20 Nov Sampai Kristus menjadi nyata
Galatia 4:8-20
Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhamba diri kepada ilah-ilah yang pada hakikatnya bukan Allah. Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimana kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhamba diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku khawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia. Aku minta kepadamu, Saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari kamu. Kamu tahu bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu karena penyakit pada tubuhku. Sungguhpun demikian, keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, tidak kamu anggap sebagai sesuatu yang hina dan menjijikkan. Tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.
Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di mana kebahagianmu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu bahwa seandainya mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? Mereka dengan giat berusaha menarik kamu, tetapi bukan dengan maksud yang baik, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Memang baik kalau orang dengan giat berusaha dalam hal-hal yang baik setiap waktu, bukan hanya bila aku ada di antara kamu. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.
Bayangkan sekelompok tawanan perang yang di penjara bertahun-tahun dalam kondisi yang mengerikan. Mereka disiksa, dipaksa bekerja, dan hanya diberikan makanan secukupnya untuk bertahan hidup satu hari lagi. Kemudian perdamaian akhirnya dinegosiasikan di antara kedua negara, dan mereka dipulangkan ke tanah air mereka. Mereka mandi, diberikan perawatan medis, dan pakaian baru. Dan mereka dibawa ke sebuah restoran dan diberitahu bahwa mereka boleh memesan makanan apa saja dan sebanyak apa pun yang mereka inginkan. Mereka dengan cepat memesan nasi goreng Lestari, KFC, double bacon cheeseburger, supreme pizza, indomie, dan masih banyak lagi. Para mantan narapidana ini menikmati kebebasan mereka. Tetapi bagaimana jika setelah beberapa bulan, para mantan narapidana ini ingin kembali ke sel penjara? Bagaimana jika mereka mengatakan kepada atasan mereka bahwa mereka ingin kembali menjadi tahanan? Kita akan berkata, “Apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka tidak memiliki akal sehat? Itu tidak wajar.” Atau bahasa gaulnya, “Loe gila?” Inilah permasalahan Paulus terhadap jemaat di Galatia.
Saya akan rangkumkan dengan sangat cepat apa yang terjadi di Galatia. Paulus adalah sosok yang merintis gereja di Galatia, dan ia mengajarkan Injil kepada mereka. Paulus mengajarkan bahwa mereka tidak diselamatkan oleh apa yang mereka lakukan, tetapi oleh iman kepada Kristus saja. Kemudian datanglah guru-guru palsu yang berkata, “Pengajaran Paulus tidak lengkap. Kamu tidak akan pernah diselamatkan kecuali kamu menaati hukum Allah dan disunat.” Jadi, guru-guru palsu itu mengajarkan tiga langkah keselamatan. “Satu, percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dua, taatilah hukum Allah sebaik mungkin. Tiga, kamu akan diselamatkan.” Tetapi Paulus telah mengajarkan kepada mereka, “Satu, percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dua, anda diselamatkan pada saat anda percaya. Tiga, anda lanjut menaati hukum Allah.” Dengan kata lain, guru-guru palsu mengatakan bahwa keselamatan adalah hasil dari ketaatan, sedangkan Paulus mengatakan bahwa ketaatan adalah hasil dari keselamatan. Dan ini bukan hanya masalah urutan. Perbedaan urutan ini menghasilkan dua agama yang berbeda, dua filosofi yang berbeda, dua pandangan dunia yang berbeda, dan dua cara hidup yang berbeda. Yang satu mengarah kepada perbudakan, dan yang satu mengarah kepada kebebasan.
Dan jika kita berpikir bahwa hal ini hanya masalah bagi orang non-Kristen dan orang Kristen tidak terpengaruh olehnya, kita salah besar. Bahkan ketika kita telah percaya Injil, kita terus melihat kepada performa kita untuk penerimaan kita di hadapan Allah. Kita mencampuradukkan urutan antara pembenaran dan pengudusan. Inilah urutan yang benar: pembenaran (penerimaan kita sebagai orang benar di hadapan Allah) menuntun kita kepada pengudusan (pertumbuhan menjadi seperti Kristus). Karena kita telah dibenarkan oleh kasih karunia, karena kita telah diterima karena apa yang telah Yesus lakukan, kita dapat menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah. Pembenaran menuntun kepada pengudusan. Namun, kita sering kali mengubah urutannya. Inilah urutan yang kita jalani: pengudusan (pertumbuhan menjadi seperti Kristus) menuntun kepada pembenaran (penerimaan kita sebagai orang benar di hadapan Allah). Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengandalkan pengudusan kita untuk pembenaran kita. Dengan kata lain, kita berpikir bahwa Allah hanya akan menerima kita jika kita menyenangkan Dia dengan perbuatan kita. Inilah yang terasa alamiah. Tetapi Injil bertentangan dengan naluri alamiah kita. Injil mengatakan kepada kita bahwa pekerjaan keselamatan telah selesai. Yang dapat kita lakukan hanyalah menerima dengan cuma-cuma. Kita sudah diterima oleh Allah sebelum kita melakukan satu hal pun untuk Allah. Hal ini berlawanan dengan naluri kita.
