Perjalanan hidup anak Tuhan

Setiap kali kita membaca sebuah buku cerita, kita sering penasaran dengan lembaran berikutnya. Kadang ceritanya menyenangkan kadang menyedihkan. Begitulah lembaran hidup kita, kadang suka kadang duka, semua terjadi karena memang kita ada di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Namun Tuhan menjadikan duka jadi suka, kain kabung dengan tari-tarian.

Beberapa pertanyaan didalam Perjalanan Hidup yang selalu kita tanyakan kepada Tuhan.  

 

APA INI TUHAN?

“Karena iman, maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan, dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya dan karena iman itu ia menghukum dunia dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya” Ibrani 11:7.

 

Sebuah lembaran baru dalam kehidupan sering mengejutkan.

  • Tiba-tiba ada air bah yang akan datang, di dalam sebuah musim yang tidak menunjukkan akan terjadi bencana yang begitu mengerikan dan Tuhan menyuruh Nuh membangun sebuah bahtera yang besar.
  • Olok-olok dan kecaman dari orang-orang bisa membuat Nuh ragu akan perintah dan petunjuk Tuhan. Kemudian tujuh hari sebelum hujan turun, Nuh beserta keluarganya dan binatang-binatang peliharaannya dibawa masuk ke dalam bahtera. 
  • Sebuah lembaran baru di hadapannya yang belum kelihatan, bisa saja Nuh bertanya “apa ini Tuhan?” Bayangkan kalau air bah itu tidak pernah datang, ia pasti menanggung malu dan pemikiran seperti itu pasti Nuh alami.

Nehemia, orang Yahudi yang bekerja sebagai juru minum raja Artahsasta di Persia juga mengalami lembaran baru dalam hidupnya. Seorang juru minum yang hidupnya sudah enak dan terpandang, apalagi ia bukan orang Persia dan punya hubungan dekat dengan raja Persia serta menyandang kedudukan yang sangat penting. 

  • Pada saat ada panggilan Tuhan dalam hatinya untuk membangun kembali tembok Yerusalem (kampung halaman Nehemia) yang sudah runtuh, ini sebuah keputusan yang sangat berani. 
  • Nehemia melakukan alih profesi dari juru minum menjadi kontraktor pembangunan tembok. 
  • Nehemia dibawa Tuhan dari zona nyamannya ke zona kekuatannya.
  • Dia sangat nyaman ketika menjadi juru minum dengan penghasilan tinggi, dekat raja dan tinggal di istana yang begitu megah. 
  • Ketika masuk lembaran baru, kondisi pembangunan sangat berbahaya karena ada ancaman musuh yang mau menyerang. 
  • Dia juga harus mengkordinasi tim yang besar jumlahnya dalam proses pembangunan.

Ketika melangkah maju, Nehemia melihat penyertaan Tuhan yang luar biasa. Tembok Yerusalem berhasil dibangun dalam waktu hanya 52 hari saja (baca Nehemia 6:15).

Dalam perjalanan hidup, banyak sekali pertanyaan pada saat kita mengalami ujian-ujian kehidupan.

  • Ujian kehidupan beda dengan ujian di sekolah.
  • Kita diberikan jadwal ujian di sekolah untuk bersiap.
  • Ujian kehidupan tidak ada jadwal yang diberikan, bisa terjadi kapan saja. 
  • Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan diri setiap saat.

Bukan sekedar pengertian Firman saja tetapi juga belajar berserah kepada Tuhan.

Tuhan seringkali hanya menggenggam tangan kita dan menyertai setiap langkah kita. 

Dia suka membawa kita dari zona nyaman ke zona kekuatan karena Dia mau kita bertumbuh semakin dewasa karena selalu ada tugas dan tanggung jawab Kerajaan Sorga yang Tuhan mau kita lakukan di dalam level yang lebih tinggi. 

  • Tuhan akan memakai untuk lebih berdampak bagi sekeliling kita. 
  • Ketika ada lembaran baru yang mengejutkan dan tidak terlihat kepastian di depan, yang dibutuhkan adalah penyertaan Tuhan bukan penjelasan.
  • Jangan takut, melangkahlah dan masuk dalam zona kekuatanmu. 
  • Kapasitas kita akan diperbesar karena ada perkara besar menanti.

KEMANA TUHAN?

