26 Jun Memperhatikan Sesama
“Dan siapakah sesamaku manusia?” Itulah yang ditanya oleh seorang ahli Taurat kepada Yesus. Lalu Tuhan Yesus menjawabnya dengan memceritakan kejadian tentang seorang Samaria yang menolong orang yang baru dirampok dan dipukuli sampai setengah mati (Lukas 10:25-37).
Orang yang dirampok ini sedang turun dari Yerusalem menuju Yerikho. Yerusalem adalah tempat menyembah Tuhan, dan orang ini menuju Yerikho, tempat yang indah dan nikmat di mata manusia (kesenangan daging). Jika kita hidup meninggalkan Tuhan menuju kesenangan dunia, maka kita juga akan dirampoki sampai habis, dipukuli dan ditinggali iblis. Ingatlah bahwa kesenangan dunia hanya sementara saja.
Di dalam cerita ini, Yesus menceritakan bagaimana seorang imam yang sedang lewat jalan tersebut dan melihat orang yang setengah mati tergeletak di jalan ini. Iman ini tidak memperdulikannya. Iman di sini menggambarkan seorang pemimpin, pendeta, ataupun gembala. Janganlah sampai menjadi seorang pemimpin yang sibuk melayani Tuhan tetapi tidak mau menolong orang yang sedang membutuhkan.
Setelah itu seorang Lewi juga melalui jalan tersebut dan tidak menolong orang yang malang itu. Orang Lewi menggambarkan orang-orang yang melayani Tuhan.
Orang ketiga yang lewat adalah orang Samaria. Tahukah saudara bahwa orang Yahudi dan Samaria itu bermusuhan? Walau mereka bermusuhan, orang Samaria ini tetap menolong orang yang telah dirampok dan dipukuli tersebut.
“Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” Lukas 10:33-35
Sekarang menurut saudara, siapakah sesama kita manusia? Apakah itu sahabatmu? Suami atau istri? Anak-anakmu?
Gampang memang bagi kita untuk mengasihi orang-orang yang dekat dan cocok dengan kita, tetapi bukan inilah yang Tuhan ajarkan. Tuhan mengajarkan untuk mengasihi musuh kita.
Apakah yang kita perlukan guna melayani sesama kita? 1. Keperdulian Kita perlu perduli terhadap keperluan sesama kita. Dan sesama manusia itu termasuk orang-orang yang memusuhi kita, orang yang pernah menyakiti kita, dan juga orang yang tidak cocok dengan kita.
2. Kerelaan Selain dari pada keperdulian, kita juga perlu memiliki kerelaan untuk membayar harga. Melayani sesama kita akan memakan tenaga, waktu, uang dan juga resiko. Seperti halnya dengan orang Samaria di atas.
3. Belas Kasihan Orang Samaria di atas tergerak hatinya oleh belas kasihan ketika melihat orang yang terluka itu. Tuhan Yesus juga melakukan banyak mujizat karena tergerak oleh belas kasihan (Matius 9:36). Bahkan semua pelayanan Yesus didasari dengan sikap hati yang berbelas kasihan.
“Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.” Amsal 14:21
“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” Amsal 19:17
Janganlah kita hanya tersentuh dan berkata €˜kasihan€™ ketika melihat sesama kita yang sedang memerlukan bantuan, namun milikilah hati yang berbelas kasihan dan lakukan sesuatu untuk menolong.
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Kolose 3:12
No Comments