuk memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan bahkan ketika dunia sedang terbalik. Berapa banyak dari anda yang menginginkan ini? Mazmur 27 akan memberikan hal ini kepada kita.
Izinkan saya memberikan konteks dari Mazmur 27 terlebih dahulu. Mazmur ini dikenal sebagai mazmur keyakinan. Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud. Mazmur 27 adalah salah satu mazmur yang paling terkenal dan salah satu mazmur yang paling menghibur. Kita tidak tahu kapan Daud menulis mazmur ini dan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kita tahu kalau Daud sedang berada dalam suatu masalah. Dalam mazmur ini, dia meminta Tuhan untuk ada bersamanya di tengah kesusahan. Dia ingin Tuhan untuk melindungi dan menuntunnya. Dan sewaktu Daud meminta perlindungan dan tuntunan Tuhan, Daud tetap penuh dengan keyakinan. Mazmur 27 mendorong kita untuk mempercayai Tuhan di dalam masa kesusahan. Mazmur ini memberitahu kita bahwa jawaban untuk masalah ketakutan dan kekhawatiran adalah dengan menatap keindahan Tuhan. Apa artinya? Mari kita pelajari bersama.
Saya memisahkan mazmur ini menjadi empat bagian. Sumber Daud; Permintaan Daud; Kecemasan Daud; Keyakinan Daud.
Sumber Daud
Mazmur 27:1-3 – TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.
Ayat-ayat ini memberi tahu kita sumber dari kepercayaan Daud dalam hidup. Kepercayaan Daud bukanlah pada kemampuan atau kekuatannya sendiri tetapi pada Tuhan. Tuhan adalah sumber kepercayaan Daud. Perhatikan gambar yang digunakan Daud dalam ayat-ayat ini. Daud menggambarkan Tuhan sebagai terang, keselamatan dan benteng. Apa artinya untuk Tuhan menjadi terang? Terang digunakan dalam Alkitab sebagai simbol tentang segala sesuatu yang positif. Tapi fungsi utama terang adalah untuk menerangi kegelapan. Dan sewaktu Tuhan adalah terang Daud, Tuhan juga adalah keselamatan Daud. Bagaimana? Karena ketika cahaya menerangi kegelapan, terang itu akan menyelamatkan dia dari potensi bahaya yang bisa terjadi di dalam kegelapan. Saya beri sebuah contoh. Berapa banyak dari anda yang takut akan kegelapan ketika anda masih kecil? Saya salah satunya. Mengapa kita takut akan kegelapan? Kita takut berada di dalam kegelapan karena potensi bahaya yang mungkin akan menimpa kita. Saya takut kegelapan karena saya takut hantu. Untuk bertahun-tahun, saya tidak bisa tidur dengan lampu mati. Saya yakin bahwa jika saya mematikan lampu, casper dan teman-temannya akan masuk ke kamar saya dan berpesta disitu. Tetapi ketika lampu menyala, saya bisa melihat sekeliling saya dan saya merasa aman. Tetapi Tuhan bukan hanya terang dan keselamatan, tetapi dia juga sebuah benteng. Benteng adalah tempat di mana anda menemukan perlindungan dari musuh anda. Mari kita gabungkan ketiga gambar ini. Tuhan adalah terang, keselamatan dan benteng. Jadi Tuhan tidak hanya menerangi kegelapan dan menyelamatkan Daud dari potensi bahaya, tetapi Tuhan juga adalah benteng di mana Daud dapat menemukan perlindungan dari musuh-musuhnya. Dan perhatikan bahwa Daud tidak mengatakan bahwa Tuhan memberikan terang, keselamatan dan benteng. Daud berkata bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan dan benteng Daud. Dan ketika Tuhan adalah terang, keselamatan dan benteng Daud, pertanyaannya adalah, kenapa dia harus takut? Kepada siapa dia harus takut? Jawabannya adalah tidak ada.