“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” Ibrani 11:8.

Arah dan tujuan adalah bagian yang sangat esensial dalam hidup ini. 

Dalam zaman ini kita diberikan fasilitas yang sangat canggih untuk mengarahkan kita sampai ke tempat tujuan dengan menggunakan aplikasi di handphone. Google Map atau Waze adalah aplikasi yang digunakan untuk memilih jalan singkat, tidak macet, untuk menghemat waktu serta memberitahu “waktu tempuh ke tempat tujuan lengkap dengan jarak dan arahan yang detail”. 

  • Tuhan tidak memberi Abram peta detail atau menunjukkan tujuan akhir yang tepat.
  • Allah berkata “Abram, tinggalkan zona nyamanmu dan pergi ke tempat yang akan Aku tunjukkan.”
  • Tuhan juga akan memberkati Abram dan keturunannya (Kejadian 12:2-3).  
  • Abram tidak tahu di mana dia akan berakhir tetapi dia tahu dan mempercayai karakter Tuhan.

Ketaatan Abram terjadi selangkah demi selangkah dan setiap langkah, Abram mendengar lebih banyak dari Tuhan. 

Seringkali dalam perjalanan hidup ini, kita harus melangkah tanpa tahu mau kemana dan tidak terlihat tujuannya sehingga kita mulai bertanya “kemana Tuhan?”

  • Tuhan ingin kita keluar dari zona nyaman dan mempercayai Dia dengan hal-hal yang tidak kita ketahui.
  • Kita perlu memberi ruang bagi Tuhan untuk membimbing perjalanan hidup ini. 
  • Jika Tuhan datang, menunjukkan langkah demi langkah, kita tidak perlu iman untuk mengikutiNya. Selain itu, jika kita tahu persis kemana akan pergi, kita tidak akan belajar iman, pengharapan dan berserah. 
  • Kita mungkin akan sombong dan ketika sampai di tujuan dan berkata bahwa semua karena kehebatan dan kekuatan kita.
  • Tuhan mau kita mengikutiNya dengan iman, bukan dengan mengetahui tujuannya. 
  • Ini akan membebaskan dari jebakan rencana kita sendiri, yang seringkali menjauhkan kita dari kehendak Tuhan karena cara kita sering salah (Yesaya 55:8).

Tuhan melihat segalanya, masa lalu, sekarang dan masa depan > Dia tidak terbatas.

Alasan lain Tuhan tidak ingin kita terlalu cepat tahu tujuan akhir karena jika kita tahu terlalu cepat, mungkin akan menyerah karena tampaknya terlalu sulit. 

Kita mungkin tahu di mana tujuan kita tetapi belum tentu tahu cara sampai kesana. Ketidaktahuan ini akan menyebabkan kita memiliki cemas dan khawatir.  

Tuhan tidak meminta kita untuk mengambil langkah jauh. Setiap langkah kecil, selangkah demi selangkah akan membawa kita kepada pengalaman bersama Tuhan yang sangat berarti. 

  • Kita sering terlalu banyak menganalisa segalanya dan menyebabkan khawatir.
  • Mengambil tindakan bertahap dengan Tuhan akan menghapus banyak ke-khawatiran.
  • Fokus pada langkah yang harus diambil, bukan hasil akhir.
  • Khawatir tentang hasil akhir biasanya terjadi sebelum mengambil langkah awal. 

Abram mempercayai Tuhan dalam ketidaktahuannya karena dia yakin Tuhan menyertainya.

Yesus berkata di Matius 28:20b “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Abram berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju dan kondisinya saat itu adalah seorang yang mempunyai banyak harta dan pegawai; pasti tidak nyaman, apalagi keluarga dan pegawainya pasti bertanya: “Mau kemana? Tujuannya kemana?”

 

Tuhan hanya memberikan arah bukan tujuan akhir. Iman adalah mengikuti pimpinan Tuhan tanpa tau kemana. Dalam ujian ini yang diperlukan adalah pimpinan Tuhan bukan penjelasan. 

KAPAN TUHAN?

9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.

10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. 

Ibrani 11:9-10.

 

Setelah Tuhan menyuruh Abram pergi, dia terus menunggu waktu dimana Tuhan akan memberitahu tujuan atau kota dimana dia akan menetap.

