29 Jan Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan yang biasa
1 Samuel 16:1-13
16:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” 16:2 Tetapi Samuel berkata: “Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Firman TUHAN: “Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. 16:3 Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.”
16:4 Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” 16:5 Jawabnya: “Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu. 16:6 Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
16:8 Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” 16:9 Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” 16:10 Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: “Semuanya ini tidak dipilih TUHAN.” 16:11 Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” 16:12 Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” 16:13 Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Saya yakin banyak dari anda pasti sudah membuat daftar resolusi tahun baru. Bahkan mungkin ada beberapa dari anda yang sudah gagal dalam resolusi tahun baru anda. Untuk khotbah pertama saya tahun ini saya ingin berbicara tentang “Bagaimana kita bisa menjalani tahun yang baik.” Di dalam setiap kita, ada kerinduan yang dalam yang menginginkan hidup yang lebih baik. Kita ingin kehidupan kita di tahun 2023 lebih baik daripada tahun 2022. Dan tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Keinginan untuk menjadi lebih baik dan melakukan lebih baik dapat menjadi sarana untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan Tuhan. Tetapi inilah kekhawatiran saya. Seringkali dalam usaha kita untuk menjadikan hidup kita lebih baik, kita menjadi tidak puas dengan kehidupan yang biasa. Bukankah itu benar? Kita tidak suka dengan hal-hal yang biasa. Kalau saudara memperhatikan, gereja kita menamai ibadah remaja kita, ET, Extraordinary Teenager, remaja yang luar biasa. Kita tidak menamainya OT, Ordinary Teenager, remaja yang biasa, karena tidak ada yang mau menjadi biasa.
Saya berikan contoh. Sepanjang hidup saya, saya terus berusaha menunjukkan bahwa saya bukan orang biasa, bahwa saya berbeda dari orang lain. Di masa SMA, saya mencoba menjadi orang yang lebih atletis daripada yang lain. Tetapi tidak butuh waktu yang lama bagi saya untuk menyadari bahwa saya bukanlah orang itu. Jadi kemudian saya beralih ke akademik. Sepanjang sekolah Alkitab, saya mendapatkan nilai-nilai yang bagus dan saya merasa istimewa karenanya. Dan sekarang sebagai seorang pendeta, saya mencoba untuk menunjukkan bahwa saya bukan pendeta yang biasa melalui seberapa baik saya bisa berkhotbah. Apakah anda bisa melihat pola yang terbentuk? Kita tidak puas menjadi orang-orang yang biasa saja. Tetapi bagaimana jika saya memberi tahu anda bahwa Tuhan menyukai hal-hal yang biasa? Bagaimana jika saya memberi tahu anda bahwa Tuhan tidak mencari orang-orang yang luar biasa? Karena inilah yang harus kita mengerti. Melalui hal-hal yang biasa tentang kitalah Tuhan menyatakan diri-Nya luar biasa. Dan ini sangat berlawanan dengan intuisi kita. Ketika kita berbicara tentang bagaimana menjalani tahun yang baik, kita langsung memikirkan hal-hal yang luar biasa yang harus kita lakukan. Tetapi cara Tuhan bekerja sangat berbeda dari kita. Tuhan melakukan pekerjaan terbaik-Nya melalui hal-hal yang biasa. Jadi, jika kita ingin menjalani tahun yang baik, kita perlu belajar merangkul dan merayakan hal-hal yang biasa tentang kita.
Jika anda sudah lama bergereja, cerita ini tentu sangat familiar bagi anda. Saya akan memberikan anda konteksnya terlebih dahulu. Kitab 1 Samuel adalah tentang pencarian raja yang sejati. Bangsa Israel merindukan keadilan. Mereka merindukan kesejahteraan. Dan mereka menginginkan seorang raja untuk memimpin mereka ke dalam kehidupan yang lebih baik. Dan mereka berpikir mereka sudah memilikinya. Namanya adalah Raja Saul. Dan Saul adalah seorang pemuda yang sangat tampan. Dan Saul tidak hanya lebih tampan daripada orang-orang Israel lainnya, dia juga lebih tinggi dari yang lain. Dalam budaya itu, tinggi tidak hanya berbicara tentang tinggi badan. Seseorang yang tinggi adalah seseorang yang mengesankan secara fisik. Jadi, Saul memiliki penampilan seorang raja: tampan dan fisik yang mengesankan. Tetapi Saul tidak menaati Tuhan dan kemudian Tuhan memilih Daud untuk menjadi raja Israel yang berikutnya.
Dalam cerita ini, kita dapat mempelajari empat hal yang harus kita miliki untuk menjalani tahun yang baik: Cerita Tuhan; Mata Tuhan; Rencana Tuhan; Raja Tuhan.
Cerita Tuhan
1 Samuel 16:1-5 – Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Tetapi Samuel berkata: “Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.” Firman TUHAN: “Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.” Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” Jawabnya: “Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu.
