27 Aug Penjaga melawan kekhawatiran
Filipi 4:4-9
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Khotbah ini ditujukan untuk semua orang yang memiliki masalah dengan kekhawatiran. Berapa banyak dari anda yang memiliki masalah dengan kekhawatiran? Bagi anda yang tidak mengangkat tangan, anda khawatir tentang apa yang mungkin dipikirkan orang jika anda mengangkat tangan. Semua orang memiliki masalah dengan kekhawatiran. Jika tidak, anda bukan manusia; anda adalah robot. Kekhawatiran biasanya melibatkan membayangkan masa depan dalam skenario terburuk dan panik karenanya. Bukankah kita sering melakukan hal ini? Kita mengkhawatirkan hidup kita. Kita khawatir tentang keluarga kita. Kita khawatir tentang masa depan kita, keuangan kita, pekerjaan kita, kesehatan kita. Kita khawatir tentang orang lain. Kita khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Kita khawatir tentang kemarin. Kita khawatir tentang hari ini. Kita khawatir tentang besok. Singkatnya, kita mengkhawatirkan segala sesuatu, dan kita tidak bisa berhenti memikirkan apa yang kita khawatirkan. Kata khawatir berasal dari konsep tercekik. Dan itulah yang dilakukan oleh kekhawatiran. Kekhawatiran mencekik kita. Kekhawatiran membuat kita tidak berfungsi. Apa yang terjadi ketika kita khawatir? Kita kurang tidur, lelah, rewel, tidak bisa berkonsentrasi, dan tubuh kita tegang. Hal ini membuat kita sakit ketika kita seharusnya sehat.
Jadi, bagaimana cara kita mengatasi kekhawatiran? Jika anda pergi ke toko buku, anda akan melihat bahwa buku-buku tentang kekhawatiran sangat populer. Orang-orang ingin tahu bagaimana cara mengatasi kekhawatiran. Dan izinkan saya memberi tahu anda jawaban dunia untuk masalah ini. Mereka mengatakan kepada anda, “Yang harus anda lakukan adalah berpikir positif. Jangan buang waktu dan energi anda untuk memikirkan skenario “bagaimana jika”. Sembilan dari 10 hal yang anda khawatirkan tidak akan terjadi. Memikirkan dan memvisualisasikan ketakutan hanya akan menguras energi anda. Yang perlu anda lakukan adalah mengarahkan pikiran anda pada hal-hal positif dalam hidup anda. Visualisasikan yang positif dan singkirkan yang negatif.” Hal ini ada benarnya, tetapi ini tidak realistis. Karena 1 dari 10 hal yang kita khawatirkan akan terjadi. Apa yang terjadi jika hal itu terjadi, dan kita tidak siap menghadapinya? Berpikir positif tidak akan berhasil. Jawaban umum lainnya adalah pergi berlibur. Atau kata yang lagi populer sekarang adalah ‘healing’. Liburan memang bekerja untuk sementara waktu sampai anda pulang dan mulai khawatir tentang melunasi tagihan kartu kredit dari liburan anda. Teknik pernapasan dan pil memang membantu, tetapi hanya untuk sementara. Tetapi apakah anda tahu apa yang tidak membantu sama sekali? Diberi tahu untuk berhenti khawatir. Pernahkah anda mengalaminya? Para istri, saya tahu anda sangat mengerti apa yang saya bicarakan. Dan para suami, dengarkan saya. Saya akan membantu anda di sini. Para istri, coba ingat saat-saat ketika anda merasa stres dan mengkhawatirkan sesuatu dan anda menceritakannya kepada suami anda, dan dia berkata, “Udah tenang. Jangan khawatir”? Apakah itu membantu? Sama sekali tidak. Bahkan, hal itu membuat anda semakin khawatir karena mungkin anda menikah dengan orang yang salah. Kenapa? Karena kekhawatiran adalah ekspresi luar dari masalah yang jauh lebih dalam. Kekhawatiran hanyalah gejalanya, bukan penyakitnya. Kekhawatiran adalah buah dari kondisi hati kita. Mengapa kita khawatir? Kita khawatir karena kita memiliki keinginan yang kuat akan sesuatu, dan kita takut kita tidak akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Ini adalah masalah hati. Itu sebabnya untuk mengatasi kekhawatiran kita perlu mengatasi hati kita. Inilah mengapa cara dunia tidak akan berhasil. Cara dunia hanya berurusan dengan gejalanya dan bukan dengan penyakitnya. Jadi, bagaimana cara kita mengatasi kekhawatiran? Itulah yang akan kita bicarakan hari ini. Dalam perikop kita hari ini, Paulus memberikan kita penjaga melawan kekhawatiran.
