Mengasihi tanpa memandang muka

Yakobus 2:1-13

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seseorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya, “Silakan Tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata, “Berdirilah di sana!” atau, “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!”, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, Saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia?

Tetapi kamu telah menghina orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas dan menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata bahwa kamu melakukan pelanggaran. Sebab siapa saja yang menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian saja, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan, “Jangan berzina”, Ia mengatakan juga, “Jangan membunuh”. Jadi, jika kamu tidak berzina tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga. Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. Sebab penghakiman yang tidak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.

 

Saya akan memulai dengan satu pertanyaan yang sangat mudah sekaligus sangat sulit. Dapatkah kita hidup akur dengan semua orang di gereja? Saya rasa kita semua tahu jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini. Tetapi mari kita jujur. Berapa banyak dari anda yang memiliki orang-orang dalam hidup anda yang sangat sulit untuk anda hidup akur bersama? Angkat tangan anda. Pertanyaan berikutnya. Berapa banyak dari anda yang menemukan orang-orang itu di gereja ini? Jika anda tidak mengangkat tangan, berarti anda berbohong atau anda baru saja bergabung dengan gereja ini bulan lalu. Kita semua memiliki orang-orang yang sangat sulit untuk kita hidup akur bersama. Kita menyukai gagasan untuk mengasihi orang-orang yang berbeda dengan kita. Namun pada kenyataannya, kita mengalami kesulitan untuk mengasihi orang-orang yang sangat berbeda dengan kita. Jadi, dapatkah kita hidup akur dengan semua orang di gereja? Secara teori, ya. Secara praktis, saya tidak mengatakan tidak, tetapi itu sangat sulit. Itulah sebabnya kita cenderung bergaul dengan orang-orang yang sama dengan kita dan menghindari orang-orang yang tidak sama dengan kita. Tetapi dalam perikop hari ini, Yakobus memberi tahu kita bahwa gereja tidak boleh menoleransi hal tersebut. Inilah inti khotbah saya secara ringkas. Gereja Yesus Kristus haruslah menjadi sebuah tempat di mana semua orang diterima. Jika tidak, maka gereja telah melupakan Injil dan berdosa terhadap Tuhan.

Yakobus adalah saudara tiri dari Yesus. Meskipun ada masa ketika ia tidak percaya kepada Yesus, ia akhirnya percaya, dan ia menjadi salah satu pemimpin gereja mula-mula. Dia adalah gembala gereja pertama di Yerusalem. Dan Yakobus menulis surat ini kepada orang-orang Yahudi Kristen yang tercerai-berai ke berbagai tempat karena penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di Yerusalem. Dan saya menyukai kitab Yakobus karena Yakobus tidak bertele-tele. Yakobus sangat jelas dan tegas. Dia mengatakan apa adanya. Itulah kelebihan kitab Yakobus. Tetapi adalah salah jika kita berpikir bahwa Yakobus hanya peduli pada perilaku dan bukan pada hati. Yakobus tahu bahwa perubahan yang sejati datang dari dalam dan bukan dari luar.

Mari saya tunjukkan kepada anda. Di pasal pertama, Yakobus mengibaratkan firman Tuhan sebagai cermin. Berapa banyak dari anda yang bercermin sebelum datang ke gereja hari ini? Jika tidak, kami bisa lihat. Ketika anda bercermin, apa yang anda lihat? Anda. Itulah yang ditunjukkan cermin kepada anda. Ketika anda bercermin, cermin menunjukkan kepada anda diri anda sendiri. Ini adalah prinsip yang penting. Mengapa Yakobus menyebut Alkitab sebagai cermin? Perhatikan ini. Ketika anda membaca Alkitab, sebelum Alkitab memberitahukan kepada anda apa yang harus dilakukan, Alkitab menunjukkan kepada anda siapa diri anda. Sebelum Alkitab berkata, “Inilah yang harus kamu lakukan,” Alkitab memberitahukan, “Inilah siapa kamu.” Alkitab penuh dengan daftar yang harus dilakukan. Kitab Yakobus kaya dengan aplikasi. Tetapi Yakobus tahu bahwa kehidupan Kekristenan bukan hanya soal kemauan. Kekristenan bukan hanya tentang perbuatan. Alkitab adalah cermin yang menunjukkan siapa anda. Dan semakin sering anda menatap cermin itu, semakin anda mengingat siapa diri anda, semakin anda dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh Alkitab. Dengan kata lain, dalam Kekristenan, siapa anda lebih utama dari apa yang anda harus lakukan. Perbuatan mengalir dari identitas. Dan ini sangat berbeda dengan dunia. Dunia berkata, “Jika kamu tidak memiliki keberanian dan kamu ingin menjadi berani, lakukan saja. Percayalah bahwa kamu bisa dan berusaha lebih keras. Itu yang harus kamu lakukan.” Tetapi Alkitab tidak pernah menyuruh anda untuk berusaha lebih keras. Yakobus berkata, “Jika kamu tidak memiliki keberanian, jika kamu tidak dapat melakukan apa yang Alkitab perintahkan, itu karena kamu lupa siapa kamu. Solusinya bukanlah berusaha lebih keras. Solusinya adalah untuk menatap cermin dan mengingat siapa kamu.” Itulah kunci kehidupan Kekristenan. Dan kita akan menemukan ini di seluruh kitab Yakobus.