  • Tokoh Alkitab yang melewati banyak waktu menunggu janji Tuhan adalah Abraham.
  • Dia menunggu kelahiran anak pusakanya, dia juga menunggu tujuan perjalanan hidupnya.
  • Tidak heran bila Tuhan menyebutnya sahabat karena kesetiaan dan kesabarannya.

Dari terbitnya matahari sampai terbenam, Tuhan tidak pernah membuat kesalahan dan waktuNya selalu akurat. Dia bertindak pada saat yang tepat, di saat kita sangat membutuhkanNya.

Bagaimana perasaan anda saat mendengar “tunggu waktu Tuhan”?? Sepertinya anda harus menunggu selamanya; tidak selalu seperti itu, “kita tidak tahu kapan Tuhan akan bertindak”. Alkitab tidak menunjukkan bahwa Tuhan membutuhkan waktu selamanya untuk melakukan segalanya. 

Kejadian 24:42-45, hamba Abraham berdoa agar Tuhan dengan jelas menunjukkan kepadanya istri untuk Ishak dan Alkitab berkata “sebelum dia selesai berdoa dalam hati, Ribka datang”.

2 “Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”

3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.”

Matius 8:2-3.

Di sisi lain, kita perlu sadar bahwa Dia adalah Tuhan yang menjawab kebutuhan bukan keinginan semata-mata.

  • Seringkali kita tidak sabar dan berkata Tuhan terlambat menjawab, padahal waktuNya bukan waktu kita dan jalanNya bukan jalan kita.
  • Kita menilai Tuhan dari kacamata rohani kita yang sangat terbatas.
  • Kita tidak mengerti “mana keinginan daging yang tidak mendewasakan dan mana kebutuhan rohani yang mendewasakan”.
  • Kita menginginkan terjadi sekarang dan terkadang kita belum siap.
  • Kita perlu lebih banyak belajar, lebih banyak berubah, lebih banyak bertumbuh.

Contoh sederhana,

Jika anda berhutang kepada kartu kredit karena keteledoran anda dalam mengelola keuangan, kemudian anda diperhadapkan dengan hutang dan anda berseru kepada Tuhan untuk menjawab doa anda dengan memberikan uangnya segera. Jangan heran kalau uang itu tidak datang sampai karakter anda yang diubahkan. Tuhan mau membantu anda tetapi jika Ia memberikan uangnya untuk membayar hutang kartu kredit dengan begitu gampangnya, anda akan pakai untuk berhutang lagi. Tuhan mau menjawab doa dengan mengubah anda terlebih dahulu. Setelah anda berubah dan pada akhirnya menerima dana untuk membayar hutang akibat keteledoran anda, maka di masa yang akan datang anda tidak akan mengulangi kesalahan itu.

Tuhan tidak pernah terlambat, Dia selalu tepat waktu, kita yang selalu terlambat berubah, terlambat bertumbuh bahkan terlambat taat.

Hari ini anda tidak perlu merasa bersalah, marilah kita berubah supaya kairos atau waktu Tuhan yang terbaik terjadi atas hidup kita. 

Kita perlu tahu bahwa Tuhan bergerak di dalam zona waktu kairos yang tidak ada batasnya sedangkan manusia hidup di dalam zona waktu kronos.

Kronos diambil dari kata kronologis yaitu urutan peristiwa. Kronos selalu terbatas. Satu hari  dibatasi 24 jam, 1 tahun dibatasi 365 hari. Umur kita juga terbatas.

Sementara Tuhan bergerak di dalam zona waktu kairos yang tidak ada batasnya bahkan menembus waktu. Tuhan bisa ada dimana saja, kapan saja bahkan Tuhan sudah ada di masa depan, menyiapkan yang terbaik untuk kita.

Menunggu rencana Tuhan membutuhkan kesabaran dan iman; dalam masa penantian:

  • iman kita ditempa dan didewasakan.
  • kita menemukan bahwa Tuhan yang mengatur dan kita tidak sendirian.

Menunggu itu tidak gampang tetapi dalam Tuhan kita menunggu dengan tujuan; Tuhan tidak pernah kebetulan, semua yang Dia lakukan memiliki tujuan.

Penantian adalah cara Tuhan untuk menyelaraskan bagian lain dari rencana agungNya atas hidup kita. Yang dibutuhkan dalam masa penantian adalah kesabaran bukan penjelasan.