Saya akan memberikan konteksnya terlebih dahulu karena konteksnya sangat membantu kita. Tahukah anda di mana Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi? Dia tidak menulisnya ketika dia tinggal di sebuah vila di depan pantai di Athena. Dia tidak menulisnya sambil meminum cha latte di Café Roma. Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi di dalam penjara. Dia tidak tahu apakah dia akan hidup besok. Dia tidak tahu kapan dia akan dipenggal karena kesetiaannya kepada Kristus. Jadi, Paulus tahu persis apa artinya khawatir. Dan menjelang akhir suratnya, Paulus memberikan mereka petunjuk tentang bagaimana menghadapi kekhawatiran. Paulus memberikan mereka penjaga melawan kekhawatiran. Jika saya dapat menyimpulkan khotbah saya dalam satu kalimat, maka kalimat itu adalah ini: Penjaga melawan kekhawatiran bukanlah kepastian akan mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi kepastian akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Mari kita pelajari ayat-ayat ini bersama-sama. Saya memiliki tiga poin tentang penjaga melawan kekhawatiran: Berdoa tentang segala sesuatu; Bicara kepada pikiran; Lakukan kebenaran.
Berdoa tentang segala sesuatu
Filipi 4:4-7 – Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Paulus memulai dengan sebuah pernyataan yang tampaknya tidak masuk akal sama sekali. Ia berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Dan ini bukanlah sebuah saran. Ini adalah sebuah perintah. Paulus memerintahkan setiap umat Kristus untuk selalu bersukacita. Sebagian dari anda mungkin berkata, “Paulus, kamu pasti hidup di alam mimpi. Tidak mungkin bagi aku untuk selalu bersukacita. Tidakkah kamu tahu apa yang terjadi di sekelilingku? Tidakkah kamu melihat betapa buruknya keadaanku? Pasanganku berselingkuh. Anak-anakku menjauh dari Tuhan. Bisnisku tidak berjalan dengan baik. Dokter mengatakan bahwa aku harus dioperasi. Apa maksudmu dengan bersukacitalah senantiasa? Apa kamu bercanda? Ini tidak masuk akal.” Saya mengerti reaksi anda. Tetapi sebelum anda menganggap Paulus sebagai orang yang tidak hidup dalam dunia nyata, ingatlah bahwa ia menulis kata-kata ini ketika ia berada di dalam penjara. Paulus telah mengalami penderitaan dan perlakuan yang tidak adil lebih banyak dari kita semua. Tetapi ia tetap memerintahkan kita untuk selalu bersukacita. Inilah yang harus kita mengerti. Sukacita tidak sama dengan kebahagiaan. Beberapa waktu yang lalu, Pharell Williams menulis sebuah lagu yang membuat semua orang menari dan bertepuk tangan. Masih ingat lagu itu? “Because I am happy, clap along if you feel like a room without a roof. Because I am happy, clap along if you feel like happiness is the truth…” Ini adalah lagu yang sangat menarik dan menyenangkan yang bahkan membuat orang Presbiterian ingin bertepuk tangan dan menari. Lagu ini berbicara tentang keinginan universal manusia untuk selalu bahagia. Tetapi inilah masalahnya. Ini tidak mungkin. Mengapa? Karena kebahagiaan selalu bergantung pada keadaan. Kebahagiaan datang dari kenyamanan memiliki hal-hal yang kita inginkan. Kita bahagia ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, dan kita tidak bahagia ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Kebahagiaan selalu bergantung pada keadaan. Tetapi sukacita berbeda. Sukacita adalah sesuatu yang mendalam dan konstan dan tidak berdasarkan keadaan.
Bagaimana bisa? Lihat apa yang Paulus katakan. Dia berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan.” Ini yang harus kita pahami. Sukacita tidak berakar pada keadaan yang selalu berubah, tetapi pada Tuhan yang tidak pernah berubah. Sukacita kita konstan karena itu berasal dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan dari apa yang kita inginkan. Dengan kata lain, bersukacita senantiasa dalam Tuhan berarti menghargai Tuhan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi yang lebih penting. Tuhan adalah sukacita kita. Bukan berarti kita selalu bahagia dan bertepuk tangan. Tetapi itu berarti bahwa bahkan ketika kita tidak memiliki alasan untuk berbahagia, hati kita tetap tenang. Timothy Keller mengatakannya demikian. “Bersukacita berarti menghargai sesuatu, menilai harganya bagi anda, merenungkan keindahan dan kepentingannya hingga hati anda beristirahat di dalamnya dan merasakan manisnya. ‘Bersukacita’ adalah cara untuk memuji Tuhan sampai hati menjadi manis dan tenang, dan sampai hati melonggarkan cengkeramannya pada hal lain yang dianggapnya perlu.” Jadi, jika hati kita tidak tenang, itu berarti ada sesuatu atau seseorang yang lebih penting bagi kita daripada Tuhan. Dan hal itu tidak dapat memberikan kita sukacita karena hal itu bersifat sementara, tidak konstan. Kemudian Paulus melanjutkan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” Kata kebaikan hati adalah kebalikan dari sikap suka bertengkar dan mementingkan diri sendiri. Ini berarti kita ramah dan mudah bergaul dengan orang lain karena kita tidak lagi mencari kepentingan kita sendiri tetapi kepentingan orang lain. Kita tahu bahwa Tuhan ada di dekat kita. Kita tahu Tuhan hadir bersama kita, peduli dengan kita, dan Dia akan menolong kita. Itulah sebabnya kita bebas untuk melayani orang lain. Tetapi ketika kita khawatir, kita mementingkan diri sendiri. Perhatian kita tertuju pada diri kita sendiri dan itu mengalihkan perhatian kita dari melayani orang lain di sekitar kita dengan murah hati.