Perikop hari ini membahas tentang masalah memandang muka di dalam gereja. Dan ini adalah masalah yang sangat serius. Saya memiliki tiga poin untuk khotbah ini: dosa memandang muka; kebodohan memandang muka; solusi memandang muka.

 

 

Dosa memandang muka

Yakobus 2:1-4 – Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seseorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya, “Silakan Tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata, “Berdirilah di sana!” atau, “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!”, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Apa yang dimaksud dengan jangan memandang muka? Ini berarti tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan luar. Kita tidak boleh memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan apa yang kita lihat dengan mata kita. Saya jelaskan seperti ini. Dosa memandang muka adalah menghakimi orang lain berdasarkan kriteria yang tidak alkitabiah. Dosa memandang muka adalah menunjukkan pilih kasih berdasarkan preferensi pribadi. Tidak ada yang salah untuk memiliki preferensi pribadi. Itu normal. Tetapi ketika kita mengutamakan preferensi pribadi kita dan hal itu memengaruhi cara kita berpikir dan memperlakukan orang lain, itu menjadi masalah. Ketika kita menggunakan standar dunia atau kriteria kita sendiri untuk menentukan bagaimana kita akan berhubungan dengan orang lain, mungkin itu ras mereka, penghasilan mereka, latar belakang keluarga mereka, masa lalu mereka, level edukasi mereka, itu adalah memandang muka, dan itu adalah dosa. Dan kemudian Yakobus memberikan sebuah studi kasus.

Usher, perhatikan. Ini adalah satu-satunya bagian dalam Alkitab yang memberitahukan bagaimana cara menjadi usher. Katakanlah ada dua orang yang datang ke gereja pada saat yang bersamaan. Yang satu datang dengan mobil Ferrari dan dia parkir tepat di depan gereja. Anda mendengar suara mesinnya, “Broom broom…” dan anda memeriksanya dan anda melihat seorang pria keluar dari Ferrari dengan setelan jas Tom Ford dan jam tangan Rolex. Anda segera memberi tahu usher lainnya, “Omo omo. Coba lihat. Siapa itu?” Dan yang mengejutkan, pria itu berjalan menaiki tangga menuju gereja. Dan pada saat yang sama, seorang pria lain muncul, dan dia terlihat seperti gelandangan. Pakaiannya kotor, dan dia terlihat seperti belum mandi selama seminggu. Anda bisa mencium baunya dari jauh. Dan yang mengejutkan, dia juga berjalan menaiki tangga menuju gereja. Jadi, ada dua orang pria. Yang satu jelas adalah orang yang berkuasa, orang yang memiliki pengaruh, orang kaya. Dan yang satunya lagi adalah orang yang tidak penting, tidak berpengaruh, dan tidak berkuasa. Para usher, apa yang akan anda lakukan? Dalam ilustrasi Yakobus, inilah yang terjadi. Anda menyambut orang kaya tersebut dan berkata, “Selamat datang di gereja kami. Senang sekali anda bisa bergabung bersama kami hari ini. Silakan masuk dan kami akan menyiapkan tempat duduk terbaik untuk anda,” yang berada tepat di sebelah Ps Sem. Di jaman Yakobus, itu adalah tempat duduk terbaik di gereja. Tetapi hari ini justru kebalikannya. Jika anda disuruh duduk di sebelah Ps Sem, itu seperti hukuman karena datang terlambat ke gereja.

Dan kepada orang yang miskin, anda memegang hidung anda dan berkata, “Selamat datang di gereja kami. Apakah anda berencana untuk mengikuti kebaktian? Jika ya, anda mungkin bisa berdiri di belakang, sehingga anda tidak mengganggu siapa pun selama kebaktian. Dan jika anda lelah, anda bisa duduk di lantai.” Jadi, anda memberikan tempat duduk terbaik di gereja kepada orang kaya dan menyuruh orang miskin duduk di lantai. Anda menyambut orang ke gereja secara berbeda berdasarkan status dan penampilan mereka. Anda memberikan penghormatan yang lebih tinggi kepada orang kaya, dan anda merendahkan orang miskin. Dan Yakobus berkata, “Kamu tidak boleh melakukan itu. Gereja tidak boleh memandang muka. Itu adalah dosa.” Dan tentu saja para usher gereja kita sangat terlatih sehingga saya yakin mereka tidak akan pernah menyuruh anda duduk di lantai. Namun, jangan berpikir bahwa kita tidak terpengaruh oleh dosa memandang muka. Kita semua terpengaruh oleh dosa memandang muka pada tingkat tertentu.