BAGAIMANA TUHAN?

11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.

12 Itulah sebabnya maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. 

Ibrani 11:11-12.

Tuhan menampakkan diri kepada Abraham ketika dia berusia sembilan puluh sembilan tahun dan Sara berusia sembilan puluh tahun dengan mengatakan bahwa Sara akan melahirkan seorang putra yang akan menjadi pewaris janji Tuhan.

“Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: ”Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” Kejadian 17:17.

“Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: ”Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu sedangkan tuanku sudah tua?” Kejadian 18:12.

Masalahnya jelas, Sara mandul (Alkitab menuliskan mati haid) tidak bisa punya anak dan Abraham sudah terlalu tua. Inilah yang membuat mereka tertawa tidak percaya ketika mendengar berita itu. Sara mentertawakan berita mustahil itu, Ibrani 11:11 menjelaskan

  • Sara mengerti bahwa Tuhan itu setia ketika memberikan janjiNya, dia menjadi kuat dan menerima kekuatan untuk mengandung benih; dia melahirkan seorang anak ketika dia sudah sangat tua.
  • Tawanya berubah menjadi kegembiraan ketika dia percaya bahwa Tuhan memang setia dan akan melakukan apa yang Dia janjikan.
  • Sara menghadapi janji Tuhan dan fakta bahwa dia sudah mati haid dan suaminya Abraham sudah mati pucuk.
  • Tetapi di atas semuanya itu, ketika dia sadar bahwa Tuhan setia, semua berubah. Tawa menjadi iman dan ragu menjadi percaya.
  • Iman Sara tidak diukur dari ketaatannya yang radikal tetapi dengan kesabarannya yang konsisten.

Tuhan bisa saja memberikan anak kepada Abraham dan Sara dalam usia muda dan produktif tetapi mengapa Tuhan memilih usia lanjut bahkan dimana secara biologis sudah tidak mungkin.

Saat Sara menggendong putranya yang baru lahir, dia mengerti bahwa Tuhan sedang tertawa bersamanya. Jadi dia tertawa lagi dan mengajak orang lain tertawa bersamanya bukan karena lucu tetapi karena hal tsb sangat menakjubkan. Sara menamai anak itu Ishak, yang artinya “tertawa”. Kekecewaan Abraham dan Sara selama bertahun-tahun karena tidak memiliki anak berakhir saat janji Tuhan dipenuhi. Tuhan selalu membawa tawa dan harapan.

 

Tuhan suka dengan kondisi yang mustahil bagi manusia karena saat itulah janjiNya dan kemuliaanNya dinyatakan. Kuncinya “kita harus mengerti bahwa Dia setia terhadap janji-janjiNya” dan bukan minta penjelasan dariNya. Menghadapi kondisi mustahil dengan percaya akan kemampuan Tuhan tanpa mengetahui bagaimana caranya.

Kita mungkin pernah tertawa sinis di dalam hati, ketika menghadapi masalah yang secara manusia tidak mungkin bisa kita lewati. Tuhan suka melakukan perkara besar yang manusia katakan tidak mungkin karena Dialah Tuhan. Perkara besar atau mujizat itu merupakan kejadian biasa di sorga.

Dalam doa, kita sering mengatakan “…datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Sorga” dan kita percaya akan kesetiaan Tuhan seperti janjiNya kepada Sara, maka kita akan dikuatkan untuk menghadapi hal yang mustahil di depan kita. 

BERAPA LAMA TUHAN?

“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” Yesaya 40:31. 

Ketika Tuhan mau kita menunggu, seringkali kita bertanya “berapa lama Tuhan?” Tuhan tahu level kedewasaan kita untuk bisa mengelola titipan pemberianNya. Dia tahu ketika kita belum dewasa, harus ada proses penantian karena kalau tidak, kita akan menyalahgunakan pemberianNya. 

Menunggu adalah sebuah proses yang tidak enak dan kerap kali melelahkan, walau kita dalam kondisi tidak bergerak. Ini berarti bukan fisiknya yang lelah tetapi jiwa (emosi, pikiran dan hati) kita yang lelah. Saat seperti itu pikiran kita punya potensi besar untuk berasumsi dan memiliki perspektif yang salah sehingga emosi kita meningkat dan tanpa disadari, bisa marah dan frustasi. 