Ini tidak berarti bahwa Daud tidak memiliki musuh. Daud kemudian membayangkan skenario terburuk di mana dia dikelilingi oleh penjahat yang ingin memakan dagingnya. Para penjahat ini bukanlah zombie, tetapi musuh yang ingin membunuh Daud. Daud mengatakan bahwa musuh-musuhnya mungkin mengelilinginya dengan pasukan mereka, mencoba membunuhnya. Coba pikirkan sebentar. Saya yakin bahwa kita semua memiliki orang-orang dalam kehidupan kita yang tidak menyukai kita. Saya yakin ada orang-orang yang senang ketika mereka mendengar saya menderita kesakitan sewaktu gigi bungsu saya dicabut. Tetapi menurut saya, saya tidak memiliki orang-orang dalam hidup saya yang begitu membenci saya sampai ingin membunuh saya. Setidaknya, yang saya tahu. Sepertinya saya tidak akan pernah dikelilingi oleh sekelompok orang yang ingin membunuh saya. Tapi situasi seperti itulah yang Daud bayangkan. Namun dia berkata bahwa hatinya tidak akan takut. Dia akan tetap percaya. Bagaimana mungkin? Karena kepercayaan Daud bukan pada dirinya sendiri tetapi pada Tuhan. Daud berkata, “Tuhan adalah terangku yang membimbing aku. Dia adalah penyelamatku yang membebaskanku. Dia adalah bentengku yang melindungi aku. Dan jika Tuhan ada di pihakku, aku tidak punya alasan untuk takut kepada musuhku.” Jadi inilah yang harus kita mengerti. Saudara, jika Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng kita, jika Tuhan ada di pihak kita, siapa yang dapat melawan kita? Tetapi pertanyaannya adalah, siapa atau apakah terang, keselamatan, dan benteng kita? Ke mana atau kepada siapa kita pergi ketika hidup tampaknya terlalu berat untuk dihadapi? Apakah pasangan kita? Anak-anak? Pekerjaan? Netflix? ESPN? Game? Pornografi? Hobi? Kabar buruknya adalah apapun yang menjadi kepercayaan kita disamping Tuhan akan mengecewakan kita. Kabar baiknya adalah jika kita menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan, dia tidak akan mengecewakan kita. Dengarkan apa yang dikatakan Daud selanjutnya.
Permintaan Daud
Mazmur 27:4-6 – Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.
Permintaan yang sangat indah. Ada satu hal yang diminta Daud dari Tuhan. Dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, anda tidak bisa benar-benar melihatnya. Tetapi dalam bahasa Ibrani, ungkapan “satu hal” memiliki gagasan tentang sesuatu yang paling penting. Daud berkata, “Aku tidak peduli berapa harganya, aku tidak peduli berapa lama yang dibutuhkan untuk mendapatkannya, ada satu hal yang aku inginkan lebih dari apapun dalam hidup. Ada satu hal yang akan terus aku ingini. Dan jika aku memiliki satu hal ini, maka semuanya akan baik-baik saja. Tetapi jika aku tidak memiliki satu hal ini, aku dapat memiliki semua hal lainnya namun itu tidak ada artinya.”