Perhatikan. Setiap kali kita membuat perbedaan di antara kita yang tidak berasal dari Alkitab, kita telah melakukan dosa memandang muka. Kita menghakimi orang lain dengan pikiran jahat. Kita menggunakan standar-standar dunia untuk membuat perbedaan. Kita melihat bahwa ada orang-orang yang dapat memberikan kita sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh orang lain. Dan berdasarkan kriteria kita sendiri, kita membuat perbedaan; kita menunjukkan sikap pilih kasih. Sam Allberry mengatakannya seperti ini. “Sikap pilih kasih pada akhirnya menghakimi jiwa seseorang lebih berharga daripada jiwa orang lain, dan semua ini dilakukan berdasarkan kriteria duniawi yang dangkal.” Dan tidak ada dari kita yang terlepas dari hal ini. Mari saya buktikan kepada anda. Coba pikirkan tentang banyak cara yang kita gunakan untuk membuat perbedaan yang tidak alkitabiah di dalam gereja. Saya akan menyinggung perasaan banyak dari anda sekarang.

Beberapa dari anda cenderung memandang rendah orang miskin. Anda berpikir bahwa alasan mereka miskin adalah karena mereka malas, atau mereka menghambur-hamburkan uang. Anda berpikir bahwa anda lebih baik dari mereka. Sebagian dari anda memiliki prasangka buruk terhadap orang kaya. “Lihat gaya hidup mereka. Mereka selalu memamerkan kekayaan mereka. Aku tidak yakin mereka sudah diselamatkan. Yesus berkata bahwa lebih sulit bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah daripada seekor unta masuk ke lubang jarum.”
Beberapa dari anda merendahkan orang-orang yang kelebihan berat badan. “Mereka tidak memiliki kontrol diri. Mereka bahkan tidak bisa mengurus tubuh mereka sendiri. Tidakkah mereka tahu bahwa tubuh mereka adalah bait Roh Kudus?” Beberapa dari anda tidak menyukai orang-orang yang memiliki badan bagus. “Jelas sekali, mereka terobsesi dengan penampilan luar mereka, dan mereka sangat dangkal. Tuhan tidak melihat penampilan, tetapi Tuhan melihat hati.”
Beberapa di antara anda tidak menyukai penyembah yang bersemangat. “Dasar orang yang suka mencari perhatian. Apa gunanya mengangkat tangan dan menggerakkan tubuh saat beribadah? Ini gereja, bukan diskotik. Sangat mengganggu.” Beberapa dari anda tidak menyukai penyembah yang tenang. “Menyembah dengan tangan terlipat? Aku yakin mereka tidak dipenuhi dengan Roh Kudus. Sangat tidak rohani.”
Beberapa dari anda memandang rendah orang-orang yang bercerai. “Jelas mereka tidak tahu bagaimana mengasihi dengan penuh pengorbanan seperti Yesus. Mereka sangat egois.” Beberapa dari anda memandang rendah keluarga yang bahagia. “Tidak mungkin ada keluarga yang sebahagia itu. Mereka hanya berpura-pura. Tunggu dan lihat saja nanti.”
Saya bisa lanjut terus dan terus, tetapi anda mengerti maksud saya. Kita menunjukkan sikap pilih kasih terhadap orang-orang di gereja berdasarkan kriteria kita sendiri. Kita membuat perbedaan di mana Alkitab tidak melakukannya. Dan Yakobus berkata itu adalah pikiran yang jahat. Yang menyedihkan adalah hal ini terjadi setiap saat di dalam gereja. Sedangkan untuk memandang muka bertentangan dengan iman kita kepada Kristus.

Lihat Yakobus 2:1 – Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Yakobus mengatakan bahwa alasan kita tidak boleh memandang muka adalah karena iman kita kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia. Kata mulia berarti bobot, penting, signifikansi. Bagaimana anda melihat kemuliaan orang kaya? Dari penampilan luarnya. Dari mobil yang dikendarainya, pakaian yang dikenakannya. Bagaimana anda melihat kemuliaan Tuhan? Ada banyak manifestasi kemuliaan Tuhan yang berbeda di dalam Alkitab, tetapi kitab Ibrani memberi tahu kita bahwa pancaran kemuliaan Tuhan yang terutama adalah Yesus. Dengan kata lain, jika kita ingin melihat kemuliaan Tuhan, lihatlah Yesus. Dan apa yang kita lihat ketika kita memandang Yesus? Kita melihat yang tak terbatas menjadi terbatas. Yang abadi menjadi fana. Tuhan semesta alam menjadi manusia. Raja dari segala raja menjadi bayi yang lemah. Kemuliaan tertinggi adalah ketika seseorang yang memiliki kemuliaan menyerahkan kemuliaannya sehingga orang lain dapat menerima kemuliaan itu. Yesus memiliki kemuliaan dan menyerahkan kemuliaannya agar kita dapat memilikinya. Itulah yang menjadi dasar iman kita. Dan jika kita memahami kemuliaan Yesus Kristus, kita tidak bisa memandang muka. Memandang muka berarti menyangkal iman kita. Itu berarti kita telah melupakan siapa kita, dan kita tidak hidup sebagaimana mestinya. Bagaimana mungkin kita bisa memandang muka ketika Tuhan kita Yesus Kristus telah merendahkan dirinya dari kemuliaan agar kita dapat menerima kemuliaan?