Perhatikan. Tahukah anda mengapa kita khawatir? Karena kita melupakan Tuhan. Kita lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang dekat dengan kita. Hidup dalam kekhawatiran adalah hidup seolah-olah Tuhan tidak ada. Kita mungkin orang Kristen, tetapi jika kita terus-menerus khawatir, kita berfungsi sebagai orang ateis. Kita mungkin mengatakan dengan mulut kita bahwa Tuhan adalah Allah kita, tetapi ada allah yang lain di dalam hati kita. Santo Agustinus memberikan wawasan yang luar biasa tentang kekhawatiran. Dia bertanya, mengapa kita khawatir? Sedikit kekhawatiran adalah hal yang baik. Itu berarti bahwa kita peduli. Jika kita tidak pernah merasa khawatir, itu berarti kita tidak memiliki perasaan. Kita tidak peduli pada apapun. Kita adalah zombie. Tetapi mengapa kita terlalu khawatir? Mengapa kita tidak bisa tidur dan selalu dipenuhi rasa takut dan khawatir? Inilah alasannya. Kita semua memiliki hal-hal yang berharga dalam hidup kita. Dan hal-hal itu adalah hal-hal yang baik. Orang tua dan anak-anak adalah hal yang baik. Karier adalah hal yang baik. Hubungan adalah hal yang baik. Kita semua memiliki banyak hal-hal yang baik dalam hidup kita. Namun ketika hal-hal baik itu menjadi hal terutama yang harus kita miliki untuk bahagia, maka hal itu menjadi harta karun kita. Itu menjadi berhala kita. Kita mencarinya. Kita menginginkannya. Dan kita percaya bahwa kita tidak akan bahagia kecuali jika kita memilikinya. Jadi, ketika hal-hal yang baik menjadi hal yang terutama, saat itulah kekhawatiran melanda. Kekhawatiran itu seperti asap yang bisa kita lacak sampai ke api. Ketika kita terlalu khawatir akan sesuatu, dan kita menelusuri akar dari kekhawatiran tersebut, kita akan selalu menemukan hal-hal baik yang telah menjadi hal yang terutama. Pada akar kekhawatiran kita, kita akan menemukan tuhan palsu yang telah menjadi harta kita. Kita melupakan Tuhan.
Jadi, pertanyaannya adalah, bagaimana kita menjaga diri dari kekhawatiran? Filipi 4:6 – Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Inilah langkah pertama untuk melawan kekhawatiran. Cara untuk pindah dari kekhawatiran kepada kedamaian, dari kecemasan kepada ketenangan, adalah dengan berdoa. Cara untuk tidak khawatir tentang apa pun adalah dengan berdoa tentang segala sesuatu. Mengapa berdoa? Karena doa mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Tuhan, dan kita bukan Tuhan. Dan kita harus membawa doa dan permohonan kita kepada Tuhan. Martin Luther mengatakan, “Berdoalah dan biarkan Tuhan yang khawatir.” Dan Tuhan tidak akan khawatir karena Dia tidak perlu khawatir. Dia tahu akhir dari awal. Dia tidak pernah terkejut dengan apa pun. Tetapi perhatikan. Paulus tidak hanya mengatakan bahwa kita harus membawa doa dan permohonan kita, tetapi ia juga mengatakan untuk melakukannya dengan ucapan syukur. Dan ini sangat penting. Inilah rahasia doa. Ketika kita membawa permohonan kita kepada Tuhan, kita tidak hanya berkata, “Tuhan, ini yang aku butuhkan. Tolong aku.” Kita berkata, “Tuhan, ini yang aku butuhkan. Aku membawa permintaanku kepada-Mu. Dan aku tahu Engkau baik. Apa pun jawaban-Mu atas permintaanku adalah baik. Aku berterima kasih untuk itu. Jika aku meminta sesuatu yang mungkin menyakiti aku dan Engkau tidak memberikannya kepadaku, aku berterima kasih untuk itu. Jika Engkau memberiku sesuatu yang berlawanan dengan apa yang aku minta, meskipun itu akan sulit, aku berterima kasih untuk itu. Aku tidak akan senang dengan hal itu, tetapi aku tahu Engkau dapat dipercaya. Aku tahu Engkau adalah Tuhan yang baik, dan Engkau akan melakukan apa yang baik bagi hidupku.” Mengajukan permohonan dengan ucapan syukur adalah cara untuk menggantikan kekhawatiran dengan iman. Kita mempercayai tangan Tuhan yang maha bijaksana, maha pengasih, dan maha kuasa atas hidup kita. Inilah sebabnya mengapa doa adalah senjata yang kuat untuk melawan kekhawatiran.
Lihat apa yang terjadi dalam chart ini.