Di dalam surat Galatia, Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa mereka telah dibebaskan dari perbudakan dan belenggu hukum Taurat. Masalahnya adalah jemaat di Galatia dipengaruhi oleh guru-guru palsu untuk kembali kepada perbudakan hukum Taurat. Dan Paulus bertanya, “Mengapa kamu ingin kembali ke bawah kutuk hukum Taurat ketika Kristus telah membebaskan kamu? Itu sama sekali tidak wajar.” Seorang pengkhotbah berkata bahwa apa yang mereka lakukan adalah seperti seekor anjing yang kembali menjilat muntahannya sendiri. Itulah rangkuman dari apa yang terjadi di Galatia. Dan dalam perikop kita hari ini, Paulus akan menunjukkan perbedaan antara pelayanannya dengan pelayanan guru-guru palsu.
Ada tiga hal yang ditunjukkan perikop ini kepada kita: perhatian Injil; pelayanan Injil; tujuan Injil.
Perhatian Injil
Galatia 4:8-11 – Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhamba diri kepada ilah-ilah yang pada hakikatnya bukan Allah. Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimana kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhamba diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku khawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Sebelum jemaat Galatia bertobat melalui pelayanan Paulus, banyak di antara mereka yang adalah penyembah berhala dan memiliki gaya hidup yang tidak bermoral. Mereka menyembah banyak ilah yang memperbudak mereka. Paulus menyebut mereka sebagai roh-roh dunia yang lemah dan miskin. Di dunia kuno, mereka percaya ada banyak dewa yang berbeda dan orang-orang akan mencoba untuk menyenangkan dewa yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, jika anda adalah seorang petani dan anda membutuhkan hujan, anda perlu menyenangkan dewa hujan. Jika anda akan melakukan perjalanan melalui laut, anda ingin menyenangkan Poseidon, dewa laut, agar anda tiba di tujuan dengan selamat. Jika anda ingin hamil, anda akan menyenangkan dewa kesuburan, dan seterusnya. Dan kemudian mereka mendengar Injil, dan mereka dibebaskan dari dewa-dewa tersebut. Tetapi sekarang Paulus berkata, “Mengapa kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin? Mengapa kamu ingin diperhamba lagi?” Perhatikan. Di permukaan, sepertinya Paulus memperingatkan mereka untuk tidak kembali kepada agama dan ilah-ilah mereka yang lama. “Jangan kembali menyembah Zeus, jangan kembali menyembah Poseidon, jangan kembali menyembah Athena, dan seterusnya.” Tetapi bukan itu yang Paulus katakan.
Ingat konteks surat Galatia. Masalah dengan jemaat Galatia bukanlah mereka kembali kepada agama mereka yang lama. Masalah mereka adalah masalah legalisme alkitabiah. Apa itu legalisme alkitabiah? Yaitu menggunakan ketaatan pada hukum Taurat sebagai cara untuk menjadi benar dan berkenan di hadapan Allah. Guru-guru palsu tidak mendorong mereka untuk mengabaikan hukum Allah dan kembali ke kehidupan mereka yang lama. Bukan itu yang terjadi. Mereka mengatakan kepada jemaat Galatia untuk menaati hukum Allah agar mereka dapat diterima oleh Allah. Dan jemaat Galatia menerima ajaran tersebut. Kemudian mereka juga merayakan hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun khusus orang Yahudi, yang dituliskan di Perjanjian Lama. Jadi, inilah yang Paulus katakan. Dan hal ini sangat mengejutkan. Mencoba mendapatkan keselamatan melalui ketaatan kepada hukum Taurat sama saja dengan perbudakan, sama seperti menyembah berhala dan semua tindakan amoral mereka. Paulus berkata bahwa menyembah ilah-ilah lain dan legalisme alkitabiah pada dasarnya adalah hal yang sama. Keduanya adalah perbudakan rohani. Pada dasarnya, orang Kristen agamawi sama tersesat dan diperbudak seperti orang yang menyembah ilah lain. Mengapa? Karena keduanya berusaha menjadi penyelamat diri mereka sendiri dengan cara yang berbeda. Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa satu-satunya alternatif selain Injil adalah penyembahan berhala.
Mari saya jelaskan. Ada sebuah prinsip dasar dunia yang masuk ke dalam gereja. Prinsip dasar dunia adalah kita harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diri kita. Keselamatan kita ada di tangan kita. Dan kita akan menyembah apa yang kita kira akan menyelamatkan kita. Kita akan menaruh harapan terbesar kita pada hal tersebut. Dan apa pun yang kita sembah, itu akan memperbudak kita. Contoh, jika kita menaruh harapan terbesar kita pada uang, kita akan dikendalikan dan diperbudak oleh uang. Jika ada sesuatu yang mengancam kemampuan kita untuk menghasilkan uang, kita akan merasa takut. Jika ada sesuatu yang menghalangi kita untuk menghasilkan lebih banyak uang, kita akan marah. Jika kita melakukan kesalahan dan kehilangan banyak uang, kita ingin bunuh diri. Jika kita berhasil menghasilkan lebih banyak uang, kita akan menjadi sombong dan menginginkan lebih banyak uang lagi. Kita tidak pernah merasa cukup. John Rockefeller, salah satu orang terkaya sepanjang masa, pernah ditanyai pertanyaan ini. “Berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membuat seseorang bahagia?” Dia menjawab, “Hanya satu dolar lagi.” Dapatkah anda melihatnya? Kita diperbudak oleh uang. Paulus mengatakan bahwa jika kita memperlakukan sesuatu yang bukan Allah dan menjadikannya allah, kita menjadi budak secara rohani.