Bayangkan jika suatu hari anda bertemu Jeff Bezos dan dia bertanya kepada anda, “Apa yang kamu inginkan? Mintalah satu hal kepadaku. Apapun itu, aku akan memberikannya kepadamu.” Apa jawaban anda? Coba pikirkan. Jeff Bezos adalah orang terkaya di dunia. Saya melakukan sedikit penelitian dan sumber yang sangat dapat dipercaya, Wikipedia, menulis bahwa total nilai kekayaan bersihnya adalah US $8 triliun. Ini triliun dengan dua belas angka nol. Kebanyakan dari kita hanya memiliki 4 sampai 6 digit angka di rekening bank kita. 3 jika anda mahasiswa. Jadi, apa yang akan anda minta dari Jeff Bezos? Anda bisa dapat memiliki apa pun yang hati anda inginkan. Sekarang bayangkan jika Tuhan bertanya hal yang sama kepada anda. Apapun yang anda inginkan, dia akan memberikannya kepada anda. Apa jawaban anda? Apakah Anda akan meminta rekening bank yang tak terbatas? Pasangan hidup yang anda dambakan? Keluarga bahagia? Karir yang sukses? Kehormatan? Kesembuhan? Atau mungkin untuk anda yang rohani seperti Solomo, hikmat? Apa satu hal yang akan anda minta? Tahukah anda apa yang diminta oleh Daud? Daud meminta hadirat Tuhan. Coba bayangkan. Dari semua hal baik yang Daud bisa minta, Daud meminta kepada Tuhan supaya dia bisa diam di rumah Tuhan seumur hidupnya. Ini tidak berarti bahwa Daud ingin berhenti menjadi raja dan berubah menjadi imam. Apa yang Daud inginkan adalah untuk mengalami kehadiran Tuhan yang terus menerus. Mengapa? Karena Daud mengerti bahwa jika Tuhan adalah sumber kepercayaan Daud, maka yang dibutuhkan Daud di atas segalanya adalah hadirat Tuhan. Dengarkan ini. Obat untuk rasa takut dan kekhawatiran bukanlah untuk memiliki lebih banyak hal tetapi untuk memiliki hadirat Tuhan.
Namun Daud tidak berhenti di situ. Dia berkata bahwa dia ingin tinggal di rumah Tuhan sehingga dia bisa menyaksikan kemurahan Tuhan. Terjemahan yang lebih baik untuk perkataan ini adalah menatap keindahan Tuhan. Bahasa Inggrisnya adalah “gaze upon the beauty of the Lord.” Saudara mengerti arti kata “gaze”? Kata “gaze” berarti menatap dengan penuh perhatian. Daud ingin menatap keindahan Tuhan dengan penuh perhatian. Dengan kata lain, Daud tidak hanya melihat Tuhan sebagai sosok yang berguna tetapi juga indah. Kita mengerti ini, kususnya kaum pria. Pria, kita tidak menatap dengan penuh perhatian kepada seseorang yang berguna. Kita menatap dengan penuh perhatian kepada seseorang yang indah, seseorang yang cantik. Oh ya, Tuhan berguna bagi Daud. Tuhan menyembunyikan Daud dalam pondoknya pada waktu bahaya. Tuhan mengangkat Daud ke atas gunung batu di hadapan musuh-musuhnya. Namun kebaikan Tuhan terhadap Daud hanya membuat Daud semakin terpikat kepada keindahan Tuhan. Bagi Daud, tidak ada yang lebih baik, lebih besar, lebih agung, lebih memuaskan, lebih menyenangkan, lebih dapat diandalkan, lebih tahan lama, lebih bermanfaat, daripada Tuhan itu sendiri. Apa yang dicari Daud bukan hanya apa yang dapat Tuhan lakukan untuk Daud tetapi pribadi Tuhan sendiri. Daud berkata, “Kebutuhan terbesarku adalah Tuhan. Sukacita terbesarku adalah Tuhan. Dan jika aku memiliki Tuhan, dan jika yang paling aku inginkan dalam hidup adalah Tuhan, maka aku aman. Aku tidak takut. Aku tidak punya alasan untuk khawatir.”