Itu berarti jika David Beckham, Gal Gadot, dan seorang pengemis datang ke gereja kita pada saat yang sama, kita harus menyambut mereka dengan cara yang sama. Jika David Beckham dan Gal Gadot menerima perlakuan yang lebih baik daripada pengemis, kita telah melakukan dosa memandang muka, dan kita telah melupakan iman kita. Perhatikan. Yang penting ketika anda datang ke gereja bukanlah uang, status, atau penampilan anda. Yang penting adalah Yesus mengasihi anda dan Yesus telah mati untuk anda. Itu saja. Tidak ada hal lain yang penting. Jika anda percaya kepada Yesus Kristus, anda adalah saudara dan saudari kami dan anda diterima dan dikasihi di tempat ini. Gereja tidak boleh menoleransi dosa memandang muka. Dan untuk memperjelas, tidak memandang muka bukan berarti kita tidak menunjukkan hormat kepada siapa yang patut dihormati. Jika Perdana Menteri datang ke gereja kita, kita harus menghormatinya dengan penghormatan yang sepatutnya diberikan kepada pemimpin negara kita. Itu juga ada di dalam Alkitab. Tetapi kita tidak akan membiarkan hal-hal yang tidak bernilai di hadapan Tuhan seperti prestasi, kekayaan, status, penampilan, latar belakang, dan sebagainya, menjadi pemisah di antara kita. Kita tidak akan memilih-milih siapa yang ingin kita kasihi berdasarkan faktor eksternal apa pun.

 

 

Kebodohan memandang muka

Yakobus 2:5-7 – Dengarkanlah, Saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghina orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas dan menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?

Dalam bagian ini, Yakobus memberikan kita alasan mengapa sikap memandang muka itu bodoh. Ia memberikan kita dua alasan. Pertama, hal itu bertentangan dengan penilaian Allah. Mayoritas orang Kristen pada abad pertama berasal dari latar belakang yang kurang mampu. Dan tidak hanya itu, Alkitab juga mengatakan bahwa Allah telah memilih orang-orang miskin. Jadi, jika kita memilih orang kaya daripada orang miskin, kita bertentangan dengan cara kerja Allah. Coba lihat orang-orang dalam kehidupan Yesus. Mereka yang menyambut Yesus adalah orang-orang miskin, orang-orang yang hidupnya hancur, orang-orang berdosa, orang-orang yang tidak dipandang, para pemungut cukai. Dan mereka yang menolak Yesus adalah orang-orang yang hidupnya baik, orang-orang Farisi, para pemimpin agama, orang-orang kaya. Dan sepanjang sejarah, secara umum, orang-orang yang memeluk Kekristenan bukanlah orang-orang yang kaya dan terpandang, melainkan orang-orang yang miskin dan hina. Apa yang menarik dari Kekristenan bagi orang-orang miskin? Jawabannya sederhana.

Inti dari Kekristenan adalah kabar baik, yaitu Injil. Permasalahan dengan orang-orang kaya adalah mereka tidak berpikir bahwa mereka membutuhkan kabar baik. Mereka sudah berkecukupan. Mereka telah membuktikan pada diri mereka sendiri bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui kerja keras. Mereka tidak membutuhkan kabar baik. Mereka dapat menyelamatkan diri mereka sendiri melalui keringat mereka. Tetapi orang-orang miskin berbeda. Mereka mengalami kesulitan hidup. Mereka tahu apa artinya putus asa. Mereka tahu apa artinya berharap pada belas kasihan orang lain. Jadi, ketika mereka mendengar kabar baik Kekristenan bahwa mereka hanya dapat diselamatkan dengan menaruh pengharapan mereka pada orang lain, mereka berkata, “Aku bisa melakukan itu. Aku tahu bahwa aku tidak punya harapan dalam diriku sendiri.” Tetapi ketika orang-orang kaya mendengar, “Kamu harus mengakui bahwa kamu adalah orang berdosa yang lemah yang membutuhkan kasih karunia,” mereka berkata, “Siapa kamu sehingga kamu bisa mengatakan bahwa aku selemah itu?” Itulah mengapa kebanyakan orang yang memeluk Kekristenan, kebanyakan orang yang memahami bahwa mereka adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia, bukanlah kaum elit. Kekristenan tidak menarik bagi kaum elit. Tetapi orang-orang miskin lebih bersedia untuk mendengar Injil. Mereka lebih mengerti realitas hidup.