Kekhawatiran VS Doa. (Diambil dari Sam Storms).
Kekhawatiran: Berakar di dalam diri sendiri; Pandangan hidup yang sempit (berpusat pada masalah); Fokus horisontal (dikuasai oleh lingkungan sekitar); Keadaan kita mengendalikan kita; Ekspresi ketakutan.
Doa: Berakar di dalam Tuhan; Pandangan hidup yang luas (berpusat pada tujuan); Fokus vertikal (fokus pada sumber daya Tuhan); Tuhan mengendalikan keadaan kita; Ekspresi iman.
Ketika kita khawatir, mudah bagi kita untuk menyendiri dan mencoba mencari jalan keluar sendiri. Dan hal itu menghasilkan lebih banyak kekhawatiran. Hanya ketika kita membawa masalah itu kepada Tuhan dalam doa, kita akan menemukan kelegaan. Ini seperti bermain bowling. Pernahkah anda melihat seorang pemain bowling setelah dia melepaskan bola? Saya dulu sering bermain bowling, jadi saya telah melihat berbagai macam hal. Saya telah melihat bagaimana orang-orang melakukan gerakan ke samping, berharap dengan menggerakkan tubuh ke samping itu akan memengaruhi arah bola. Beberapa berbicara dengan bola sebelum melepaskannya. Beberapa mencium bola. Beberapa menjinjit atau melompat. Faktanya adalah, setelah anda melepaskan bola, tidak ada yang dapat anda lakukan yang akan mengubah arah bola. Dan itulah doa. Doa adalah melepaskan bola kepada Tuhan. Dan setelah kita melepaskan kekhawatiran kita, jangan khawatirkan hal itu. Biarkan Tuhan yang menanganinya.
Dan lihatlah apa yang terjadi selanjutnya. Filipi 4:7 – Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Ketika kita berdoa tentang segala sesuatu, damai sejahtera Allah akan menjaga hati dan pikiran kita dengan cara yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia. Dan saya menyukai perkataan ‘damai sejahtera Allah’. Paulus tidak hanya mengatakan bahwa Allah akan memberikan kita damai sejahtera. Ia tidak berbicara tentang damai sejahtera yang Allah berikan, tetapi tentang damai sejahtera yang ada di dalam Allah sendiri. Apa yang dijanjikan kepada kita adalah damai sejahtera yang dialami Allah. Itulah sebabnya damai sejahtera ini melampaui segala akal. Ini melampaui semua pemahaman manusia. Dan damai sejahtera supernatural yang tidak dapat dijelaskan ini akan memelihara hati dan pikiran kita. Kata memelihara berasal dari kata Yunani yang berarti menjaga. Ini adalah kata militer. Ini berarti membawa pasukan dan mengelilingi sebuah kota dengan pasukan untuk menjaganya dari serangan. Dan jika kita memiliki tentara yang menjaga kota kita, kita bisa tidur dengan tenang. Ada tentara yang melindungi kita dari musuh. Dan inilah janji yang Allah berikan kepada kita. Ketika kita berdoa tentang segala sesuatu, musuh masih ada di luar sana. Musuh ingin menyerang kita dengan rasa takut, khawatir, dan cemas. Tetapi damai sejahtera Allah adalah benteng kita. Damai sejahtera Allah akan menjaga kita dari serangan musuh sehingga kita dapat tidur nyenyak di malam hari.
Saya ingat saya pernah mengalami kedamaian supernatural ini ketika saya didiagnosis menderita leukemia. Pada awalnya, saya sangat marah kepada Tuhan. “Tuhan, mengapa Engkau membiarkan hal ini terjadi padaku? Setelah 5 tahun belajar di sekolah Alkitab, apakah ini cara Engkau memperlakukanku?” Saya sangat khawatir tentang hidup saya. Namun kemudian Tuhan membuka mata saya untuk melihat betapa sombongnya saya dan di sana saya merasakan manisnya kasih karunia Tuhan. Jadi, saya berdoa kepada Tuhan dan membawa semua permohonan saya kepada Tuhan dengan ucapan syukur, lalu saya tidur. Dan keesokan harinya, saya tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi pada saya, tetapi saya merasa damai. Saya memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan menyertai saya, dan semuanya akan baik-baik saja. Bahkan jika saya harus mati, saya tidak apa-apa. Saya mengalami damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Dan dengarkan baik-baik. Kita tidak dijanjikan keinginan kita; kita dijanjikan damai sejahtera Allah. Dan damai sejahtera ini tidak ada hubungannya dengan kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Damai sejahtera ini adalah keyakinan dan kepercayaan akan kendali Allah yang bijaksana dan baik atas hidup kita, bahkan jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Jadi, itulah langkah pertama. Jangan khawatir tentang apa pun, tetapi berdoalah tentang segala sesuatu.
