08 Dec Menyiapkan Tempat Tinggal bagi Roh Kudus
“Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang kecil yang berdinding batu, dan baiklah kita menaruh di sana baginya sebuah tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil…” 2 Raja-Raja 4:10.
Di dalam Injil Lukas 1:26-38 diceritakan tentang pemberitahuan akan kelahiran Yesus yang disampaikan oleh malaikat Gabriel kepada seorang perawan yang bernama Maria.
Hari Natal adalah hari yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya dan hari yang penuh dengan sukacita. Seperti halnya hari Natal, berita tentang kelahiran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh malaikat Gabriel adalah suatu berita sukacita. Namun sebelum ada sukacita, selalu ada harga yang harus dibayar terlebih dahulu. Contohnya di dalam sukacita akan kelahiran Tuhan Yesus, Maria yang harus membayar harganya. Maria harus menderita sebab dia hamil sebelum menikah. Di balik kesukaan Maria ada ketakutan. Itu sebabnya malaikat Tuhan berkata kepada Maria di dalam ayat yang ke-30, “Jangan takut, hai Maria…”
Maria yang dijamah dan disertai oleh Tuhan dari pembuahan sampai kepada hari kelahiran Tuhan Yesus mengajarkan kita sesuatu tentang kasih karunia serta visi dari Tuhan (Lukas 1:28). Untuk mencapai visi yang Tuhan berikan kepada setiap kita, kita juga perlu dijamah oleh Roh Kudus terlebih dahulu. Lalu kita perlu naungan atau penyertaan Roh Kudus. Kalau Roh Kudus menaungi kita, berarti kita “ditutup” dengan rapat olehNya. Kita memerlukan lebih dari sekedar jamahan Roh Kudus sebab pada tahap jamahan, Roh Kudus hanya berkunjung ke dalam hidup kita untuk sesaat. Seperti layaknya seorang tamu yang datang bertamu, lalu pulang. Yang kita sungguh-sungguh perlukan adalah Roh Kudus yang datang, dan tinggal di dalam kita.
Roh Kudus itu lemah lembut, Dia tidak akan datang dan tinggal di dalam kita kalau kita tidak mengundangNya untuk tinggal di sana. Roh Kudus mau kita menyerahkan hidup kita kepadaNYA, sebab Dia tidak akan pernah mengambil alih dengan paksa. Saudara-saudari yang terkasih, biarlah “visitation” (lawatan/jamahan) Tuhan menjadi suatu “habitation” (tempat tinggal) di dalam hidup kita.
Contoh tentang “visitation” dan “habitation” dapat ditemukan di dalam kitab 2 Raja-Raja 4:8-17, di mana diceritakan akan seorang perempuan Sunem yang mengundang nabi Elisa datang ke rumah-nya untuk makan (visitation) dan akhirnya menyiapkan kamar di rumah-nya agar ia juga tinggal di sana (habitation).
Tuhan rindu agar kita juga mengundang Dia untuk tinggal di dalam kita untuk memimpin seluruh hidup kita. Kita merupakan bagian-bagian penting dari tubuh Kristus dan Yesus adalah kepalanya. Jangan jadikan jabatan, kekayaan, dan lain-lain, menjadi “kepala” di dalam hidup kita. Kita perlu “mengosongkan” kepala kita untuk Tuhan, agar Ia dapat tinggal di sana.
Kita perlu berhati-hati dengan apa yang dapat menguasai/mengisi kepala kita.
Injil Lukas 13:31-32 menyampaikan bahwa ada dua hal yang dapat mengambil-alih kedudukan Tuhan di sana, yaitu: 1. Serigala
Serigala berbicara tentang elemen-elemen yang berkuasa, misalnya pendidikan tinggi, kekayaan, kedudukan, atau popularitas.
2. Burung
Burung dapat diartikan sebagai gosip/berita burung. Walaupun kita tidak dapat mencegah gosip untuk datang (visitation) ke telinga kita, namun kita dapat mencegah “burung” ini untuk bersarang (habitation) di kepala kita.
Jadi bagaimana caranya kita dapat menyiapkan hidup kita agar Roh Kudus tinggal tetap (habitation) di dalam kita? Kita dapat belajar dari perempuan Sunem yang menyediakan kamar bagi nabi Elisa (2 Raja-Raja 4:10). Di dalam kamar tersebut disediakan tempat tidur, meja, kursi dan kandil.
Tempat Tidur – ini adalah tempat untuk beristirahat dan juga tempat memadu kasih antara suami dan istri. Tuhan itu seperti layaknya seorang suami bagi kita. Dia rindu untuk menjalin hunbungan yang erat dan intim dengan kita.
Meja – di dalam bahasa Yunani adalah “trapeza”. Meja, berkaki empat, melambangkan sesuatu yang dapat diandalkan, sesuatu yang stabil. Ada juga bermacam-macam meja, contohnya meja makan (untuk meningkatkan keintiman), meja belajar (untuk belajar Firman Tuhan) dan meja kerja (untuk bekerja).
Kursi -melambangkan tahta, kedudukan, kekuasaan dan otoritas. Marilah kita mengosongkan “kursi” kita, dan biarkan Tuhan yang duduk di sana.
Kandil – memberikan cahayanya untuk menerangi. Seperti kandil, biarlah Tuhan menjadi terang dan penuntun langkah hidup kita.
Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita menyiapkan hidup kita bagi Tuhan Yesus seperti perempuan Sunem yang telah menyediakan kamar dengan tempat tidur, meja, kursi, serta kandil bagi nabi Elisa. Biarkanlah Tuhan tinggal dan bertahta atas hidup kita, maka kita akan diberkatiNya seperti perempuan Sunem yang juga diberkati Tuhan (2 Raja-Raja 4:16).
No Comments