Jika penjelasan ini tidak cukup baik untuk anda, lihatlah ke cermin. Menurut anda, mengapa Allah menyelamatkan anda? Apakah karena anda lebih baik dari orang lain? Apakah karena anda lebih kaya, lebih pintar, dan lebih tampan daripada yang lain? Tidak. 1 Korintus 1:26-29 – Ingat saja, Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tidak banyak di antara kamu yang bijak, berpengaruh atau terpandang. Terjemahan: Jika anda mengikuti audisi Australia’s Got Talent, anda hanya akan berhasil menjadi bahan tertawaan orang lain. Jika anda mengikuti audisi The Voice, tidak ada kursi yang berputar untuk anda. Anda bukan siapa-siapa. Tetapi kabar baiknya adalah Tuhan tidak memilih berdasarkan standar manusia.

Saya akan mengilustrasikannya untuk anda. Bagi anda yang pernah berkunjung ke rumah kami, anda akan tahu bahwa saat anda masuk ke dalam rumah kami, anda akan disambut dengan foto keluarga kami yang diambil saat saya berusia 9 tahun. Kesan pertama anda saat melihat saya di foto itu adalah – gemuk, chubby, lugu, kutu buku, Boboho, dan yang seperti itu. Yang anda tidak ketahui adalah penderitaan yang saya alami karenanya. Ketika saya berada di kelas 6 SD, saya sangat buruk dalam olahraga. Setiap pagi sebelum kelas dimulai, guru kami akan menyuruh kami berlari mengelilingi lapangan sekolah. Itu adalah sebuah perlombaan. Ada sekitar 40 murid di kelas saya. Dan setiap kali kami berlari, saya hanya punya satu tujuan. Saya harus mengalahkan Sally. Siapa Sally? Sally adalah saingan saya. Dia adalah seorang gadis yang sangat amat gemuk yang bersaing dengan saya setiap hari untuk tidak berada di urutan terakhir. Saya seburuk itu. Dan pada saat yang sama, saya jatuh cinta dengan sepak bola. Kami bermain sepak bola hampir setiap istirahat. Anda tahu apa yang terjadi. Dua pemain terbaik dipilih untuk menjadi kapten dan mereka memilih siapa yang mereka inginkan untuk tim mereka. Saya mengangkat tangan saya dan berkata, “Pick me, pick me, pick me.” Tetapi saya selalu dipilih terakhir. Kisah nyata. Kenapa? Karena setiap kapten ingin memilih tim yang bisa menang. Mereka ingin semua pemain terbaik terlebih dahulu. Jika anda tidak pernah mengalaminya, anda tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi pemain yang dipilih terakhir. Namun, inilah kabar baiknya. Bukan itu cara Allah bekerja. Jika Allah memilih timnya berdasarkan pemain yang paling berbakat, paling hebat, paling kaya, maka tidak satupun dari kita yang akan berada di sini hari ini. Lihat orang di sebelah anda dan katakan, “Itu bukan kamu.”

Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ketika Allah memilih tim-Nya, Allah tidak memilih orang-orang yang dianggap mampu oleh dunia. Allah sengaja memilih yang lemah untuk memalukan yang kuat. Jika Allah adalah salah satu kapten di kelas 6 SD saya, Dia akan melihat saya terlebih dahulu sebelum yang lain dan berkata, “Aku memilih kamu untuk tim-Ku.” Jika anda seorang Kristen, itulah kisah hidup anda. Tuhan memilih yang bodoh dan lemah untuk memalukan yang bijak dan kuat sehingga tidak ada yang bisa bermegah di hadapan-Nya. Dan Allah tidak hanya memilih orang-orang miskin di dunia, tetapi Dia juga menjadikan mereka sebagai pewaris kerajaan. Saya suka dengan apa yang dikatakan oleh Douglas Moo. “Orang-orang Kristen, betapapun miskinnya mereka dalam hal materi, memiliki kekayaan rohani saat ini dan menantikan berkat-berkat yang lebih besar di masa depan. Dari sudut pandang rohani inilah, bukan materi, orang Kristen harus menilai orang lain.” Betapapun miskinnya orang Kristen, mereka sangat kaya di dalam kerajaan Allah.