Bicara kepada pikiran
Filipi 4:8 – Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Langkah kedua menjaga diri dari kekhawatiran adalah berbicara kepada pikiran. Inilah hal tentang pikiran manusia. Pikiran tidak bisa menjadi ruang hampa. Sesuatu harus mengisi pikiran. Itulah mengapa liburan ke Jepang tidak membantu mengatasi kekhawatiran kita. Karena pikiran kita masih perlu diisi dengan sesuatu setelah liburan. Yang perlu kita lakukan adalah mengubah pikiran kita dari termometer menjadi termostat. Apakah anda tahu perbedaan antara termometer dan termostat? Termometer bergerak naik dan turun berdasarkan suhu di sekitarnya. Termostat mempengaruhi dan mengontrol suhu di sekitarnya. Jika pikiran kita adalah termometer, itu berarti kita dikendalikan oleh kekhawatiran kita. Kita dikendalikan oleh apa yang terjadi di sekitar kita. Jika pikiran kita adalah termostat, itu berarti kita tidak dikendalikan oleh apa yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita mempengaruhi segala sesuatu di sekitar kita. Namun, mode alami pikiran kita adalah termometer. Jadi, bagaimana cara mengubah pikiran kita dari termometer menjadi termostat? Ini caranya. Dengan berbicara kepada pikiran kita. Kita punya pilihan. Kita bisa berbicara kepada pikiran kita atau kita bisa mendengarkan pikiran kita. Kekhawatiran adalah hasil mendengarkan pikiran kita. Damai sejahtera datang dari berbicara kepada pikiran kita tentang Tuhan dan kebenaran-Nya.
Inilah yang Paulus katakan. Dia ingin kita memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu. Saya tahu beberapa dari anda berpikir, “Bukankah ini berpikir positif? Apakah Yosi sedang mengajarkan kita tentang kekuatan berpikir positif? Apakah dia akhirnya berpaling ke sisi gelap?” Ya dan tidak. Saya jelaskan. Ya, apa yang kita pikirkan itu penting dan lebih penting dari yang kita kira. Sebagian besar peperangan untuk mengubah seorang yang khawatir menjadi seorang yang penuh damai terjadi di dalam pikiran. Kita tidak dapat mengharapkan Tuhan untuk menjaga pikiran dan hati kita jika kita terus mengisi pikiran kita dengan sampah. Tetapi tidak, ini bukanlah berpikir positif. Apa yang Paulus sebutkan dalam ayat ini adalah karakteristik yang menggambarkan Tuhan. Coba pikirkan.
Firman Tuhan adalah bentuk tertinggi dari segala sesuatu yang benar.
Kesempurnaan moral Tuhan adalah definisi dari apa yang mulia.
Adil adalah segala sesuatu yang sesuai dengan standar Tuhan.
Suci adalah bebas dari dosa dan hanya Tuhan yang suci.
Manis adalah apa yang membangkitkan kekaguman di dalam hati, dan tidak ada yang lebih manis daripada Tuhan.
Sedap didengar adalah hal-hal yang baik dan menarik, dan tidak ada yang lebih sedap didengar daripada pekerjaan Tuhan.
Tuhan adalah sumber dari semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji.
Jadi, apa yang Paulus katakan adalah bahwa ia ingin pikiran kita dipenuhi dengan Tuhan dan kebenaran Tuhan. Daripada menguras energi mental kita untuk berpikir tentang “bagaimana jika” yang sia-sia, fokuskanlah pikiran kita pada Tuhan dan firman-Nya. Dengan kata lain, Tuhan menjaga hati dan pikiran kita dengan mengisi pikiran kita dengan kebenaran Tuhan.
Dan ini bukanlah hal yang hanya terjadi sekali saja. Paulus berkata, “Pikirkanlah semuanya itu.” Dan ini berasal dari kata Yunani, ‘logizomai’, yang berarti merenungkan dan memberi bobot yang tepat. Dan kata ini ditulis dalam bentuk present tense, yang berarti tindakan yang dilakukan terus menerus. Setiap hari ketika kita bangun tidur, kita diberi pilihan. Apa yang akan mengisi pikiran kita hari ini? Skenario bagaimana jika? Atau firman Tuhan? Dan kita tidak bisa hanya membaca firman Tuhan sekali saja. Kita harus terus memikirkannya. Don Whitney menggambarkannya seperti kantong teh. Kita adalah secangkir air panas dan firman Tuhan adalah kantong tehnya. Membaca firman Tuhan sekali saja seperti mencelupkan kantong teh ke dalam cangkir. Sebagian rasa teh diserap oleh air tetapi hanya sedikit. Semakin sering kantung teh dicelupkan ke dalam air, semakin besar pengaruhnya. Dan memikirkan firman Tuhan secara terus menerus adalah seperti merendam kantong teh sepenuhnya dan membiarkannya hingga semua rasa teh yang kaya telah diekstraksi dan air panas berubah menjadi cokelat kemerahan. Dan inilah cara Tuhan menjaga hati dan pikiran kita. Jadi, jika kita adalah umat Kristus dan kita tidak memiliki damai sejahtera Allah, kita tidak berpikir dengan benar. Kita telah membiarkan hal-hal lain memenuhi pikiran kita selain firman Tuhan. Kita menjadi khawatir ketika kita gagal mengingat firman Tuhan. Kita harus melawan kekhawatiran dengan firman Tuhan. Kita harus berbicara kepada pikiran kita dan bukannya mendengarkan pikiran kita.