Jadi, bagaimana ketaatan pada hukum Taurat dapat dianggap sebagai perbudakan pada ilah-ilah palsu? Coba pikirkan. Jika kita berpikir bahwa kita diselamatkan oleh ketaatan kita, kita akan mengubah ketaatan kita menjadi ilah palsu. Kita akan mengandalkan kehadiran kita di gereja, membaca Alkitab, pelayanan di gereja, untuk penerimaan kita di hadapan Allah. Dan ketika kita mengubah hal-hal yang baik itu menjadi ilah palsu, hal-hal itu akan memperbudak kita. Kita akan terus melihat kepada ketaatan kita untuk menyelamatkan kita, dan itu tidak akan pernah cukup. “Berapa banyak ketaatan yang dibutuhkan untuk keselamatan kita?” “Satu ketaatan lagi.” Dan yang terjadi adalah bukannya kita mempercayai Yesus dan mengikut Yesus, melainkan kita berusaha menyelamatkan diri kita sendiri melalui ketaatan kita pada hukum Taurat. Kita mencoba menjadi penyelamat kita sendiri dan kita diperbudak olehnya.
Contoh yang baik adalah perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang. Seorang ayah memiliki dua anak laki-laki: adik dan kakak. Jemaat Galatia yang dulu adalah seperti si adik. Ia hidup dalam dosa, mengejar kehidupan yang tidak bermoral, dan tidak beragama. Sang kakak adalah kebalikannya. Dia sangat bermoral dan sangat agamawi. Dia sangat dekat dengan ayahnya dan melakukan semua yang diperintahkan ayahnya. Dia sangat taat. Dan jemaat Galatia yang sekarang adalah seperti si kakak. Ketika sang adik kembali ke rumah setelah hidupnya hancur, apakah anda ingat apa yang dikatakan sang kakak kepada ayahnya? “Aku telah melayanimu selama bertahun-tahun. Aku tidak pernah melanggar perintahmu. Tetapi kamu tidak pernah memberiku seekor kambing untuk pesta bersama teman-temanku.” Tahukah anda apa itu? Perbudakan. Inti dari perumpamaan ini adalah kedua anak menginginkan harta sang ayah, tetapi tidak hati sang ayah. Tidak satu pun dari mereka mengasihi sang ayah. Hati keduanya jauh dari sang ayah. Itulah yang dilakukan penyembahan berhala. Penyembahan berhala membuat kita berkata, “Aku akan menjadi penyelamatku sendiri. Aku adalah penguasa hidupku. Aku tidak ingin menyerahkan kendali kepada Allah. Aku bisa melakukannya sendiri. Aku mampu.”
Dan inilah bahayanya. Apakah anda ingat apa yang terjadi di akhir perumpamaan ini? Adik yang tidak bermoral bertobat dan masuk ke dalam rumah ayahnya, sementara kakak yang bermoral dan agamawi diam di luar dalam kemarahan. Jangan lewatkan ini. Penyembahan berhala dan perbudakan orang agamawi lebih buruk daripada penyembahan berhala dan perbudakan orang yang tidak agamawi karena tidak terlalu kelihatan. Orang yang tidak agamawi tahu bahwa ia jauh dari Tuhan, tetapi orang yang agamawi tidak menyadari hal itu. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita dapat menjadi sangat bermoral dan agamawi. Kita dapat mengetahui semua doktrin Kekristenan yang benar. Kita bisa murni secara seksual dan murah hati. Dan kita sama diperbudak seperti mereka yang tidak peduli dengan Tuhan dan tidur dengan orang yang berbeda setiap malam. Karena kita menolak Injil kasih karunia dan berusaha mendapatkan keselamatan dengan perbuatan kita sendiri. John Piper mengatakannya dengan sangat keras. “Setan tidak peduli jika anda mencoba menaati Sepuluh Perintah Allah, asalkan anda menerima pujian karena menaatinya. Bahkan, dia akan membantu tekad moral anda jika anda melakukannya dengan cara itu. Setan tidak keberatan jika anda datang ke gereja, atau mengajar Sekolah Minggu, atau berkhotbah, atau melakukan tindakan keadilan sosial, atau melakukan doa di sekolah-sekolah – ia mendukung apa pun agenda moral anda, asalkan anda mengandalkan diri anda sendiri dan bukan Roh Kristus dan mengambil pujian untuk itu semua, dan tidak dengan rendah hati memberikan semua kemuliaan kepada Allah.” Perhatikan. Setan senang membuat kita menaati Allah untuk alasan yang salah. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan kita yang mencoba menaati Allah untuk menyelamatkan diri kita sendiri.
