27 Aug Raja Yang Baik (The Good King)
“Pada waktu itu TUHAN akan melindungi penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat TUHAN, yang mengepalai mereka. Maka pada waktu itu Aku berikhtiar untuk memunahkan segala bangsa yang menyerang Yerusalem.” “Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.” Zakharia 12:8-10
Sebagai orang percaya kita haruslah melakukan sesuatu, sebab Tuhan sudah memancangkan kerajaan-Nya!
Yerusalem adalah rumah damai (house of peace), dan rumah Daud (house of David) adalah lambing suatu kerajaan. Sesuai dengan ayat yang di atas, Tuhan menyatakan bahwa Ia telah mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan (Spirit of grace and spirit of supplication).
Raja Daud adalah suatu raja yang baik yang menjadi gambaran akan Tuhan Yesus. Di dalam 2 Samuel 9:1-13 kita dapat membaca bagaimana Daud sebagai raja yang baik memulihkan status dan hidup Mefiboset, yaitu anak Yonatan, cucu dari Saul.
Firman Tuhan yang sudah kita baca di atas juga berkata bahwa orang yang lemah akan menjadi seperti Daud, raja yang baik, dan yang kuat akan seperti Allah.
Tahukah saudara bahwa Daud adalah seorang yang selalu menang (victorious), dan ini merupakan standard yang paling rendah. Sifat-sifat yang dimiliki seorang raja adalah: Baik (kindess = “hasid”) – 1 Korintus 13 berkata bahwa kasih itu baik. Setiap kita haruslah dikenal sebagai orang yang baik. Jika di dalam Alkitab ada yang disebut sebagai orang Samaria yang baik (the good Samaritan), marilah kita menjadi orang Indonesia yang baik di mana kita berada (the good Indonesian).
Sifat yang kedua adalah adil (“tzadik”). Bukan hanya baik, tetapi kita juga harus berlaku adil. Lalu yang berikut adalah memiliki keselamatan (“yasha”). Dan kita juga harus memiliki sifat yang lemah lembut (meek = “ani”). Glory of brokenness itu bukanlah suatu “oxymoron”, sebab kerajaan Allah adalah kerjaan yang terbalik (upside down kingdom). Di dalam Tuhan yang mau menjadi terbesar haruslah menjadi seorang pelayan, ini adalah suatu yang terbalik, upside down!
Kerajaan yang sudah Tuhan pancangkan adalah kerajaan yang harmonis (harmonious), berkemenangan (victorious) dan berkemuliaan (glorious).
Yang kita miliki itu bukanlah semata-mata kebaikan manusia, sebab kebaikan manusia itu terbatas dan beralasan, kebaikan kita adalah kebaikan Tuhan. Sebab Tuhan itu bukan memiliki kebaikan, tetapi Tuhan sendiri itu baik.
Seperti Mefiboset yang lumpuh, kita juga adalah orang yang lumpuh karena dosa. Mefiboset tinggal di rumah Makhir, yang artinya terjual, yaitu budak. Kita dipanggil Tuhan bukan untuk menjadi budak tetapi menjadi raja!
“bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.” Efesus 2:12
Kita adalah perwakilan dari kerajaan Kristus, dan kita harus di dalam kemuliaan-Nya.
Keadaan Mefiboset sebelum bertemu dengan raja Daud adalah “Lo Debar”, yaitu tidak ada padang rumput (no pasture). Begitulah juga keadaan kita sebelum kita sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, hidup kita adalah hidup yang hina dan tidak ada harapan.
Raja Daud mengembalikan hak-hak dan memulihkan Mefiboset. Dari yang tidak ada harapan dan masa depan Mefiboset diangkat menjadi putera raja. Dan begitu jugalah keadaan kita yang sudah diangkat oleh Tuhan Yesus, kita adalah putera Raja, imamat yang rajani! Kita adalah warga negara kerajaan surga!
Tadi sudah kita lihat bagaimana sifat seorang raja itu baik dan adil. Dan orang yang baik itu haruslah mengasihi musuhnya sekalipun. Kita adalah seperti domba yang diutus Tuhan ditengah-tengah serigala.
“Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang pecah.” Mazmur 31:13
Setiap kita harus melalui yang namanya “brokenness” supaya kita dapat mengasihi musuh kita. Ingatlah bahwa orang yang paling lemah akan menjadi seperti Daud, dan yang kuat akan menjadi seperti Allah!
No Comments