Jadi, jika kita menunjukkan sikap pilih kasih kepada orang-orang Kristen yang miskin, itu sama saja dengan merendahkan martabat mereka di mata Allah. Mereka adalah sesama pewaris kerajaan Allah. Bahkan Yakobus berkata bahwa untuk memberikan penghormatan khusus kepada orang kaya adalah hal yang sangat bodoh. Mengapa? Karena merekalah yang membuat masalah bagi banyak orang Kristen. Orang-orang kaya mengeksploitasi orang-orang Kristen, menyeret mereka ke pengadilan, dan memfitnah nama Yesus. Mereka adalah sumber masalah. Jadi, mengapa memberikan penghormatan khusus kepada orang kaya? Mari saya perjelas. Tuhan tidak membenci orang kaya. Tuhan tidak memandang muka. Ada banyak orang kaya di dalam Alkitab yang Tuhan selamatkan. Abraham, Ishak, Zakheus, Yusuf dari Arimatea, dan masih banyak lagi. Yakobus tidak menyuruh kita untuk tidak mengasihi orang kaya. Dia mengatakan kepada kita untuk tidak menunjukkan sikap pilih kasih kepada orang kaya. Itulah alasan pertama.

Yakobus 2:8-9 – Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata bahwa kamu melakukan pelanggaran.

Alasan kedua yang diberikan Yakobus kepada kita adalah bahwa hal itu melanggar hukum utama. Apakah hukum utama itu? Hukum utama adalah hukum yang diberikan oleh Yesus. Yesus meringkas semua hukum menjadi dua hukum. Pertama, kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu. Kedua, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan dosa memandang muka melanggar hukum yang utama. Bagaimana bisa? Karena kita tidak dapat mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri jika kita memandang muka. Mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri dan memandang muka adalah dua hal yang bertentangan. Coba pikirkan. Katakanlah kita berada dalam situasi di mana kita tidak punya apa-apa untuk dimakan, bukankah kita ingin orang lain memberikan kita makanan? Jika kita berada dalam situasi di mana kita tidak punya tempat untuk tidur, bukankah kita ingin orang lain menawarkan kita tempat untuk beristirahat? Jika kita bangkrut dan tidak berdaya, bukankah kita ingin orang lain mengeluarkan kita dari kondisi itu secepat mungkin? Begitulah cara kita mengasihi diri kita sendiri. Tetapi mengapa kita tidak melakukannya bagi orang lain? Mengapa kita menunjukkan sikap pilih kasih kepada orang kaya yang tidak membutuhkan bantuan kita? Apakah anda mengerti? Tidak memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan jika kita berada dalam situasi mereka berarti melanggar hukum yang utama. Mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri menuntut kita untuk menyambut semua orang dengan cara yang sama. Jika kita memandang muka, kita berbuat dosa. Tetapi Yakobus belum selesai.

Yakobus 2:10-11 – Sebab siapa saja yang menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian saja, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan, “Jangan berzina”, Ia mengatakan juga, “Jangan membunuh”. Jadi, jika kamu tidak berzina tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.

Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, tetapi saya cenderung memilih-milih apa yang ingin saya taati dari hukum-hukum Allah. Dan saya cenderung mengkategorikan dosa ke dalam dua kelompok: dosa besar dan dosa kecil. Dan yang saya coba lakukan adalah menjauhi dosa-dosa besar seperti pembunuhan dan perzinahan, dan saya cenderung berkompromi dengan dosa-dosa kecil seperti berbohong dan mementingkan diri sendiri. Ada yang tahu apa yang saya maksudkan? Inilah yang dikatakan Yakobus. “Kamu tidak bisa melakukan itu. Jika kamu gagal menaati satu hukum, kamu bersalah terhadap seluruh hukum. Kamu tidak dapat memisahkan dan mengelompokkan hukum Allah. Kamu harus menaati semuanya atau hukum itu tidak ada artinya.” Dengan kata lain, melanggar satu hukum berarti melanggar semua hukum. Dan Tuhan tidak membedakan antara dosa kecil dan dosa besar. Semua dosa adalah dosa. Dan Yakobus memberikan penjelasan yang baik.

Katakanlah seseorang diadili di pengadilan karena melakukan pembunuhan. Dan sebelum dijatuhi hukuman, dia diberikan kesempatan untuk berbicara. Dan dia berkata, “Hakim yang mulia dan rekan-rekan juri, saya hanya ingin memberi tahu bahwa saya tidak pernah melakukan perzinahan. Saya membunuh seseorang. Saya menikamnya dengan pisau. Itu yang saya lakukan. Tapi saya tidak berzinah. Dan karena itu, saya harus dinyatakan tidak bersalah.” Apa yang akan dikatakan sang Hakim? Sang Hakim akan berkata, “Sangat baik kamu tidak berzinah. Tapi apa urusannya? Kamu tidak berzinah, tetapi kamu membunuh seseorang. Dan kamu dihakimi karena pembunuhan, bukan perzinahan.” Dengan kata lain, perhatikan. Tidak melakukan suatu dosa tidak menghapuskan hukuman dari dosa yang dilakukan. Perilaku yang baik di satu bidang tidak menghapuskan pelanggaran hukum di bidang lain.