Jadi, izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan. Mengapa anda berada di gereja hari ini? Jika anda berada di gereja karena anda percaya bahwa kehadiran anda membuat anda diterima di hadapan Tuhan, maka anda sama diperbudak dengan orang yang berpesta dan mabuk-mabukan di hari Sabtu malam. Menurut Paulus, anda diperbudak oleh berhala, dan anda tidak menyembah Yesus. Anda berada di gereja, tetapi anda tidak hidup dalam kebebasan. Anda berada di gereja karena hari ini adalah hari Minggu. Itulah yang anda lakukan supaya Tuhan berkenan terhadap anda. Tetapi hati anda penuh dengan beban. Anda lelah dan letih. Anda tidak memiliki kasih yang tulus kepada Tuhan. Anda berada di gereja hanya untuk mendapatkan nilai baik di hadapan Tuhan. Dan bahayanya adalah, anda berpikir anda mengenal Tuhan. Anda berpikir anda mengenal Tuhan karena semua hal yang anda lakukan untuk Tuhan. Tetapi itu bukanlah Kekristenan. Itu adalah usaha anda menyelamatkan diri anda sendiri dengan perbuatan anda.
Tahukah anda apa itu Kekristenan? Galatia 4:9 – Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimana kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhamba diri lagi kepadanya? Ketika Paulus berkata bahwa anda sudah mengenal Allah, atau lebih tepatnya dikenal oleh Allah, ia tidak mengatakan bahwa anda tidak benar-benar mengenal Allah, tetapi tidak apa-apa karena Allah mengenal anda. Bukan itu. Yang Paulus katakan adalah, manakah yang lebih utama? Apa yang membuat anda menjadi seorang Kristen? Apakah anda mengenal Allah? Atau Allah mengenal anda? Dan Paulus mengatakan bahwa yang utama bukanlah anda mengenal Allah. Yang utama bukanlah anda merasakan kasih-Nya, anda mengalami anugerah-Nya, dan anda berdoa kepada-Nya siang dan malam. Itu baik, tetapi bukan itu yang membuat anda menjadi seorang Kristen. Yang membuat anda menjadi seorang Kristen adalah karena Allah mengenal anda. Yang membuat anda menjadi seorang Kristen adalah karena Allah mengasihi anda, Allah memilih anda, dan Allah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada anda. Dengarkan. Yang membuat anda menjadi seorang Kristen bukanlah karena anda mengenal Allah, melainkan karena Allah mengenal anda. Bobot yang terutama bukanlah kasih anda kepada Allah, tetapi kasih Allah kepada anda.
Dan ini adalah kabar baik. Mengapa? Karena pengenalan anda akan Allah akan naik dan turun tergantung pada situasi anda. Tetapi kabar baiknya adalah pengenalan Allah akan anda selalu tetap dan tidak pernah berubah. Inilah Injil. Dan jika anda menerima Injil, performa anda menjadi tidak penting. Yang penting adalah Allah mengenal anda. Dan anda sudah kudus dan diterima karena iman anda kepada Yesus. Anda tidak lagi harus membuktikan diri anda di hadapan Allah. Anda tidak lagi diperbudak oleh performa anda. Anda bebas di dalam Kristus. Dasar dari jaminan Kekristenan bukanlah seberapa besar hati anda tertuju kepada Allah, tetapi seberapa besar hati Allah tertuju kepada anda. Jadi, Paulus berkata kepada jemaat di Galatia dan kita, “Jangan perlakukan Kekristenan seperti agama lainnya. Kekristenan bukanlah tentang anda dan performa anda. Kekristenan adalah tentang Allah dan performa Yesus yang sempurna bagi anda. Jadi, jangan kembali kepada perbudakan agama ketika anda sudah memiliki kebebasan Injil.” Itulah argumen Paulus. Apakah anda mengikuti saya? Dan Paulus khawatir bahwa pelayanannya kepada jemaat Galatia sia-sia karena jemaat Galatia kembali kepada perbudakan hukum Taurat dan tidak lagi hidup dalam kebebasan Injil. Jadi, Paulus akan menghimbau mereka berdasarkan hubungan pribadi yang ia miliki dengan mereka.
Pelayanan Injil
Galatia 4:12-16 – Aku minta kepadamu, Saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari kamu. Kamu tahu bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu karena penyakit pada tubuhku. Sungguhpun demikian, keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, tidak kamu anggap sebagai sesuatu yang hina dan menjijikkan. Tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri. Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di mana kebahagianmu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu bahwa seandainya mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Dalam ayat-ayat ini, kita mendapatkan gambaran tentang hubungan Paulus dengan jemaat di Galatia. Pada awalnya, Paulus tidak berencana untuk pergi ke Galatia dan memberitakan Injil di sana. Namun, ia jatuh sakit, dan ia harus mampir di Galatia karenanya. Penyakit Pauluslah yang membawa dia ke Galatia. Namun, inilah yang luar biasa. Paulus mungkin tidak merencanakan untuk pergi ke Galatia, tetapi Tuhan telah merencanakan sejak kekekalan bahwa Paulus akan pergi ke Galatia dan memberitakan Injil di Galatia. Dan Tuhan menggunakan penyakit Paulus untuk membawanya ke Galatia. Hasilnya, ratusan hidup diselamatkan. Ini adalah contoh yang luar biasa bagaimana Tuhan menggunakan penderitaan yang menyakitkan untuk mendatangkan banyak kebaikan. Ini juga mengingatkan kita bahwa meskipun hidup sering tidak berjalan sesuai dengan rencana kita, segala sesuatu selalu ada dalam rencana Tuhan. Tuhan sengaja mengacaukan rencana Paulus dengan menggunakan penyakit, dan Tuhan membawa Paulus ke Galatia untuk mengubah kekekalan banyak orang. Biarlah ini menjadi dorongan. Jika Tuhan mengacaukan rencana anda dan membawa anda ke dalam rasa sakit dan keadaan yang tidak terduga, Tuhan tahu persis apa yang sedang Dia lakukan. Tuhan adalah ahli ekonomi yang handal. Dia tidak menyia-nyiakan apa pun. Dia adalah ahli dalam membawa kebaikan terbesar dari kemunduran terkecil.
