Spiritual Check-up

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat

  • untuk mengajar,
  • untuk menyatakan kesalahan,
  • untuk memperbaiki kelakuan dan
  • untuk mendidik orang dalam kebenaran

2 Timotius 3:16.

 

“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini tetapi renungkanlah itu siang dan malam supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”

Yosua 1:8.

 

SPIRITUAL CHECK-UP

 

“Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;

lihatlah, apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal”

Mazmur 139:23-24.

 

Sudahkah anda melakukan spritual check-up?

 

Biasanya untuk kesehatan fisik, kita mengunjungi dokter kemudian test lab darah, urine dan jantung, untuk pemeriksaan kesehatan (medical check-up) secara rutin. Yang menarik, ternyata banyak orang malas melakukan medical check-up. Ketika ditanya, jawabannya adalah “saya merasa sehat karena saya rajin olahraga” atau “saya tidak ingin tahu jika di dalam diri saya ada indikasi penyakit.”

 

Demikian juga mobil, secara berkala ada pemeriksaan rutin setiap 10,000 km mesinnya akan di tune-up, olie mesin diganti dan seterusnya.

 

Bagaimana anda tahu anda sehat, kalau tidak dilakukan check-up?

 

Ada cerita yang menarik tentang seorang anak remaja yang menelpon seorang ibu tetangganya yang ia kenal.

Ia berkata, “Ibu, apakah Ibu membutuhkan seorang pekerja, untuk membersihkan halaman dan kebun di rumah Ibu, saya biasa bekerja merawat kebun”.

Ibu ini menjawab, “tidak nak, saya sudah mempekerjakan seorang anak yang rajin dan bekerja sangat baik sehingga kebun di rumahku bersih dan indah.”

Tetapi anak ini tetap bertanya lagi, “apakah ia seorang yang bekerja tepat waktu dan gaji yang diminta sesuai dengan harapan ibu?”

Lalu Ibu ini menjawab, “sampai saat ini saya sangat puas dengan tukang kebun saya. Seandainya kamu butuh pekerjaan, saya bisa memberi pekerjaan di toko saya”.

Lalu anak ini menjawab, “terimakasih bu, saya hanya ingin pekerjaan sampingan sebagai tukang kebun.”

Sebenarnya anak inilah yang bekerja sampingan membersihkan kebun di rumah Ibu tsb. Ia hanya menelpon untuk men-cek (memeriksa), apakah hasil pekerjaannya memuaskan atau tidak. Ia ingin memperbaiki jika pekerjaannya kurang baik.

Bagaimana dengan kehidupan rohani (spritual) anda?

  • Apakah anda mempunyai kehidupan rohani yang sehat?
  • Bagaimanakah anda tahu bahwa kehidupan rohani anda sudah sehat?
  • Apakah anda pernah jujur ingin mengetahui keadaan rohani anda?
  • Ataukah anda sudah puas dan merasa hidup rohani anda oke-oke saja?

 

Menurut pendapat saya,

  • kehidupan rohani/spritual berbanding lurus dengan kedewasaan karakter, bukan banyaknya atau lamanya aktivitas pelayanan.
  • Banyak aktivitas pelayanan bukan ukuran dewasa secara rohani.
  • Karakter yang baik terlihat saat kita ada dalam “tekanan persoalan” atau dalam keadaan “sangat nyaman”.

 

Daud adalah tipe orang yang lemah secara spritual, saat dalam keadaan nyaman.

Ia jatuh saat lagi santai, saat tidak banyak masalah.

Daud justru kuat saat didalam tekanan.

 

Spiritual Heart Attack

Spiritual heart attack sama pentingnya dengan spiritual check-up. Mengapa?

 

Baru saja kita membaca berita tentang seorang yang terkenal, secara kasat mata bisa dikatakan “sehat rohani”; buktinya dinyatakan melalui aktivitas pelayanannya di gereja, seorang yang baik hati dan suka menolong, penulis buku rohani dan laris terjual, juga seorang gembala di gereja yang cukup terkenal; namun kemudian didapati bercerai dan bahkan mengumumkan dia tidak lagi menjadi Kristen.

 

Kalau seorang mempunyai reputasi baik di dalam pelayanan kemudian secara tiba-tiba didapati bermasalah dan tidak lagi percaya kepada anugerah Kristus, itu pasti tidak terjadi secara tiba-tiba.

Pasti diawali dengan “penyumbatan kecil” yang tidak disadari, yang berakibat terus bertumpuk dan suatu saat membuntu pembuluh darah rohani, lalu terjadilah “spiritual heart atack” (serangan jantung rohani).

 

Itu sebabnya sangat diperlukan uji kesehatan rohani (spiritual check up) untuk mendeteksi “penyumbatan rohani” sekecil apapun.

 

Indikator Sehat Rohani (Spiritual Health Indicators):

kita harus berani berkata “selidiki hatiku, ujilah aku, kenalilah cara berpikirku, bersihkan hatiku, arahkan jalan jalanku.”

Kita harus bersedia dideteksi sehingga kalau didapati indikasi buruk (sakit) secara rohani, maka segera harus diobati, diadakan treatment, sebelum terlambat.

 

  • Spiritualitas adalah hubungan dengan Tuhan, bukan pengetahuan tentang Tuhan.
  • Spiritualitas digerakkan oleh kasih Tuhan yang kita rasakan, ada di dalam diri kita. Agama/religious digerakkan oleh hukum yang ada di luar kita.
  • Spiritualitas adalah merasakan kedamaian Sorga di dalam diri kita, namun agama mengejar target kedamaian Sorga.