 

Hal yang paling menghibur adalah bagaimana Alkitab mengungkapkan belas kasihan Tuhan bagi kita yang tidak sabar.

  • Dia tau bahwa karya agung dan rencanaNya bisa terlihat lambat bagi kita.
  • Dia tau bahwa terkadang kita merasa seperti Dia melupakan dan menyembunyikan wajahNya.
  • Dia sabar mengerjakan rancanganNya.
  • Dia sabar menghadapi ketidaktaatan kita, justru kita yang komplain, tidak sabar, mengeluh dan tidak melanjutkan doa-doa kita. 

Tuhan memberikan kisah Abraham dan Sara agar kita melihat bahwa kita tidak sendiri.

 

Mazmur 13:2 “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?”

Tuhan mengingatkan bahwa kenyataannya Dia tidak pernah melupakan; apa yang kita rasakan tidak benar dan bahwa janji Tuhan menyegarkan daripada persepsi kita.

  • Bahkan Tuhan membentuk kekuatan dalam penantian.
  • Menunggu Tuhan adalah latihan yang memberikan kekuatan luar biasa kepada roh dan jiwa kita.
  • Dalam masa penantian kesabaran dilatih dengan mengucap syukur senantiasa, otot-otot kerohanian diperkuat. Kekuatan yang diperbaharui akan datang.

 

2 Petrus 3:9 “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian tetapi Ia sabar terhadap kamu karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Mereka yang menantikan Tuhan adalah mereka yang memiliki kepastian dan keyakinan bahwa janji-janji yang telah Dia sediakan tidak dapat dibantah oleh indra, emosi, alasan atau ketakutan.

Iman membutuhkan kesabaran; jarang ada solusi instan.

Seorang kakek membawa cucunya yang berusia 4 tahun untuk menjelajahi alam. Anak itu berlari ke depan dan sampai di depan sungai pegunungan yang deras. Kakek takut anak laki-laki itu akan jatuh, jadi dia berteriak, “Tunggu aku dan aku akan membawamu ke seberang.” Anak itu menurut. Ketika kakeknya sampai, dia mengangkatnya ke atas pundaknya dan menyeberangi sungai dengan selamat. Cucu itu berkata, “Jika aku tidak menunggumu, aku tidak akan pernah berhasil.”

  • Kita perlu menunggu Tuhan dan tidak melangkah dengan kekuatan sendiri.
  • Mereka yang percaya diri, menggunakan dan mengandalkan bakat, keterampilan, kapasitas dan kemampuan sendiri, akhirnya menemukan bahwa kekuatan mereka tidak mencukupi.
  • Pada waktunya mereka dibawa ke akhir dari diri mereka sendiri, sampai mereka akhirnya mengaku bahwa kekuatan yang sangat mereka butuhkan telah diambil dari sumber yang rusak yakni kehidupan mereka sendiri.

Tidak selalu kita bisa merasakan Tuhan, bukan berarti Dia tidak bersama kita. Selalu ingat janjiNya. Tidak perlu cari penglihatan, nubuatan atau doa dari hamba Tuhan, carilah janji Firman Tuhan yang sudah tertulis. Janji Tuhan tidak pernah gagal.

Berbahagialah ketika kita “dilemahkan” karena disitulah kekuatan Tuhan disempurnakan dalam kelemahan kita.

Salah satu cara Tuhan membiarkan kita masuk ke dalam penyerahan total kepada Dia adalah proses penantian, disitulah kita belajar apapun yang kita lakukan percuma. Dan ketika janjiNya termanisfestasi, dengan bangga kita berkata itu semua karena Tuhan.

Iman adalah terus konsisten tanpa tau kapan ujian-ujian kehidupan akan selesai. Dan kita perlu  berpegang pada janji Tuhan bukan penjelasan Tuhan.

Pada tingkat tertentu, kita semua ingin tau, ingin mengerti!!

Saya menerima banyak keluhan dan kadang tidak punya kapasitas untuk memberi jawaban. 

  • “Saya sangat tidak bahagia dengan pasangan saya, bantu saya memahaminya!”
  • “Saya tidak mengerti mengapa anak saya melakukan hal ini. Apakah yang saya lakukan salah?”
  • “Sepertinya saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan dan saya tidak mengerti kehendak Tuhan untuk hidup saya.”