Inilah maksud Yakobus. Yakobus berkata. “Kamu mengaku menaati hukum-hukum Allah. Kamu tidak membunuh. Kamu tidak berzinah. Itu baik. Tetapi jika kamu memandang muka, kamu melanggar hukum Allah, dan kamu akan dihukum. Bahkan, kamu tidak hanya melanggar hukum Allah. Kamu melanggar hukum Allah yang utama. Memandang rendah seseorang karena alasan yang tidak alkitabiah adalah pelanggaran terhadap hukum yang utama.” Apakah anda mengerti? Memandang muka bukanlah dosa kecil. Menunjukkan sikap pilih kasih sama buruknya dengan perzinahan dan pembunuhan. Itu bukan perkataan saya. Itu perkataan Yakobus. Itu firman Tuhan. Tidak peduli jika kita tidak membunuh dan berzinah. Jika kita memandang muka, kita melanggar hukum Allah. Kita telah berdosa kepada Allah. Allah yang sama yang melarang perzinahan dan pembunuhan juga melarang memandang muka. Dan jika kita melanggar satu hukum, kita telah melanggar semua hukum. Begitulah seharusnya kita berpikir tentang hukum Allah.

 

 

Solusi memandang muka

Yakobus 2:12-13 – Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. Sebab penghakiman yang tidak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.

Yakobus berkata bahwa orang Kristen berada di bawah hukum kemerdekaan. Ini berarti bahwa kita tidak lagi dibawah hukum Taurat. Kita telah dimerdekakan oleh karya Yesus yang sempurna di kayu salib. Injil bukanlah Tuhan menyelamatkan mereka yang dapat menyelamatkan diri mereka sendiri. Injil adalah Tuhan menyelamatkan mereka yang tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri. Tuhan menyelamatkan orang-orang berdosa yang tidak layak dan menjadikan mereka pewaris kerajaan. Tidak ada sesuatu pun di dalam diri kita yang membuat kita layak menerima kasih karunia Tuhan. Dia memberikannya kepada kita secara cuma-cuma. Kita bebas dari penghukuman. Tetapi kemudian kita dipanggil untuk menggunakan kebebasan kita untuk mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri dan menunjukkan belas kasihan. Dan inilah peringatan keras yang Yakobus berikan kepada kita. Hari penghakiman akan datang ketika kita akan dihakimi. Tuhan akan datang dan menghakimi kita berdasarkan apakah kita melakukan firman-Nya atau tidak. Dan penghakiman Tuhan itu kudus dan adil. Yakobus tidak mengatakan bahwa kita akan diselamatkan karena perbuatan baik kita. Tetapi ia mengatakan bahwa perbuatan kita menunjukkan siapa kita. Dan kita akan dihakimi berdasarkan perbuatan kita. Dan ini bukanlah sesuatu yang berasal dari Yakobus. Ini adalah sesuatu yang Yakobus ambil dari Yesus.

Di Matius 25, Yesus berkata bahwa pada hari penghakiman, Ia akan menghakimi domba dan kambing. Siapakah domba dan siapakah kambing? Mereka bukanlah orang non-Kristen dan orang Kristen. Mereka adalah orang Kristen palsu dan orang Kristen sejati. Ada orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen, yang berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen, tetapi sebenarnya bukan. Jadi, bagaimana Yesus menghakimi antara domba dan kambing? Dia berkata kepada kambing, yaitu orang-orang Kristen palsu, “Kamu berkata bahwa kamu adalah orang Kristen, tetapi aku lapar dan kamu tidak memberi aku makan. Aku haus, tetapi kamu tidak memberi aku minum. Aku adalah orang asing, dan kamu tidak mengundang aku masuk. Aku telanjang, dan kamu tidak memberi aku pakaian. Aku sakit dan di dalam penjara, dan kamu tidak mengunjungi aku.” Apakah anda ingat apa yang dikatakan oleh para kambing? “Kapan kami melihatmu dalam kondisi seperti itu? Kami yakin kami tidak pernah melihatmu dalam kondisi seperti itu.” Yesus menjawab, “Ketika kamu tidak melakukannya untuk mereka yang ada di depanmu, kamu tidak melakukannya untukku. Dan sekarang kamu akan menerima hukuman kekal.”

Dengan kata lain, Yesus berkata, “Jika kamu tidak menunjukkan belas kasihan kepada orang-orang di depanmu, kamu tidak akan menerima belas kasihan.” Apakah itu berarti kita akan diselamatkan oleh tindakan belas kasihan kita? Tidak. Tetapi tindakan belas kasihan kita akan menunjukkan apakah kita domba atau kambing. Yesus tidak mengatakan bahwa memperhatikan orang yang membutuhkan akan menyelamatkan kita. Dia mengatakan bahwa kepedulian terhadap orang yang membutuhkan menunjukkan bahwa kita sudah memiliki keselamatan. Yesus akan memisahkan domba dari kambing berdasarkan apakah mereka menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan atau tidak.

