07 Sep Memiliki Keberanian Seperti Rut
Hari ini kita akan bersama-sama belajar tentang pemeliharaan Tuhan melalui kisah Rut.
Rut adalah suatu buku yang sangat istimewa di dalam Alkitab kita.
- Pertama-tama, karena hanya ada dua buku dalam Alkitab yang dinamai atas nama seorang wanita, yaitu Rut dan Ester.
- Yang kedua, bukan hanya Rut adalah seorang wanita, tetapi dia juga adalah seorang Moab, seorang kafir yang bukan bagian dari umat pilihan Tuhan. Jadi, ketika kita membaca kata “Moab” dalam cerita Rut, kita harus ingat kalau Moab adalah bangsa kafir, bukan bangsa pilihan Tuhan. Dengan kata lain, Moab bukanlah suatu kata yang baik dalam konteks cerita Rut.
Buku Rut menceritakan kisah tentang seorang janda muda Moab yang miskin yang akhirnya menikah dengan seorang pria yang sudah tua, namun kaya raya.
Jika dibuat Rut menjadi sinetron atau acara TV, mungkin judulnya, “A Rich Farmer Wants a Wife.”
Tapi karena ini adalah khotbah, judulnya adalah “Memiliki Keberanian Seperti Rut.”
Kitab Rut tidak hanya menceritakan tentang satu janda, namun dua orang janda yang miskin. Seorang janda yang lain adalah janda tua yang bernama Naomi, yaitu mertuanya Rut.
Hari ini, marilah kita belajar dari Rut biar kita juga boleh memiliki keberanian seperti Rut.
(Lets pray)
Zaman Rut sama seperti jaman kita
Anda mungkin bertanya:
“Mengapa kita harus mempelajari buku Rut?”
“Apa pentingnya kisah tentang Rut bagi kehidupan kita di zaman yang sudah sangat berbeda ini?”
Semua itu adalah pertanyaan yang sangat wajar.
Oleh karena itu, sebelum kita menyelami lebih dalam lagi, marilah kita lihat terlebih dahulu konteks dari kitab Rut ini. Mari kita baca ayat sebelum Rut 1:1.
“Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” (Hakim-Hakim 21:25 TB)
- Rut hidup di zaman Hakim-Hakim. Zaman itu adalah benar-benar waktu yang gelap dalam sejarah Israel di mana kejahatan merajalela.
- Ada siklus kejahatan yang berkelanjutan yang dilakukan oleh umat Tuhan.
Bangsa Israel berdosa -> Tuhan mengutus musuh -> Mereka berseru kepada Tuhan -> Tuhan mengirimkan seorang hakim untuk membebaskan mereka -> Mereka hidup dalam damai beberapa saat -> Bangsa Israel berdosa lagi.
Saya ingin kita melihat dua hal yang sangat penting di sini:
- Pada zaman itu, di Israel tidak ada raja
- Setiap orang berbuat sesuai dengan pandangannya sendiri
Apakah saudara melihat bahwa kita sebenarnya juga hidup dalam zaman yang sama dengan zaman itu?
- Manusia di zaman sekarang banyak yang hidup seolah-olah Tuhan itu tidak ada, atau Tuhan sudah mati.
- Manusia berbuat sesuai keinginan mereka sendiri. Untuk ini, saya tidak hanya berbicara tentang orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus, tetapi termasuk juga orang-orang yang sudah percaya.
Pesan Tuhan melalui kitab Rut pada hari ini adalah suatu kabar baik.
Meskipun ada banyak kejahatan dan dosa yang terjadi, saya ingin memberitahu saudara bahwa Tuhan hidup dan Ia masih aktif bekerja hingga hari ini.
Tuhan masih bekerja hari ini, di dalam hidup saya dan juga dalam hidup saudara. Saudara percaya akan hal itu?
1. Memiliki keberanian untuk “Percaya kepada Tuhan”
Saudara mungkin bertanya, “Apa yang begitu hebat dari Rut sehingga sebuah buku di dalam Alkitab memakai namanya? Bukankah Rut adalah orang kafir? Dia kan bukan orang Israel, bukan umat pilihan Tuhan? Bukankah Rut hanyalah seorang janda miskin yang mengambil kesempatan dan menikahi seorang bangsawan kaya raya?”
Siapa Rut itu sebenarnya?
Rut bukan hanya seorang kafir, namun ia juga seorang janda. Dalam Alkitab, kedua hal ini (kafir dan janda) bukanlah hal yang baik untuk dimiliki.