Jadi, Paulus mendorong jemaat di Galatia untuk menjadi seperti Paulus. Ini bukan berarti Paulus narsis. Paulus tidak menyuruh jemaat di Galatia untuk meniru kepribadiannya atau gaya berpakaiannya. Dia mengatakan kepada jemaat Galatia untuk meniru kebebasannya dalam Injil. Paulus adalah orang yang sangat bebas. Tidak peduli apa yang terjadi padanya, dia tidak bisa disentuh. Dia berkata dalam Filipi 4:13 – Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Ini adalah salah satu ayat yang sering digunakan di luar konteks. Seorang atlet olahraga Kristen akan mengutip ayat ini untuk mengatakan bahwa Tuhan akan memberinya kekuatan untuk memenangkan kejuaraan. Kita menggunakan ayat ini sebagai dorongan untuk mengejar mimpi kita. Tetapi bukan itu yang Paulus katakan. Jika kita membaca dalam konteksnya, Paulus mengatakan, “Aku telah mengalami banyak kesulitan. Aku telah mengalami kemiskinan. Aku tahu apa artinya tidur di penjara bawah tanah yang dingin. Aku tahu bagaimana rasanya kekurangan. Aku telah melewati banyak tantangan. Tetapi aku juga tahu apa artinya kelimpahan. Dalam situasi apa pun, aku telah belajar untuk mencukupkan diri. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku.” Itulah yang Paulus katakan. Dan anda tidak dapat menyentuh orang seperti Paulus. Jika anda mengancam untuk membunuh dia, mati adalah keuntungan. Jika anda membiarkan dia, hidup adalah Kristus. Jika anda menyiksa dia agar dia berhenti memberitakan Injil, dia tidak menganggap penderitaan saat ini sebagai sesuatu yang layak dibandingkan dengan kemuliaan di masa depan. Jika anda memenjarakan dia, dia akan bernyanyi dan mempertobatkan semua penjaga. Paulus adalah orang yang bebas. Dan dia mengundang jemaat Galatia untuk hidup dalam kebebasan yang sama, dan bukan hidup dalam perbudakan hukum Taurat. Hukum Taurat tidak memberikan kebebasan; hanya Injil yang memberikan kebebasan.
Namun, Ia tidak berhenti sampai di situ. Ia berkata, “Jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu.” Paulus mendorong mereka untuk menjadi sama seperti Paulus karena Paulus juga telah menjadi sama seperti mereka. Yang Paulus maksudkan adalah ketika ia pertama kali datang ke Galatia, ia beradaptasi dengan mereka. Ia mengidentifikasikan dirinya dengan mereka. Paulus berkata di kitab Korintus, “Kepada orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, kepada orang Yunani aku menjadi seperti orang Yunani.” Bukan berarti Paulus mengorbankan Injil demi diterima orang sekitarnya. Kitab Galatia menunjukkan kepada kita betapa lurusnya Paulus dalam hal Injil. Paulus akan berjuang sampai mati demi Injil. Bahkan jika ada malaikat yang memberitakan Injil yang berbeda, Paulus tidak akan takut untuk memukul malaikat itu dan menendangnya keluar dari gereja. Dia benar-benar tidak bisa kompromi dalam hal Injil. Tetapi kepada jemaat Galatia, ia menjadi seperti mereka. Yang berarti Paulus fleksibel secara budaya. Dia tidak terikat oleh keyahudiannya. Ia hidup bersama mereka, makan bersama mereka, bergaul bersama mereka. Dia menyesuaikan pelayanannya dengan masalah mereka, kebutuhan mereka, dan kesulitan mereka. Dan ini adalah kebalikan dari guru-guru palsu. Guru-guru palsu ingin orang-orang bukan Yahudi menjadi seperti mereka, menjadi orang Yahudi. Salah satu tanda dari pola pikir legalistik adalah tidak fleksibel, dan terobsesi untuk membuat orang lain menjadi seperti mereka. Tetapi dengarkan. Tanda-tanda orang yang telah ditransformasikan oleh Injil adalah mereka benar-benar tidak bisa kompromi dalam hal Injil, dan mereka sangat fleksibel dalam hal yang lainnya.