Saya akan membuatnya sangat praktis untuk anda. Bagaimana cara berbicara kepada pikiran? Tiga hal. Pertama, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah pikiran ini dari Tuhan?” Itu berarti anda harus mengenal Tuhan dan firman-Nya. Sangat sulit untuk membedakan apakah pikiran ini berasal dari Tuhan atau tidak jika anda tidak mengenal Tuhan dan firman Tuhan. Apakah anda tahu siapa Tuhan itu? Apakah anda tahu seperti apa Tuhan itu? Atau apa yang anda ketahui tentang Tuhan hanya dari Instagram reel yang anda tonton? Dan jika anda mengenal Tuhan dan firman Tuhan, maka anda dapat mengetahui apa yang bukan berasal dari Tuhan. Mungkin pikiran yang anda miliki adalah serangan musuh. Mungkin itu adalah kebohongan budaya. Mungkin itu adalah tuduhan palsu dari orang-orang di sekitar anda. Jadi, langkah pertama adalah bertanya apakah pikiran ini berasal dari Tuhan. Kedua, buka Alkitab. Temukan janji Tuhan yang spesifik yang berhubungan dengan situasi anda. Dan ketiga, renungkan firman Tuhan atas situasi anda. Jangan hanya membacanya sekali, tetapi biarkan kantung teh itu mewarnai seluruh cangkir.
Jadi, mari kita mempraktikkannya. Katakanlah anda khawatir tentang masa depan anda. Ada rasa takut dan khawatir yang terus menerus setiap kali anda berpikir tentang hari esok. Anda tidak tahu apakah anda harus tinggal di Sydney atau di Indonesia. Anda tidak tahu pekerjaan apa yang harus anda ambil. Anda khawatir tentang anak-anak anda. Anda khawatir tentang hubungan anda. Anda selalu khawatir dan anda tahu bahwa ini bukan dari Tuhan. Tuhan tidak ingin anda hidup dalam ketakutan. Jadi, yang anda lakukan adalah membuka janji-janji spesifik dalam firman Tuhan yang berhubungan dengan situasi anda. Anda buka Matius 6:31-34 – Karena itu janganlah kamu kuatir dan berkata: “Apakah yang akan kami makan?” atau “Apakah yang akan kami minum?” atau “Apakah yang akan kami pakai?” Sebab bangsa-bangsa lain mencari semuanya itu dan Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Karena itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kekuatirannya sendiri. Cukuplah kesusahanmu untuk hari ini dengan kesusahannya sendiri. Anda membaca dan anda diingatkan akan janji Tuhan. Itu baik, namun tidak cukup. Sekarang, anda harus merenungkan firman Tuhan. Anda perlu berpikir. Dan anda perlu berbicara kepada pikiran anda. “Mengapa aku khawatir? Aku khawatir karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Aku khawatir karena aku tidak yakin apa yang akan terjadi di masa depan. Aku tidak tahu apakah aku memiliki apa yang diperlukan untuk menghadapi hari esok.” Oke, tetapi apa yang dikatakan firman Tuhan? “Firman Tuhan berkata bahwa aku tidak perlu khawatir tentang hari esok. Tuhan ingin aku peduli dengan hari ini. Tuhan sudah tahu apa yang aku butuhkan besok. Tetapi Tuhan menjamin kasih karunia hari ini untuk tantangan hari ini. Dan Tuhan menjamin kasih karunia besok untuk tantangan besok. Tuhan tidak memberikan kasih karunia hari ini untuk tantangan besok. Cukuplah kesusahan untuk hari ini dengan kesusahannya sendiri. Dan Tuhan yang mencukupi aku dengan kasih karunia hari ini tidak akan gagal untuk mencukupi aku dengan kasih karunia besok. Ini berarti aku tidak perlu khawatir tentang kasih karunia yang aku butuhkan minggu depan, bulan September, atau tahun 2024. Hari ini adalah tanggal 27 Agustus dan aku telah diberi kasih karunia untuk tanggal 27 Agustus. Ketika tanggal 28 Agustus tiba, Tuhan akan memberi aku kasih karunia tanggal 28 Agustus. Bapaku yang di sorga sudah tahu apa yang aku butuhkan besok, dan Dia akan memberikan apa yang aku butuhkan ketika besok tiba. Jadi, aku tidak perlu khawatir tentang hari esok.”
Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Daripada membiarkan kekhawatiran anda berbicara kepada pikiran anda, anda berbicara firman Tuhan kepada pikiran anda. Kekhawatiran terjadi ketika anda lupa bahwa Tuhan duduk di atas takhta dan Dia memegang kendali atas segala sesuatu. Kekhawatiran dimulai ketika anda memikirkan hal-hal yang tidak benar, tidak mulia, tidak adil, tidak suci, tidak manis, tidak sedap didengar, atau tidak patut dipuji. Kemudian anda jatuh ke dalam keputusasaan. Perasaan ini kemudian membuat anda bersikap kasar dan tidak membantu orang-orang di sekitar anda, dan anda melewatkan kehidupan yang Tuhan inginkan bagi anda. Jadi, cara untuk menjaga diri dari kekhawatiran adalah dengan berdoa tentang segala sesuatu dan berbicara kepada pikiran anda. Dan ini membawa saya pada poin ketiga.