Janda, pada zaman itu sangat berbeda dengan janda pada zaman kita hari ini. Pada zaman itu, seorang janda akan kehilangan semua status sosial, politik dan ekonomi. Bahkan orang-orang tunawisma (“homeless people” ) di Australia hari ini memiliki status lebih baik dari mereka. Jadi, jika satu janda adalah berita yang buruk, maka dua janda berarti berita yang sangat buruk. Tentu kita tahu, di dalam cerita ini, ada dua janda miskin, yaitu Rut dan Naomi.
Kisah Rut penuh dengan bukti-bukti akan pemeliharaan Tuhan.
- Ada kelaparan di Efrata, Betlehem. Elimelekh pindah ke Moab. Di sini lah Naomi bertemu Rut.
- Kemudian, suami dan dua anak dari Naomi meninggal dunia. Tidak ada lagi kelaparan di Efrata, Betlehem. Hal ini yang membuat Naomi dan Rut akhirnya pulang, di mana Rut bertemu Boaz, seorang bangsawan Israel yang kaya.
Coba saudara perhatikan semuanya itu? Semuanya itu bukanlah suatu kebetulan. Namun semuanya terjadi karena pemeliharaan Tuhan atas hidup Rut dan Naomi?
Pertama-tama, Tuhan mengirim kelaparan di Efrata supaya Naomi bertemu dengan Rut di Moab. Lalu, setelah kematian suami Naomi dan juga kedua anaknya, ia kembali ke tanah Yehuda di mana Rut bertemu dengan Boaz. Siapa yang dapat menyangka, bahwa justru melalui kelaparan dan kematian keluarga, Tuhan sebenarnya sedang bekerja?
Kemampuan kita untuk melihat dengan mata kita sangatlah sempit. Kita tidak dapat melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Namun ada seorang yang bisa melihat semuanya itu dengan jelas, ia adalah Tuhan.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak kita semua untuk percaya kepada Tuhan atas hidup saudara. Tidak peduli apa yang sedang saudara hadapi hari ini. Biarlah kita boleh memiliki keberanian untuk percaya kepada Tuhan.
(Baca Rut 1)
2. Memiliki keberanian untuk “Membuat Keputusan yang Sulit”
Keputusan Rut untuk kembali dengan Naomi adalah suatu komitmen yang radikal. Keduanya sudah tidak mempunyai harapan, namun untuk pergi dengan Naomi, seorang janda tua, kemungkinan Rut untuk memulihkan kembali hidupnya menjadi sangat tidak mungkin.
Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
(Rut 1:14 TB)
Orpa mencium Naomi, tapi Rut berpaut (“cling to”) pada Naomi.
Ingat cerita Yudas Iskariot, ia juga mencium Yesus saat ia menjual Yesus. Berhati-hatilah, jangan mudah terkecoh dengan mereka yang tampaknya baik dengan saudara. Hati-hati dengan orang-orang yang suka “mencium” saudara.
Ketika kita membaca kisah Rut, kita harus ingat bahwa memang kita tahu kalau cerita ini akan berakhir dengan suatu akhir yang baik, tetapi Rut tidak mengetahui akan hal ini. Rut tidak tahu bahwa ia akan bertemu dengan Boaz dan kitab Rut akan berakhir dengan kabar baik.
Bahkan Naomi tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya percaya inilah sebabnya mengapa Naomi menyuruh Rut untuk kembali ke bangsanya, dari pada mengikutinya ke Efrata. Bukan karena Naomi tidak bertanggung jawab, tetapi Naomi tahu bahwa Rut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memulihkan hidupnya kembali jika ia kembali ke rumahnya.
Karena Naomi percaya bahwa ia tidak memiliki harapan lagi.
Bagi Rut, keputusannya untuk mengikuti Naomi berarti dia juga harus:
- Meninggalkan keluarga dan negerinya
- Hidup sebagai seorang janda miskin tanpa seorang anak. Tidak memiliki keturunan berarti tidak ada harapan.
- Pindah ke negeri asing, dengan adat istiadat dan bahasa asing, dll.
Bahkan lebih dari itu, Rut membuat komitmen seumur hidup kepada Naomi. Bahkan setelah Naomi meninggal sekalipun, Rut memutuskan untuk tetap tinggal. Ini jauh melebihi dari komitmen atau janji nikah yang Rut miliki dengan anak Naomi.
Ruth berkata,
1:16 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku
1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1:16, 17)
Keputusan Rut untuk pergi bersama dengan Naomi, sama dengan membuat keputusan untuk hidup miskin dan susah sampai pada akhir hidupnya.
Sekarang, siapa yang mau membuat keputusan dalam hidup seperti itu? Saya harus jujur bahwa saya mungkin juga sulit untuk membuat keputusan seperti itu?