Jadi, ketika Paulus pertama kali datang ke Galatia dengan penyakitnya, jemaat di sana mengasihinya. Apapun penyakit Paulus, hal itu membuat orang tidak nyaman untuk berada di dekatnya. Tetapi mereka menyambut Paulus seolah-olah dia adalah malaikat Allah. Mereka menyambut Paulus seolah-olah dia adalah Yesus. Mereka sangat mengasihi Paulus sehingga mereka rela memberikan apa saja kepadanya. Mereka bahkan rela mencungkil mata mereka dan memberikannya kepada Paulus. Hanya sekedar ingin tahu, berapa banyak dari anda yang rela mencungkil mata anda untuk saya? Jangan angkat tangan. Kasih yang dimiliki jemaat Galatia kepada Paulus begitu nyata dan kuat. Tetapi sekarang ada perubahan besar. Sukacita dan kasih yang mereka miliki untuk Paulus telah hilang. Sekarang mereka melihat Paulus sebagai musuh karena Paulus menegur mereka karena mereka telah meninggalkan Injil. Dan ini titik refleksi bagi kita semua. Apakah kita ingin setia, atau kita ingin menjadi populer? Jika kita ingin setia kepada Injil lebih dari menyenangkan orang, akan ada orang-orang yang memandang kita seperti kita adalah musuh mereka. Akan ada rekan kerja kita yang mencemooh kita. Akan ada teman sekolah kita yang mentertawakan kita. Akan ada anggota keluarga kita yang membodohi kita. Dan saya berdoa agar kita dapat berlaku seperti Paulus: tidak kompromi dalam hal Injil dan fleksibel dalam hal lainnya.
Tujuan Injil
Galatia 4:17-19 – Mereka dengan giat berusaha menarik kamu, tetapi bukan dengan maksud yang baik, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Memang baik kalau orang dengan giat berusaha dalam hal-hal yang baik setiap waktu, bukan hanya bila aku ada di antara kamu. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
Di sini Paulus menguraikan tujuan para guru palsu. Tujuan mereka adalah untuk menarik jemaat Galatia sehingga jemaat Galatia mengikuti mereka dengan giat. Dengan kata lain, guru-guru palsu tidak tertarik dengan pertumbuhan rohani jemaat Galatia. Tujuan mereka adalah agar jemaat Galatia menyukai mereka. Ini adalah bentuk lain dari keselamatan oleh perbuatan. Sama seperti guru-guru palsu mengajarkan jemaat Galatia untuk mendapatkan keselamatan melalui perbuatan, demikian juga mereka mendapatkan keselamatan melalui perbuatan; yaitu keselamatan melalui pelayanan. Semakin banyak orang menyukai pelayanan mereka, semakin mereka merasa bahwa mereka mendapatkan keselamatan. Jadi, mereka tidak melayani jemaat Galatia karena mereka mengasihi jemaat, tetapi karena mereka membutuhkan jemaat. Mereka membutuhkan jemaat Galatia untuk menaati dan mengagumi mereka. Semakin jemaat Galatia menaati dan mengagumi mereka, semakin mereka yakin bahwa mereka adalah orang Kristen yang baik dan diterima oleh Allah. Itulah sebabnya mereka hanya mengatakan hal-hal yang ingin didengar oleh jemaat Galatia. Mengapa? Supaya jemaat Galatia menyukai mereka. Jadi, jika kita datang ke gereja dan kita hanya ingin mendengar pesan-pesan yang menyenangkan kita, kita sama seperti jemaat Galatia.
Mari kita jujur. Banyak dari anda mungkin sering bertanya, “Kenapa sih si Yosi ngomong Injil Injil terus. Aku ga butuh Injil. Aku butuh jawaban untuk masalahku. Aku sudah tahu apa itu Injil. Matius, Markus, Lukas, Yohanes, kan?” Sangat dekat namun sangat salah. Memang benar Matius, Markus, Lukas, Yohanes itu adalah bagian dari Injil. Tetapi kita menemukan Injil bukan hanya di Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, tetapi dari Kejadian sampai Wahyu. Seluruh Alkitab berfokus kepada cerita Injil. Apa itu Injil? Injil berbicara tentang Tuhan yang datang dalam pribadi Yesus Kristus untuk menyelamatkan anda dari dosa. Dan Yesus melakukannya bukan karena anda layak tetapi karena dia memilih untuk mengasihi anda. Anda diselamatkan bukan karena perbuatan baik tetapi karena kasih karunia semata-mata. Dan sewaktu Yesus menyelamatkan anda, dia tidak menyelamatkan setengah anda. Dia menyelamatkan anda sepenuhnya. Dan dia tidak akan gagal. Inilah Injil. Dan inilah yang anda butuhkan lebih dari segalanya.