Lakukan kebenaran
Filipi 4:9 – Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Dengarkan baik-baik. Bukan seberapa banyak yang kita ketahui yang membuat perbedaan; melainkan apa yang kita lakukan dengan apa yang kita ketahui yang membuat perbedaan. Paulus sangat jelas di sini. Dia berkata, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku” ini berbicara tentang kebenaran yang kita ketahui, “lakukanlah itu.” Jadi, kita tidak hanya perlu mengetahui bagaimana cara menjaga diri dari kekhawatiran, tetapi kita juga perlu melakukan apa yang kita ketahui. Jika kita mendengar firman Tuhan dalam Filipi 4, tetapi kita tidak melakukannya, maka firman Tuhan ini tidak akan ada gunanya bagi kita. Jika kita mendengar firman Tuhan tentang penjaga melawan kekhawatiran, dan kita berkata, “Wah, ini sangat membantu,” tetapi kita tidak mendoakan segala sesuatu dan berbicara kebenaran Tuhan kepada pikiran kita, maka kita tidak akan mengalami damai sejahtera Tuhan. Saya tahu ini bukan sesuatu yang inovatif, tetapi ini sangat penting. Pengetahuan itu baik. Tetapi pengetahuan yang tidak dilakukan tidak ada gunanya. Tuhan telah menjanjikan damai sejahtera bagi kita. Tetapi itu tidak datang secara otomatis. Kita harus melakukannya. Dan ini adalah sesuatu yang perlu kita lakukan secara terus menerus sepanjang hidup kita. Tidak peduli berapa lama kita telah menjadi orang Kristen, 5 hari, 5 tahun, atau 50 tahun, kita masih perlu melakukan hal-hal ini untuk menjaga diri kita dari kekhawatiran. Saat kita berpikir bahwa kita sudah tidak perlu melakukannya, itulah saat dimana musuh menyerang kita dengan ketakutan dan kekhawatiran. Dan Paulus berkata, “Jangan biarkan musuh menawan kamu dalam kekhawatiran. Terus lakukan apa yang telah kukatakan kepadamu.”
Dalam persiapan saya untuk khotbah ini, saya membaca khotbah dari Tony Evans dan dia memberikan cara praktis yang sangat membantu untuk melakukan hal ini. Dia menyebutnya “kotak kekhawatiran.” Jadi, apa yang anda lakukan adalah membuat sebuah kotak dan memberinya label kotak kekhawatiran. Dan setiap kali anda mengkhawatirkan sesuatu, ambil selembar kertas, tuliskan kekhawatiran anda, dan taruhlah di dalam kotak kekhawatiran. Saat anda melakukannya, berdoalah kepada Tuhan, “Tuhan, ini kekhawatiranku. Aku membawa kekhawatiranku kepada-Mu. Aku tahu Engkau baik, dan aku tahu Engkau memegang kendali. Jadi, aku menyerahkan semua kekhawatiranku kepada-Mu dan aku menyerahkan hasilnya ke dalam tangan-Mu yang berdaulat.” Setelah anda berdoa dan menaruh kekhawatiran anda di dalam kotak, lanjutkan hari anda. Saat anda melakukannya, musuh akan mencoba menyerang anda. Dia akan menggoda anda untuk melihat kotak itu dan mengambil kembali kekhawatiran anda. Dia ingin anda meragukan Tuhan dan mengambil alih masalah itu ke tangan anda sendiri. Tetapi jangan lakukan itu. Lawan godaan itu dengan mengucapkan kebenaran firman Tuhan kepada pikiran anda. Renungkan Tuhan dan janji-janji-Nya sampai hati anda tenang. Dan ketika musuh menyerang lagi, renungkan janji-janji Tuhan lagi. Lakukan hal ini terus menerus. Dan tahukah anda apa yang akan terjadi? Paulus berkata bahwa jika anda melakukan hal-hal ini, “Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”
Perhatikan baik-baik. Ini berbeda dengan ayat 7. Dalam ayat 7, Paulus berjanji bahwa ketika kita berdoa tentang segala sesuatu, damai sejahtera Allah akan menyertai kita. Damai sejahtera Allah akan menjaga kita dari serangan musuh. Dan dalam ayat 9, ketika kita terus melakukan hal-hal ini, Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita. Bukan hanya damai sejahtera-Nya, tetapi Allah sendiri yang akan menyertai kita. Maka dari itu, perhatikan. Damai sejahtera tidak ditemukan dalam ketiadaan masalah. Damai sejahtera ditemukan di dalam hadirat Tuhan. Suatu ketika, ada sebuah kontes antara dua pelukis untuk melukiskan gambar damai. Salah satu pelukis melukis matahari terbenam di atas air yang tenang dan semuanya tampak indah dan cerah. Pelukis lainnya melukis gambar badai. Langit gelap dan ada petir, guntur, dan awan gelap yang tebal. Ombak menghantam bebatuan dan semuanya tampak kacau. Dan di sudut bawah lukisan itu ada dua batu besar dengan seekor burung bernyanyi di tengahnya. Itulah damai sejahtera. Damai sejahtera bukanlah ketika matahari bersinar terang, cuaca cerah, dan semuanya tenang. Damai sejahtera adalah ketika kita bernyanyi meskipun badai masih mengamuk. Tahukah anda mengapa? Karena apa yang Tuhan lakukan saat memberikan kita damai sejahtera adalah memberikan payung di tengah badai. Payung itu tidak menghentikan badai. Tetapi payung itu menjaga kita agar tidak basah. Tetapi Tuhan tidak hanya memberikan kita payung, Dia ada bersama kita di bawah payung itu. Dia berdiri di samping kita di bawah payung di tengah-tengah badai. Itulah damai sejahtera.