Banyak lagi keluhan lainnya yang sayapun tidak mengerti karena saya bukan Tuhan. Hal terbaik yang bisa saya lakukan adalah membantu mereka dengan berdoa.

Iman adalah percaya akan rencana Tuhan. Dan dalam perjalanan hidup yang dibutuhkan adalah membiarkan Tuhan menuntun langkah kita tanpa minta penjelasan dariNya.

 

Bagaimana kita bisa memiliki iman yang seperti ini?

Bahkan di ayat” Ibrani 11, dikatakan bahwa semua pahlawan iman ini tidak menerima apa yang dijanjikan tetapi hanya melihatnya dari jauh. (Ibrani 11:13-16, 39-40).

Apa unsur kekuatan iman yang sesungguhnya?

  • Kekuatan iman bukan terletak kepada subyek iman tetapi obyek iman.
  • Kekuatan iman bukan tergantung kepada sebarapa banyak iman yang kita miliki tetapi kepada siapa kita beriman.

Katakanlah ini adalah pertama kalinya bagi Bob dan Sally naik pesawat dan mereka akan terbang ke Jepang. Mereka kemudian berdiskusi di ruang tunggu penumpang pesawat.

  • Sally dengan khawatir bertanya, “Bob, kamu tidak khawatir terbang naik pesawat? Apakah kamu yakin kita akan selamat sampai ke Jepang?”
  • Bob menjawab, “Aku sudah menonton video tentang bagaimana amannya perjalanan naik pesawat. Kita tidak perlu khawatir. Kita pasti akan sampai ke Jepang selama kita berada di pesawat yang benar. Apakah kamu membeli tiket yang benar?”
  • Sally menjawab, “Tentu saja. Aku tidak bodoh. Tetapi ini masih sangat menakutkan jika kamu memikirkannya. Maksudku, kita akan terbang ribuan meter di atas permukaan laut. Dan kita akan melakukannya selama 9 jam. Itu berarti kita harus melawan gravitasi selama 9 jam. Selain itu, akan ada lebih dari dua ratus orang di dalam sangkar logam ini. Aku tahu apa kata video tetapi cukup menakutkan jika kamu memikirkannya.”
  • Bob menjawab, “Jangan khawatir. Kita akan baik-baik saja.” Kemudian mereka berdua masuk ke dalam pesawat dan menuju ke Jepang.

Pertanyaannya, siapa yang tiba di Jepang dengan selamat? Keduanya! Mengapa?

Karena bukan kekuatan iman mereka yang membawa mereka ke Jepang. Pesawatlah yang membawa mereka ke Jepang.

 

Bukan kekuatan iman kita tetapi objek iman kita yang menyelamatkan.

Keamanan keselamatan kita di dalam Kristus tidak didasarkan pada seberapa kuat kita tetapi seberapa kuat Kristus.

 

Iman anda mungkin sebesar gunung himalaya atau sekecil semut tetapi Kristus tidak akan gagal menyelamatkan mereka yang menaruh iman mereka kepadanya. Inilah Injil.

Kita bisa terus bertahan dalam iman, meskipun belum melihat kegenapan janjiNya karena kita tahu kepada siapa kita menaruh iman kita. Kita menaruh iman kita kepada Yesus yang sudah mati untuk kita.

  • Dia sudah menyelesaikan pekerjaan keselamatannya untuk kita di kayu salib.
  • Dia berkata dari kayu salib, “Sudah selesai.” Dan dengan perkataan itu, Yesus membayar lunas semua hutang dosa dan juga semua kegenapan janji Allah untuk umatnya.
  • Sehingga hari ini kita bisa memiliki keyakinan untuk bertahan dalam iman, bukan karena kita sudah melihat apa yang kita inginkan tapi karena kita tahu Yesus sudah menyelesaikannya dii kayu salib.

Kekuatan iman kita bukan berada di kuantitas iman kita tetapi kualitas obyek iman kita.

Sewaktu kita bisa melihat apa yang Yesus sudah selesaikan untuk kita, itulah yang menguatkan iman kita untuk terus bertahan dan menang atas ujian-ujian kehidupan di dalam Perjalanan Hidup kita sebagai anak Tuhan.

 

 

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.