Biarkan kebenaran ini meresap. Perbedaan antara domba dan kambing adalah apakah pemahaman mereka akan Injil menuntun mereka kepada tindakan belas kasihan atau tidak. Kebenaran Kristus yang diperhitungkan di dalam kita sangatlah indah. Tetapi jika kebenaran itu tidak menghasilkan perbuatan baik, maka kebenaran itu adalah kebenaran yang palsu. Bagaimana kita memperlakukan orang miskin, bagaimana kita memperlakukan orang yang dibuang, bagaimana kita memperlakukan orang yang berbeda dengan kita, adalah lampu indikator apakah kita memahami Injil atau tidak. Kita tidak dapat menerima belas kasihan Allah dan tidak menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkannya. Jika kita telah menerima belas kasihan Allah, kita akan menunjukkan belas kasihan Allah. Itulah sebabnya Yakobus berkata, “Belas kasihan akan menang atas penghakiman.” Ia tidak mengatakan belas kasihan Allah akan menang atas penghakiman Allah, meskipun hal itu benar. Tetapi dalam konteks ini, Yakobus mengatakan bahwa tindakan belas kasihan kita akan menang atas penghakiman. Kita menang atas penghakiman karena kita menunjukkan belas kasihan yang telah kita terima kepada orang lain.

Hal ini membawa saya kepada bagian terpenting dari khotbah ini. Perhatikan. Kita tidak dapat menunjukkan belas kasihan kepada orang lain kecuali kita telah terlebih dahulu menerima belas kasihan. Dan agar kita dapat menerima belas kasihan Tuhan, pertama-tama kita harus menyadari bahwa kita miskin secara rohani. Kita bangkrut secara rohani. Tahukah anda apa artinya bangkrut secara rohani? Itu adalah untuk datang kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, tidak ada yang dapat aku lakukan untuk membayar utangku kepada-Mu. Aku sangat miskin. Aku tidak punya apa-apa untuk dipersembahkan kepada-Mu. Aku sangat membutuhkan belas kasihan-Mu. Perbuatan baikku hanyalah kain kotor di hadapan-Mu. Pakaianku kotor. Aku bau. Aku tidak memiliki sumber daya. Aku tidak punya apa-apa.” Itulah yang dimaksud dengan miskin secara rohani. Dan ketika kita datang kepada Yesus dalam kemiskinan rohani kita, dia berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.”

Tetapi bagaimana cara Yesus memberikan kita Kerajaan Surga? Bagaimana dia menjadikan kita ahli waris kerajaan? Inilah caranya. Ia menjadi miskin. Untuk menunjukkan belas kasihan kepada kita, Yesus harus membayar harganya. Yesus dibuang agar kita dapat dibawa masuk. Yesus meninggalkan kemuliaannya agar kita dapat menerima kemuliaan. Yesus dihakimi agar kita bisa mendapatkan pengampunan. Yesus dihukum agar kita bisa hidup. Yesus mengambil pakaian dosa kita yang bau busuk agar kita dapat mengenakan jubah kebenarannya. Yesus menjadi miskin agar melalui kemiskinannya kita dapat menjadi kaya. Keadilan Tuhan menuntut pembayaran untuk setiap dosa yang kita lakukan, termasuk dosa memandang muka. Dan yang layak kita terima bukanlah belas kasihan, melainkan penghakiman. Tetapi belas kasihan Tuhan membayar pengampunan kita melalui kematian Yesus di kayu salib. Keadilan menuntut penghakiman kita, tetapi belas kasihan memohon pengampunan kita. Dan belas kasihan menang atas penghakiman. Itulah yang kita terima ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus. Itulah Injil.

Pertanyaannya adalah, apakah anda melihat kemuliaan belas kasihan yang telah anda terima? Apakah anda melihat keindahan Yesus yang telah menyerahkan kemuliaannya bagi anda? Jika ya, anda akan ingin menunjukkan belas kasihan itu kepada orang lain. Anda tidak lagi memandang muka, tetapi anda mengasihi orang lain seperti Yesus telah mengasihi anda. Jadi, ingatlah belas kasihan yang telah ditunjukkan kepada anda. Ingatlah bagaimana Yesus telah menyelamatkan dan menebus anda. Tataplah cermin firman Tuhan dan ingatlah siapa anda di dalam Kristus. Dan di dalam terang belas kasihan Tuhan, berikanlah belas kasihan itu kepada orang lain. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

  1. What struck you the most from the sermon?
  2. Can you see the tendency toward showing partiality in you and others around you? What are they and why?
  3. How does the sin of partiality contradict the gospel?
  4. Explain why you can’t pick and choose what you want to obey from God’s laws.
  5. How does the gospel break the wall of partiality?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.