Namun, inilah pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada anda dan saya selesai. Bagaimana kita bisa tahu bahwa Allah sumber damai sejahtera menyertai kita? Bagaimana kita dapat yakin bahwa kita dapat memiliki damai sejahtera Allah? Inilah caranya. Kita dapat memiliki damai sejahtera Allah dan Allah sumber damai sejahtera bersama kita ketika kita memiliki damai dengan Allah. Kalau kita tidak memiliki damai dengan Allah, kita tidak akan memiliki damai sejahtera Allah dan Allah sumber damai. Itulah sebabnya Paulus berkata dalam Filipi 4:7 – Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Damai sejahtera ini hanya mungkin terjadi di dalam Kristus Yesus. Karena sebenarnya, apa yang pantas kita dapatkan bukanlah damai sejahtera. Yang pantas kita dapatkan adalah kekhawatiran yang mendalam. Yang pantas kita dapatkan adalah terus menerus khawatir akan hidup kita. Mengapa? Karena kita adalah musuh Allah. Kita telah berdosa kepada Allah, dan kita telah berpaling dari-Nya. Kita telah menyingkirkan Allah dari takhta hati kita dan menggantinya dengan berhala. Tetapi bukannya memberikan apa yang layak kita terima, Yesus datang dan mengambil apa yang seharusnya kita terima. Itulah sebabnya di kayu salib Yesus mengalami kekhawatiran yang mendalam. Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus dan Yesus kehilangan hadirat Allah. Yesus kehilangan damai sejahtera Allah. Dia mati dalam kesakitan dan menjerit. Mengapa Yesus kehilangan damai sejahtera Allah? Supaya ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita dapat memiliki hadirat Allah. Yesus kehilangan damai sejahtera Allah agar kita dapat memiliki damai dengan Allah. Dan damai dengan Allah akan membawa kita kepada damai sejahtera Allah dan Allah sumber damai. Inilah Injil. Dan jika kita melihat apa yang telah Yesus lakukan untuk kita, jika kita melihat apa yang telah Yesus derita untuk kita, jika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita dapat yakin bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Jadi hari ini, jika anda belum berdamai dengan Allah, ada tawaran untuk anda. Yesus telah mati untuk dosa-dosa anda sehingga anda dapat memiliki damai sejahtera yang melampaui segala akal budi. Yang harus anda lakukan adalah berserah kepada-Nya dan menaruh kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda.
Dan bagi kita yang telah menaruh iman kita kepada Yesus, damai dengan Allah adalah sesuatu yang tidak dapat diambil oleh siapa pun. Jadi jangan sampai kita mempercayai kebohongan musuh. Namun pada saat yang sama, ini bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Tuhan telah merancang dan menetapkan alam semesta sedemikian rupa sehingga kita akan mengalami damai sejahtera Allah dan Allah sumber damai ketika kita berdoa kepada-Nya tentang segala sesuatu dan mengisi pikiran kita dengan firman-Nya secara terus menerus. Jangan berasumsi bahwa Tuhan akan melakukan untuk kita selain melalui doa, apa yang telah Dia janjikan untuk kita hanya melalui doa. Dan mungkin alasan kita selalu merasa khawatir adalah karena kita tidak berdoa tentang segala sesuatu. Atau kita berdoa tetapi kita terus membuka kotak kekhawatiran dan tidak mempercayai Tuhan dengan hal itu dan tidak mengisi pikiran kita dengan janji-janji-Nya. Jadi hari ini, ambil keputusan untuk melakukan hal-hal ini. Saya tidak mengatakan bahwa jika kita melakukan hal-hal ini maka Tuhan pasti akan memberikan apa yang kita minta. Badai mungkin tidak berakhir. Penyakit mungkin masih ada. Masalah mungkin tidak hilang. Gosip dan fitnah mungkin tidak berhenti. Bisnis mungkin hancur. Kita mungkin kehilangan segalanya. Tetapi damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Mari kita berdoa.
Sorry, the comment form is closed at this time.