Ini sangat dalam. Mari saya tunjukkan apa maksud Daud. St Augustine memiliki wawasan yang luar biasa tentang kekhawatiran. Coba pikirkan. Mengapa kita khawatir? Sedikit kekhawatiran adalah hal yang baik. Itu artinya kita peduli. Jika kita tidak pernah merasa khawatir tentang apapun, itu berarti kita tidak punya perasaan. Kita tidak peduli tentang apapun. Kita adalah zombie. Tetapi pertanyaanya adalah, mengapa kita terlalu khawatir? Mengapa kita tidak bisa tidur dan terus menerus diliputi rasa takut dan kekhawatiran? Inilah alasan mengapa kita terlalu khawatir. Dan jangan marah terhadap saya. Ini perkataan St Augustine. Kita semua memiliki hal-hal yang sangat berharga dalam hidup kita. Kita mencintai hal-hal tersebut dan kita menginginkan itu. Dan itu adalah hal-hal yang baik. Orang tua dan anak adalah hal yang baik. Karier adalah hal yang baik. Seks adalah hal yang baik. Kita semua memiliki banyak hal yang baik dalam hidup kita. Tetapi ketika hal-hal yang baik menjadi satu hal yang harus kita miliki agar kita bahagia, kita sedang menatapnya dengan penuh perhatian. Kita menginginkan hal tersebut. Kita mengejarnya. Kita percaya bahwa kita tidak akan pernah puas kecuali kita memilikinya. Dan ketika hal-hal yang baik berubah menjadi satu hal, disitulah kekhawatiran melanda. St Augustine berkata bahwa kekhawatiran itu seperti asap yang bisa kita telusuri menuju api. Ketika kita terlalu khawatir tentang sesuatu, dan kita menelusuri akar kekhawatiran itu, kita akan selalu menemukan hal-hal baik yang sudah berubah menjadi satu hal. Pada akar kekhawatiran kita, kita akan menemukan tuhan palsu yang telah menjadi sumber kepercayaan kita. Ketika hal-hal baik berubah menjadi satu hal, kita akan sangat khawatir.
Izinkan saya memberi anda contoh yang digunakan Daud. Mazmur 27:10 – Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. Apakah ada yang salah dengan kasih antara orang tua dan anak? Tentu saja tidak. Tuhanlah yang menciptakan hubungan kasih antara orang tua dan anak. Adalah baik bagi orang tua untuk mengasihi anak-anaknya dan untuk anak-anak ingin dikasihi oleh orang tuanya. Tetapi apa yang terjadi jika orang tua kita tidak mengasihi kita? Dan saya sudah cukup sering menonton drama Korea untuk tahu jawabannya. Ini sering sekali terjadi di dalam drama Korea. Hampir setiap anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh orang tua mereka atau anak yang tidak dibesarkan dengan kasih orang tua mereka akan mengajukan pertanyaan, “Mengapa? Mengapa orang tuaku meninggalkanku? Mengapa mereka tidak menginginkanku?” Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada ditolak oleh orang tua anda sendiri. Dan ini tidak hanya terjadi di drama Korea. Ada banyak orang yang kita kenal dalam hidup kita yang berkata, “Aku tidak akan memaafkan orang tuaku atas apa yang mereka lakukan terhadapku. Aku tidak akan pernah lupa bahwa mereka meninggalkanku. Aku tidak akan pernah baik-baik saja. Aku tidak akan pernah bahagia.” Mereka menolak untuk dihibur. Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah hal yang baik, kasih orang tua, telah menjadi satu hal. Mereka mendambakannya. Mereka menginginkannya. Tapi mereka tidak memilikinya. Akibatnya, mereka menjadi sangat khawatir. Mereka mulai melihat hal-hal lain untuk memenuhi keinginan mereka agar diterima oleh orang tua mereka dan mereka tidak pernah puas. Apakah anda melihat itu? Itulah sebabnya Augustine berkata bahwa kekhawatiran bisa menjadi hal yang sangat membantu. Kekhawatiran kita yang dalam memberi tahu kita banyak hal tentang diri kita sendiri. Karena kita bisa mengikuti jejak asap dan menemukan tuhan palsu kita. Kekhawatiran kita yang dalam akan mengungkapkan kepada kita sumber kepercayaan kita.