Saya tahu ada banyak dari anda yang datang ke gereja hari ini dengan masalah-masalah yang sulit. Ada dari saudara yang mengalami kesulitan dalam pernikahan. Ada yang mengalami situasi keuangan yang membuat anda merasa tercekik. Ada yang memiliki orang-orang yang dikasihi yang sedang sakit keras. Ada yang memiliki anak-anak yang menjauh dari Tuhan. Anda datang ke tempat ini dengan membawa banyak masalah. Dan tahukah anda apa yang ingin anda dengar? Anda ingin saya mengatakan, “Jika anda melakukan A, B, C, dan D, maka masalah anda akan hilang. Jika anda memasukkan $100 dan bukan $10 ke dalam kotak persembahan, maka Tuhan akan menangani masalah anda. Jika anda berkomitmen untuk pelayanan dan bergabung dalam KM, maka Tuhan akan menyelesaikan semua masalah anda.” Dan kemudian anda pulang dengan bahagia, dan saya juga pulang dengan bahagia karena saya bahagia telah membuat anda bahagia, dan anda bahagia membuat anda semakin menyukai saya. Jadi, ada simbiosis yang tidak sehat, siklus disfungsional di mana anda dan saya saling membutuhkan satu sama lain, namun tidak untuk tujuan yang baik. Hal ini hanya akan membuat anda bergantung kepada saya dan saya bergantung kepada anda. Dan itu sangat berbahaya. Namun begitulah cara membangun sebuah kerumunan. Bagi saya untuk memberikan janji-janji kosong yang menyenangkan anda, sehingga anda menyukai saya dan bergantung kepada saya, dan kembali setiap Minggu untuk mendengarkan saya. Tetapi pada akhirnya, itu tidak berguna sama sekali. Itu hanya akan menghancurkan anda dan saya. Itulah yang terjadi antara guru-guru palsu dan jemaat di Galatia.
Namun, tujuan Paulus sangat berbeda. Paulus tidak tertarik untuk memiliki klub penggemar. Tujuan Paulus adalah untuk melihat rupa Kristus menjadi nyata di dalam jemaat Galatia. Paulus tidak berusaha untuk mendapatkan penggemar tetapi untuk membuat orang-orang mengikuti Kristus seperti dia mengikuti Kristus. Ia tidak ingin orang-orang menjadi bergantung kepadanya; ia ingin orang-orang bergantung kepada Allah. John Calvin mengatakannya dengan sangat baik. “Jika para pendeta ingin melakukan sesuatu yang baik, hendaklah mereka bekerja keras untuk membentuk Kristus, bukan membentuk diri mereka sendiri, di dalam diri para pendengar mereka.” Ini harus menjadi tujuan setiap pendeta yang berkhotbah di mimbar. Fokus dari pelayanan Injil bukanlah pada pengajarnya, melainkan pada Kristus. Dan inilah doa saya bagi jemaat ROCK Sydney, agar rupa Kristus menjadi nyata di dalam kita. Bukan hanya Kristus berdiam di dalam kita, tetapi Kristus nyata di dalam kita. Perhatikan. Tujuan dari pelayanan Injil bukanlah pertumbuhan jumlah jemaat, melainkan keserupaan dengan Kristus. Itulah yang ingin saya lihat. Alasan di balik segala sesuatu yang kita lakukan sebagai gereja adalah agar kita bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus. Bukan berarti kita tidak peduli dengan pertumbuhan jumlah jemaat. Pertumbuhan secara jumlah itu baik. Tetapi pertumbuhan jumlah tanpa keserupaan dengan Kristus adalah sia-sia. Dapatkah anda melihat perbedaan antara tujuan Paulus dan guru-guru palsu? Guru-guru palsu tidak memikirkan kemuliaan Allah atau kebaikan jemaat Galatia. Mereka hanya mementingkan kepentingan diri mereka sendiri. Guru-guru palsu ingin penggemar yang memuliakan mereka; Paulus menginginkan murid yang memuliakan Kristus.
Dan Paulus mengatakan bahwa ia menderita sakit bersalin sampai rupa Kristus nyata di dalam mereka. Ketika pertama kali membacanya, saya berpikir, “Ini adalah bahasa yang unik untuk seorang pria.” Paulus menggunakan penderitaan saat melahirkan untuk menggambarkan rasa sakitnya. Seperti seorang ibu yang rindu untuk melahirkan anaknya, Paulus rindu untuk melihat jemaat di Galatia diubahkan bagi kemuliaan Kristus. Tahukah anda apa artinya? Artinya, ketika anda menjadi seorang pendeta, anda seperti menjadi seorang ibu. Para ibu, bukankah benar bahwa sebesar-besarnya kasih anda kepada anak di dalam rahim anda, anda tidak sabar menunggu anak itu keluar dari rahim anda? Sebesar apapun kasih anda kepada anak dalam kandungan anda, anda tidak ingin anak anda tinggal di sana. Anda rela melalui rasa sakit bersalin untuk melihat anak anda keluar dari rahim anda. Itulah gambaran seorang pendeta. Sebagai seorang pendeta, anda menantikan dengan penuh semangat untuk melihat rupa Kristus nyata dalam kehidupan jemaat. Dan sampai hal itu terjadi, anda sedang dalam masa sakit bersalin. Dan inilah dorongan saya untuk anda. Miliki pendeta-pendeta yang memiliki tujuan Injil dalam hidup anda. Anda membutuhkan mereka. Anda tidak membutuhkan pendeta yang suka menyenangkan telinga anda. Anda membutuhkan pendeta yang memberitakan kebenaran Injil ke dalam hidup anda, tidak peduli apakah anda suka mendengarnya atau tidak. Anda menginginkan pendeta yang menderita rasa sakit bersalin sampai mereka melihat rupa Kristus nyata di dalam anda. Entah itu di gereja ini atau gereja lain, anda harus memiliki pendeta yang mengasihi Yesus dan Injil lebih dari menginginkan like anda di Instagram. Mengapa? Karena anda juga harus menjadi tipe orang yang menderita rasa sakit bersalin sampai anda melihat rupa Kristus nyata dalam kehidupan orang-orang di sekitar anda. Ayat ini tidak hanya berlaku untuk para pendeta tetapi juga untuk semua orang yang telah dipercayakan dengan Injil, yaitu setiap umat Kristus. Miliki pendeta-pendeta seperti ini dan jadilah pribadi yang seperti ini.