Karena itulah sangat penting bagi setiap kita untuk belajar dari janda kafir luar biasa yang bernama Rut ini. Karena sudah jelas, Rut tidak membuat keputusan atas hidupnya berdasarkan apa yang enak, mudah dan nyaman saja.
Pada saat ini, semuanya keliatan buruk. Tapi coba kita perhatikan, Rut di pasal 1 dimulai dengan kelaparan – tetapi berakhir dengan suatu panen.
1:22 Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai. (Ruth 1:22 TB)
Poin kedua saya adalah, sering kali keputusan yang benar adalah suatu keputusan yang sulit untuk dibuat.
Untuk itu janganlah kita membuat keputusan hanya berdasarkan apa yang enak, mudah, dan nyaman. Marilah kita memiliki keberanian untuk membuat keputusan yang sulit seperti Rut.
(Baca Rut 2)
3. Memiliki keberanian untuk “Move On” (Lupakan yang lalu dan maju terus)
Siapakah Boaz?
Ayat 1 – Dikatakan bahwa Boaz adalah “seorang yang kaya raya.”
“a man of standing (NIV)”
“a worthy” (ESV).
Heb. Hayil = brave, strong, able, wealthy
Dengan kata lain Boaz adalah seorang yang bertanggung jawab dan terhormat di masyarakat. Dia juga adalah seorang yang beriman dan takut akan Tuhan.
2:3 Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh. 2:4 Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: “TUHAN kiranya menyertai kamu. ” Jawab mereka kepadanya: “TUHAN kiranya memberkati tuan! ”
(Rut 2: 3-4 TB)
TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung. ”
(Ruth 2:12 TB)
Rut, peran utama, bukan Naomi
Saat kita baca kitab Rut, kita sering berpikir bahwa karena keputusan-keputusan Naomi lah yang membuat segalanya jadi. Memang benar bahwa Naomi memiliki peran yang penting dan signifikan dalam cerita ini, namun jangan sampai kita lupa bahwa peran utama di sini adalah, Rut. Oleh sebab itu kitab ini diberi nama kitab Rut, bukan kitab Naomi.
Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” Dan sahut Naomi kepadanya: “Pergilah, anakku.”
(Rut 2:2 TB)
Rut memiliki alasan untuk menjadi sedih dan merasa kasihan atas dirinya sendirinya. Tetapi Rut tidak tinggal diam saja dan mengasihani diri. Rut memiliki keberanian untuk “move on” (melupakan yang lalu dan maju terus).
Saya percaya bahwa kita semua pasti pernah membuat kesalahan. Kita pernah membuat keputusan-keputusan yang salah dalam hidup kita. Dan bahkan beberapa dari kita mungkin telah membuat keputusan yang sangat buruk.
Saya tidak tahu apa kesalahan-kesalahan yang telah saudara telah lakukan atau alami, tapi satu hal yang saya tahu adalah:
Tuhan tidak membiarkan kita alami semua yang telah kita alami agar kita dapat mengasihani diri sendiri, namun Tuhan mau menunjukkan bahwa kita harus punya keberanian untuk “move on.”
[God gives us no reasons to dwell in the past mistakes, but He gives us all the reasons for us to have courage to move on.]
Ruth memiliki inisiatif untuk “move on”. Itu bukanlah inisiatif ataupun ide dari Naomi. Rut tidak hanya memiliki inisiatif untuk pergi keluar dan bekerja, tapi dia juga melakukannya dengan sepenuh hati.
Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti. (Rut 2:7 TB)
Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.
(Rut 2:17 TB) – 1 Efa sekitar 13kg
Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya. (Rut 2:23 TB)
Conclusion
Seperti yang sudah kita lihat tadi, bahwa peran utama didalam kisah ini adalah Rut, bukan Naomi. Namun saya mau katakan bahwa lebih dari pada Rut, peran yang lebih utama adalah Tuhan. Tuhan yang telah merencanakan semuanya ini. Tuhanlah yang pegang kendali dari awal hingga akhir.
Ruth berkata kepada Naomi,
1:16 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1:16-17 TB)
Sama seperti Ruth yang berkata kepada Naomi, “Biarlah Allah Israel menjadi Tuhan,” dan ia percaya kepada Tuhan. Saya ingin mengajak setiap kita untuk membuat keputusan yang sama pada hari ini. Jika Yesus bukanlah Tuhan dan Raja di dalam hidup saudara, milikilah keberanian untuk “move on” dan buatlah keputusan untuk menyerahkan hidup saudara kepada Yesus hari ini juga.
Sorry, the comment form is closed at this time.