Tapi dengarkan apa yang dikatakan Daud. “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” Inilah artinya untuk menatap keindahan Tuhan. Daud berkata, “Orang tuaku mungkin meninggalkan aku, karirku mungkin meninggalkan aku, kekasihku mungkin meninggalkan aku, kesehatanku mungkin meninggalkan aku, tetapi Tuhan tidak akan meninggalkan aku. Tuhan menyambut aku.” Artinya, Tuhan adalah satu hal bagi Daud. Dan saudara, jika Tuhan adalah satu hal bagi kita, kita tidak akan terlalu khawatir tentang apa pun. Inilah permintaan Daud dan saya harap ini juga adalah permintaan kita hari ini.
Kecemasan Daud
Mazmur 27:7-12 – Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman.
Jika Tuhan adalah satu hal bagi Daud, tahukah anda apa kecemasan Daud? Untuk tidak memiliki Tuhan. Ada perubahan yang tiba-tiba terjadi dalam ayat-ayat ini. Jika ayat 1 sampai 6 menggambarkan kepercayaan Daud kepada Tuhan, ayat 7 sampai 12 menggambarkan kecemasan Daud untuk Tuhan. Dan ini adalah sesuatu yang harus kita pahami. Hanya karena kita memiliki kepercayaan kepada Tuhan, bukan berarti kita tidak bergumul. Berulang kali, di sepanjang kitab Mazmur, kita melihat contoh orang-orang yang percaya kepada Tuhan namun bergumul dengan sangat untuk Tuhan pada saat yang sama. Kita tidak tahu persis situasi Daud, tetapi kita tahu bahwa dia berada di tengah situasi yang sangat sukar. Ayat 12 menyarankan kepada kita bahwa sepertinya Daud telah dituduh secara tidak benar oleh orang-orang yang ingin menyakitinya. Dan di tengah situasi yang sulit ini, Tuhan sepertinya tidak ada bersama dengan Daud. Pernahkah anda mengalaminya? Anda berada di tengah situasi yang sulit dan Tuhan sepertinya tidak ada bersama dengan anda? Jika anda mengalaminya, anda tidak sendiri. Daud tahu persis bagaimana perasaan anda.
Tapi perhatikan apa yang dilakukan Daud. Ketika Daud merasa Tuhan tidak ada bersama dengan dia, dia tidak menjauh dari Tuhan. Tetapi, Daud justru lebih mendekat. Daud lebih mencari Tuhan. Dalam ayat 7, dia meminta Tuhan untuk mendengarkan dia. Dalam ayat 8 dan 9, dia meminta Tuhan untuk tidak meninggalkan dia. Dalam ayat 11, dia meminta Tuhan untuk menuntun dia. Dalam ayat 12, dia meminta Tuhan untuk melindungi dia. Dia bergumul dengan sangat untuk Tuhan. Dan dia meminta semua ini sambil tetap percaya kepada Tuhan pada saat yang sama. Meskipun Daud tidak merasakan kehadiran Tuhan, Daud tetap yakin bahwa Tuhan tidak meninggalkan dia. Bahkan ketika orang tua jasmani mungkin meninggalkan anak-anak mereka, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan anak-anaknya. Inilah artinya untuk melihat Tuhan tidak hanya sebagai berguna tetapi juga indah. Dalam kecemasannya, yang dicari Daud adalah pribadi Tuhan itu sendiri. Ketika kita melihat Tuhan sebagai indah, kita tidak hanya mencari dia untuk apa yang bisa dia lakukan, tetapi kita mencari dia untuk dia.