Ayat terakhir, Galatia 4:20 – Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu. Paulus ingin sekali mengubah nada bicaranya dan menjadi lebih baik dan ramah. Tetapi ia tidak bisa melakukannya karena ia telah habis akal dengan jemaat di Galatia. Paulus lebih memilih untuk mengatakan kebenaran Injil kepada mereka dan menyakiti mereka daripada menerima pujian dari mereka. Karena Paulus mengerti bahwa hanya Injil yang dapat menghasilkan keserupaan dengan Kristus di dalam mereka. Pada saat mereka menjauh dari Injil, Kekristenan tidak lagi memiliki kuasa. Kekristenan tanpa Injil adalah agama yang mati; ini adalah perbudakan dan bukannya kebebasan. Dan karena Paulus mengasihi jemaat di Galatia, ia memilih untuk menyampaikan kebenaran meskipun hal itu membuatnya menjadi musuh mereka. Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Injil membebaskan kita dari mencari pengakuan orang lain sehingga kita dapat menghadapi orang lain demi kebaikan mereka. Bagaimana? Injil mengatakan bahwa kita semua adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia. Itu berarti kita tidak memiliki alasan untuk berpikir bahwa kita lebih baik daripada mereka yang kita hadapi. Kebenaran Injil merendahkan kita. Tetapi pada saat yang sama, kita menjadi berani. Kita sudah memiliki pengakuan yang sempurna dari Allah semesta alam, dan kita tidak perlu lagi mencari pengakuan dari orang lain. Kita bebas untuk menghadapi orang-orang dengan kebenaran. Kita rendah hati, tetapi kita berani. Dan hasilnya adalah kita dapat berkata kepada orang lain, “Jadilah seperti aku, sebab aku pun telah menjadi seperti kamu.” Jadi, perhatikan. Kita tidak menghadapi orang lain untuk membuktikan kita benar; kita menghadapi orang lain dengan kerendahan hati agar Kristus nyata di dalam diri mereka. Itulah panggilan kita sebagai umat Kristus.
Tetapi bagaimana kita dapat melakukannya dengan baik? Hanya ada satu cara. Kita harus melihat bagaimana Yesus melakukannya untuk kita. Tahukah anda apa yang Yesus lakukan untuk kita? Yesus menjadi sama seperti kita agar kita dapat menjadi sama seperti dia. Yesus Kristus, Allah yang agung, pencipta alam semesta, merendahkan dirinya dan menjadi salah satu dari kita. Yang tidak terbatas menjadi terbatas. Yang abadi menjadi fana. Seorang raja menjadi seorang hamba. Dan dia mengalami apa yang kita alami. Dia lapar, dia sakit, dan dia ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya. Dia dicobai seperti kita dicobai, namun dia tidak berbuat dosa. Dia berhasil di mana kita gagal. Dia mengatakan kebenaran dalam kasih, tetapi dia diperlakukan seperti musuh. Dia datang untuk menyelamatkan umatnya, tetapi umatnya menolak dia dan menyalibkannya. Mengapa Yesus melakukan semua itu? Supaya Kristus nyata di dalam kita. Yesus menjadi kita dan menanggung hukuman dosa-dosa kita di atas kayu salib, sehingga ketika kita menaruh iman kita kepadanya, kita dapat menjadi sama seperti dia. Dan sama seperti Paulus menderita rasa sakit bersalin sampai rupa Kristus nyata di dalam jemaat Galatia, Yesus telah mengikatkan hatinya dengan kita. Dia hidup untuk sukacita kita. Dia hidup untuk kebahagiaan kita. Dia hidup untuk kemuliaan kita. Dan dia tidak akan berhenti sampai rupa Kristus nyata di dalam kita. Inilah Injil. Dan ketika kita mengetahui apa yang telah Yesus lakukan untuk kita, kita dapat melakukan hal yang sama untuk orang lain. Kita tidak akan takut disakiti oleh orang lain demi rupa Kristus nyata di dalam mereka, karena begitulah rupa Kristus nyata di dalam kita. Gereja Tuhan, anda membutuhkan pendeta-pendeta seperti ini. Dan anda perlu menjadi orang Kristen yang seperti ini. Tetapi di atas segalanya, anda sudah memiliki Tuhan yang seperti ini, namanya adalah Yesus Kristus. Bersukacitalah dalam kebenaran ini. Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What struck you the most from the sermon?
- Why is trying to earn salvation by works as much enslavement as worshipping idols?
- In your own words, what does it mean to be a Christian?
- What does it look like to be unyielding about the gospel and flexible about everything else in your daily life?
- What is the gospel goal and why we must never leave the gospel behind?
Sorry, the comment form is closed at this time.