Pelayanan dan aktivitas di gereja bukan tanda seorang rohani/ spiritual.

Indikator sehat rohani tidak diukur oleh banyaknya kegiatan yang bersifat agamawi.

Indikator sehat rohani bersifat nilai spiritual yaitu:

  • Mengasihi Tuhan segenap hati – Markus 12:33-34.
  • Tidak mencintai dunia – 1 Yohanes 2:15-16.
  • Tinggal di dalam Dia/ FirmanNya – Yohanes 15:5-7.
  • Karakter baik/ buah Roh – Galatia 5:22-23.

 

Mengasihi Tuhan Dengan Segenap Hati

“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.

Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus”

Markus 12:33-34.

 

“Kesehatan spiritual/ rohani berbanding lurus dengan besarnya kasih seseorang kepada Tuhan” CS Lewis.

 

  • Kesadaran dikasihi Tuhan dan kemudian membalas kasih-Nya, itu lebih penting daripada ritual agama (melakukan korban bakaran sebagai ritual).
  • Banyak orang mencari “perkenanan Tuhan” dengan pelayanan dan kegiatan ritual.
  • Sebenarnya pelayanan adalah akibat, bukan untuk mencari perkenanan Tuhan.
  • Inti spiritualitas adalah hubungan kasih (keintiman) manusia dengan Tuhan.

 

Pemuda kaya yang berlari menemui Yesus melakukan semua hukum Tuhan, ia seorang yang taat beragama tetapi hatinya kosong secara spiritual.

Di mana hatinya berada, di situ pula hartanya berada.

Yesus menyarankan, “Jual seluruh hartamu dan ikutlah Aku” – Matius 19:16-26.

 

  • Ketika seseorang sadar bahwa Tuhan berdaulat dan mengasihinya, maka ia akan menjadi seorang yang berpusat dan tergantung kepada Tuhan.
  • Bila kesadaran ini terus dikembangkan, maka kedamaian bertambah dan kekuatiran menyusut karena hidupnya bukan bergantung dari hal yang kelihatan tetapi dari berkat Tuhan yang tidak kelihatan.

 

Marilah kita periksa:

  • Apakah anda mengasihi Tuhan?
  • Apakah hati anda penuh ketakutan atau kedamaian?

 

Tidak Mencintai Dunia

“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Sebab semua yang ada di dalam dunia yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia”

1 Yohanes 2:15-16.

 

Manusia adalah makhluk spiritual, namun bertubuh jasmani sehingga manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat jasmani (sandang, pangan, papan).

Ketika harta dan keinginan jasmani lebih menguasai hidup manusia, maka yang terjadi adalah ada “dua tuan” yang sedang berjuang menguasai manusia.

 

Indikator bahwa “kasih Allah” atau spiritualitas mulai meredup adalah ketika kita tidak bisa berkata “cukup” terhadap keinginan jasmani tersebut.

 

Tinggal Di Dalam DIA (FirmanNya)

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya”

Yohanes 15:5-7.

 

Indikator bahwa kita tidak lagi tinggal di dalam Dia adalah ketika kita melakukan kebenaran Firman dengan terpaksa, lebih dari itu kita merasakan “kekeringan” di hati kita.

 

Segala sesuatu seperti gagal, padahal kita berkata “aku melakukan untuk Tuhan”. Periksa hati kita, apakah sesungguhnya kita lakukan untuk Tuhan atau untuk kepentingan diri kita sendiri.

 

Bila kita “di dalam Dia” seharusnya ada perasaan damai yang bersumber dari Tuhan dan secara otomatis kita bisa melihat “Tuhan turut bekerja” untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya dan apa yang kita harapkan akan terjadi.

 

Karakter Yang Baik/ Buah Roh

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”

Galatia 5:22-23.

 

Spiritualitas bisa dirasakan, ada “jendela” untuk bisa melihat kualitas hati/ spiritualitas seseorang yaitu dari karakter seseorang.

 

Ilmu psikologi membagi beberapa temperamen dasar seseorang (kolerik; sanguin; melankolik; plegmatis); namun ini tidak ada kaitannya dengan buah Roh.

Buah Roh berkaitan dengan kualitas hati.

 

  • Rasul Paulus mungkin seorang kolerik tulen,
  • Rasul Yohanes mungkin seorang melankolik

kita bisa melihat buah Roh yang sama di dalam hidup mereka, melalui pengalaman hidupnya/ tulisannya.

 

Karakter yang baik bisa dikatakan sebagai buah Roh, akan terlihat kemurniannya saat testing kesulitan atau kenyamanan terjadi.

Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16) pernah berkata, “Setiap orang dapat bertahan saat kesulitan, namun untuk menguji karakter seseorang berilah dia kekuasaan.”

Artinya di dalam kesulitan walaupun seorang tidak spiritual (tidak mengenal Tuhan), ia bisa saja survive; namun untuk melihat seorang itu berkarater baik (buah Roh), beri dia kekuasaan, maka akan terlihat keangkuhan, otoriternya dan semua keburukannya.

 

“Jika seorang kehilangan kekayaan, ia tidak kehilangan apa-apa; jika ia kehilangan kesehatan, ia kehilangan sesuatu; tetapi jika ia kehilangan karakter/ buah Roh/ Iman, ia kehilangan semuanya” Billy Graham.

 

“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” 2 Korintus 13:5.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.