Saya berikan sebuah contoh. Bulan lalu, saya merayakan ulang tahun saya dan saya menerima banyak hadiah. Dan yang menarik, saya menerima 7 gift cards dan semuanya untuk toko yang sama. Ada yang mau menebak apa nama tokonya? Koorong. Seseorang berkata kepada saya bahwa ketika dia memikirkan hadiah untuk saya, dia langsung teringat pada Koorong. Saya seperti duta besar Koorong. Ketika Yesus dicobai di padang gurun, Yesus berkata bahwa manusia tidak hidup dari roti saja. Mungkin jika saya bisa menulis ulang ayat ini, saya akan menuliskan bahwa Yosi tidak hidup dari Koorong gift card saja. Tapi kenapa ada banyak orang yang memberikan saya Koorong gift card? Karena mereka mengenal saya. Mereka tahu bahwa salah satu hal favorit saya adalah membaca buku teologi. Saya suka dan senang belajar lebih banyak tentang Tuhan. Tapi yang mungkin banyak orang tidak ketahui adalah bahwa hal itu tidak selalu demikian. Ada hari-hari di masa lalu saya di mana saya sama sekali tidak suka membaca buku teologi. Izinkan saya memberi tahu anda sebuah rahasia yang tidak saya banggakan. Saya lulus dari sekolah Alkitab pertama saya di Dallas tanpa menyelesaikan satu buku pun. Setiap kali saya memiliki tugas membaca, saya hanya membaca sepintas. Saya hanya membaca secukupnya untuk lulus ujian. Jadi, saya membaca hanya supaya saya bisa lulus mata pelajaran. Saya harus lulus mata pelajaran supaya saya bisa lulus sekolah. Saya harus lulus sekolah supaya saya dapat memiliki gelar. Saya membutuhkan gelar supaya saya dapat bekerja dan menghasilkan uang. Itulah alasan saya membaca. Membaca berguna bagi saya. Jadi, saya membaca sepintas hanya untuk menghasilkan uang. Tapi hari ini, sangat berbeda. Hari ini, saya menghabiskan banyak uang untuk membaca buku. Saya membaca buku teologi untuk menikmatinya. Dulu, membaca buku adalah berguna bagi saya, tetapi sekarang, membaca buku adalah indah. Membaca buku adalah kesenangan.
Dan inilah perbedaan terbesar antara umat Kristen agamawi dan umat Kristen Injili. Kristen agamawi mencari Tuhan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi Kristen Injili mencari Tuhan untuk Tuhan. Kristen agamawi melayani Tuhan agar Tuhan memberikan mereka hal-hal yang mereka inginkan. Kristen Injili melayani Tuhan karena mereka menginginkan Tuhan. Kristen Injili hanya ingin dekat dengan hadirat Tuhan. Tuhan adalah keindahan tertinggi. Tuhan adalah kebaikan tertinggi. Tuhan adalah satu hal. Dan inilah alasan mengapa Daud terus mencari Tuhan ketika dia tidak merasakan kehadiran Tuhan. Dia tidak marah atau menjadi pahit. Daud terus berjuang dan dia tidak menyerah. Karena bagi Daud Tuhan tidak hanya berguna tetapi juga indah. Lihat apa yang dia katakan selanjutnya.
Keyakinan Daud
Mazmur 27:13-14 – Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Daud sangat yakin. Meskipun dia belum mengalami terobosan, dia tidak putus asa. Dia percaya bahwa dia akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup. Tuhan tidak akan meninggalkan dia. Dan kemudian dia memberitahu dirinya sendiri dan orang-orang yang mendengarkan mazmurnya untuk menantikan Tuhan. Berapa banyak dari anda yang tahu bahwa menanti itu sulit? Menurut saya, saya adalah orang yang sabar. Tetapi jika ada satu hal yang memicu ketidaksabaran saya, itu adalah menunggu. Saya benci menunggu. Saya suka ya dan tidak. Anda bisa datang atau anda tidak bisa datang. Tetapi jangan buat saya menunggu anda. Saya lebih suka berusaha dengan kemampuan saya sendiri daripada untuk menunggu. Tapi Tuhan senang membuat kita menantikan dia. Apakah anda menyadarinya? Kenapa? Karena di musim penantianlah kita menemukan sumber kepercayaan diri kita yang sebenarnya. Di musim penantianlah kita mengetahui apakah kita memiliki iman yang tulus atau tidak. Di musim penantianlah kita mengetahui apakah Tuhan hanya berguna atau apakah dia juga indah bagi kita. Ketika Tuhan adalah sumber kepercayaan kita, kita akan menantikan Tuhan di hari-hari kesusahan karena kita tahu bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umatnya.
Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa memiliki keyakinan seperti Daud? Bagaimana kita bisa menunggu Tuhan di masa kesusahan? Jawabannya adalah keindahan Tuhan. Saya jelaskan. Mazmur 27:4 – Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Daud mengatakan dia ingin menikmati bait suci Tuhan. Dia ingin melihat keindahan Tuhan dan menikmati Tuhan di bait suci. Jadi ada sesuatu tentang kehadiran Tuhan di bait suci yang menarik perhatian Daud. Daud tahu bahwa dia dapat mengalami kehadiran Tuhan di mana saja. Daud adalah sosok yang menulis mazmur 139 dimana dia berkata bahwa tidak ada tempat dimana dia bisa bersembunyi dari hadirat Tuhan. Di Himalaya, Tuhan ada. Di Sydney, Tuhan ada. Di Papua, Tuhan ada. Bahkan di ujung kedalaman lautpun, Tuhan ada. Hadirat Tuhan tidak terbatas di bait suci saja. Tetapi ada sesuatu tentang bait suci yang mengungkapkan keindahan Tuhan. Apa itu? Inilah yang dilihat Daud. Dua hal. Pertama, Daud melihat kekudusan Tuhan. Lebih dari di mana pun, bait suci menunjukkan kekudusan Tuhan. Bait suci menunjukan bahwa anda tidak dapat mendekat kepada Tuhan semau anda. Tuhan itu sangat kudus. Dia bahkan tidak bisa mentolerir bau dosa. Agar anda bisa mendekat kepada Tuhan, anda harus membersihkan diri anda dan mempersembahkan semua korban untuk dosa. Bait suci menunjukkan bahwa anda tidak bisa bermain-main dengan Tuhan. Jika anda mendekati hadirat Tuhan tanpa mempersembahkan korban yang benar untuk dosa, dia akan membunuh anda di tempat. Tapi itu bukan satu-satunya hal yang dilihat Daud di bait suci. Daud tidak hanya melihat kekudusan Tuhan. Kedua, Daud melihat belas kasihan Tuhan. Meskipun Tuhan itu kudus, dia menyediakan cara agar dia bisa bersama umatnya. Dia memberikan jalan agar orang-orang berdosa bisa mendekati hadiratnya yang kudus. Di bait suci, Daud melihat kekudusan Tuhan dan belas kasihan Tuhan saling mencium. Dan itu indah.
Tetapi bagi kita hari ini, kita tidak lagi melihat ke bait suci Tuhan di Yerusalem karena bait suci Tuhan telah datang kepada kita. Yesus menyebut dirinya sebagai bait suci Tuhan. Jika kita ingin melihat keindahan Tuhan, kita tidak lagi melihat ke bait suci, tetapi kita menatap Yesus dengan penuh perhatian. Apa yang kita lihat ketika kita menatap Yesus? Dengarkan apa yang dikatakan Yesaya ketika dia menulis tentang Yesus. Yesaya 53:2-6 – Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Ketika kita melihat Yesus, kita melihat kekudusan Tuhan. Kita melihat bagaimana Tuhan tidak dapat mentolerir dosa dan kita melihat harga dosa. Kita melihat bagaimana Tuhan pencipta alam semesta yang mulia menjadi jelek. Kita melihat bagaimana dia yang indah menjadi tidak indah. Yesaya mengatakan bahwa Yesus tidak memiliki keindahan yang membuat kita menginginkannya maupun menatapnya. Mengapa? Karena di kayu salib, Yesus mendapatkan apa yang pantas kita terima. Yesus mati di kayu salib untuk membayar hukuman dosa-dosa kita. Dia menjadi jelek. Dan itu harga yang sangat mahal. Tapi kita juga melihat belas kasihan Tuhan. Kitalah yang seharusnya mati karena dosa-dosa kita. Kitalah yang seharusnya disalibkan di kayu salib. Kitalah orang-orang yang jelek. Tetapi Tuhan kaya akan belas kasihan sehingga dia menanggung hukuman dosa ke atas dirinya sendiri sehingga kita bisa mendekati hadiratnya dengan penuh keyakinan. Alkitab memberi tahu kita bahwa ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, segala sesuatu yang pantas diterima Yesus menjadi milik kita. Dia menerima hukuman yang pantas kita terima, dan kita menerima kebaikan yang pantas dia terima. Yesus yang indah menjadi jelek agar kita yang jelek menjadi indah. Jadi sekarang, dalam semua ketidaksempurnaan dan kelemahan kita, Tuhan melihat kita sebagai indah. Kita yang dulunya jelek secara rohani sekarang menjadi benar-benar indah karena apa yang telah Yesus lakukan di kayu salib. Kita yang tidak memiliki hak untuk mendekat kepada Tuhan sekarang dapat mendekati tahta belas kasihan Tuhan dengan penuh keyakinan. Di kayu salib Yesus Kristus, kita melihat kekudusan Tuhan dan belas kasihan Tuhan saling mencium dan itu sangatlah indah. Ketika kita melihat Yesus kehilangan keindahannya agar kita memiliki keindahan, itulah keindahan yang akan menyembuhkan rasa takut dan kekhawatiran kita. Itulah sumber keyakinan kita bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Itulah mengapa kita bisa mengatakan pada diri kita sendiri, “Jiwaku, nantikanlah Tuhan. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Tuhan layak untuk dinantikan.”
Saya akan tutup dengan ini. Tidak ada yang lebih praktis untuk menyembuhkan rasa takut dan kekhawatiran kita selain memandang keindahan Tuhan melalui Yesus Kristus. Dan tidak ada jalan pintas. Saya tidak bisa berkata bahwa kita hanya perlu melakukan A sekali dan kita tidak akan pernah lagi khawatir. Setiap hari kita digoda untuk menjadikan hal-hal baik lainnya menjadi satu hal. Itulah mengapa tidak ada yang lebih praktis selain terus menerus menenggelamkan diri kita dalam Injil. Tidak ada yang membawa kedamaian yang lebih besar bagi jiwa kita yang bermasalah selain terus menerus merenungkan apa yang telah Kristus lakukan. Tidak ada yang menempatkan hidup dalam perspektif yang benar selain melihat keagungan kebesaran Tuhan dalam wajah Yesus Kristus. Tidak ada yang memberdayakan kita untuk membuat pilihan yang sulit untuk mengatakan tidak pada kesenangan dosa selain menikmati kemuliaan salib Yesus Kristus. Hanya ketika kita menjadikan Yesus Kristus sebagai satu hal dalam hidup kita maka kita menjadi kurang khawatir tentang hal-hal baik lainnya. Seperti yang dikatakan salah satu himne. “Turn your eyes upon Jesus. Look full in his wonderful face. And the things of earth will grow strangely dim, in the light of his glory and grace.”
Discussion questions:
- Explain the weakness of positive thinking in dealing with fear and anxiety.
- How does having the Lord as our light, salvation and stronghold enable us to deal with fear and anxiety?
- Think about the last time you were overly anxious. Trace down the smoke to the fire. What is at the root of your anxiety? Share it with your group.
- What is the difference between seeing the Lord as useful and seeing the Lord as beautiful? Give examples.
- How does gazing at Jesus Christ cure our anxiety?
- Spend time to pray for one another, specifically in their struggle with fear and anxiety.
Sorry, the comment form is closed at this time.