Jika kita membaca pasal-pasal sebelumnya, kita menemukan bahwa Tuhan telah menolak Raja Saul. Saul lebih mementingkan kemuliaannya sendiri daripada kemuliaan Tuhan dan Tuhan menyesal telah menjadikan Saul raja atas Israel. Dan Samuel berdukacita karenanya. Coba pikirkan. Ketika bangsa Israel menginginkan seorang raja, Samuel menentang gagasan tersebut. Samuel mengatakan bahwa Tuhan sendirilah raja Israel. Tetapi bangsa Israel tetap bersikeras. Mereka menginginkan raja manusia seperti bangsa lain di sekitar mereka. Jadi, Tuhan memberikan mereka Saul sebagai raja Israel yang pertama. Dan Samuellah yang mengurapi Saul menjadi raja. Samuel mengharapkan seorang raja yang setia kepada Tuhan dan umat Tuhan. Dan dia berpikir bahwa Saul adalah orangnya. Saul adalah raja pilihan Tuhan untuk kesejahteraan Israel. Namun tidak lama setelah dia menjadi raja, Saul tidak menaati Tuhan dan memberontak melawan otoritas Tuhan. Dan Samuel berduka karenanya. Bayangkan jika anda akan menikah dan anda menemukan bahwa ternyata tunangan anda tidak seperti yang anda kira. Dia adalah penipu. Apa yang anda akan rasakan? Hati anda akan hancur. Itulah yang terjadi pada Samuel. Samuel memiliki harapan yang begitu besar untuk Saul dan hatinya hancur karenanya. Dan Tuhan tahu Samuel sedang berduka. Tidak ada yang salah dengan berduka. Alkitab mengatakan ada waktu untuk berduka. Tetapi kita tidak bisa berduka selamanya. Tragedi kegagalan Saul memang nyata, tetapi itu bukanlah akhir dari cerita. Jadi, Tuhan berkata kepada Samuel, “Berapa lama lagi kamu akan berdukacita karena Saul? Aku sudah selesai dengan Saul. Aku telah menolak dia. Samuel, ini waktunya untuk melupakan apa yang ada di belakang dan bergerak maju. Pergilah ke rumah Isai di Betlehem, karena aku telah memilih seorang raja bagi-Ku di antara anak-anaknya.”
Dan kita telah diberi petunjuk akan menjadi raja seperti apa orang ini. 1 Samuel 13:14 – Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” Raja Israel yang berikutnya adalah seseorang yang dipilih oleh Tuhan sendiri. Dan inilah perbedaan terbesar antara Saul dan Daud. Sepanjang kitab 1 Samuel, penulis kitab Samuel terus menerus mengingatkan kita bahwa Saul adalah raja yang dipilih oleh bangsa Israel. Israel menginginkan seorang raja yang mengesankan dan kuat seperti bangsa-bangsa lain dan Tuhan memberikan mereka Saul. Saul adalah raja pilihan manusia. Memang benar bahwa Tuhan tetap berdaulat atas perkembangan ini, sehingga Saul juga dipilih oleh Tuhan. Tetapi hal ini tidak mengurangi penekanan bahwa Saul diangkat raja karena tuntutan bangsa Israel. Tetapi Daud berbeda. Daud adalah raja pilihan Tuhan. Jadi, Tuhan berkata kepada Samuel, “Berhenti bersedih. Saatnya untuk bergerak maju. Aku telah memilih seorang raja bagi-Ku di antara anak-anak Isai. Pergilah ke Betlehem dan urapi dia.”
Saya ingin berhenti sejenak di sini. Karena mungkin di sinilah sebagian dari anda berada saat ini. Anda sedang berduka. Jika anda melihat kembali ke tahun 2022, anda memiliki banyak alasan untuk bersedih. Mungkin seperti Saul, anda melakukan sesuatu yang seharusnya tidak anda lakukan, dan anda sedang berduka atas konsekuensinya. Anda membuat keputusan bodoh dalam bisnis, dalam keluarga, dalam hubungan, dalam mendidik anak, dan anda membayar harganya sekarang. Atau mungkin seperti Samuel, anda benar-benar ingin menaati Tuhan. Namun, hasil dari ketaatan anda tidak seperti yang anda harapkan. Anda berharap segalanya akan menjadi lebih baik, tetapi yang terjadi malah lebih buruk. Anda berduka atas mimpi yang hancur, harapan yang pupus, hubungan yang putus. Anda menaati Tuhan dan anda berduka. Jika itu anda, saya ingin anda mendengar firman Tuhan untuk anda hari ini. Perhatikan. Berapa lama lagi anda akan berdukacita? Tuhan tidak terkejut dengan apa yang anda alami. Dia berdaulat atas setiap hal kecil dalam kehidupan anda. Ada waktu untuk berduka. Tetapi ada juga waktu untuk bergerak maju. Anda mungkin berpikir bahwa cerita anda sudah selesai. Tetapi cerita Tuhan belum selesai. Cerita anda bukanlah cerita Tuhan. Tetapi cerita Tuhan jauh lebih baik dari cerita anda. Apa yang menurut anda akhir dari cerita hanyalah awal dari cerita Tuhan yang lebih baik. Jangan terlalu terbebani oleh apa yang anda alami sehingga anda gagal melihat tangan Tuhan dalam hidup anda. Tuhan belum selesai. Saatnya untuk bergerak maju dengan cerita Tuhan atas hidup anda.
Dan lihat apa yang terjadi selanjutnya. Ketika Tuhan menyuruh Samuel pergi ke Betlehem dan mengurapi seorang raja yang baru, Samuel berkata, “Bagaimana aku bisa pergi? Jika Saul mendengarnya, Saul akan membunuhku. Tuhan, bukannya aku tidak ingin menaati-Mu. Aku ingin menaati-Mu. Tapi aku juga tidak ingin mati dibunuh.” Ketakuan Samuel sangat masuk akal. Untuk pergi ke Betlehem dan mengurapi raja yang baru adalah resep bencana. Saul tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Jadi, satu saat Samuel diliputi kesedihan, saat berikutnya Samuel diliputi ketakutan. Dan Tuhan memberi tahu Samuel apa yang harus dia lakukan. Samuel harus pergi ke Betlehem dan mempersembahkan korban bakaran. Ini agenda resminya. Jadi, dia akan mengajak semua orang di Bethlehem untuk berkumpul dan mempersembahkan korban untuk Tuhan. Dan pada saat yang sama, Samuel harus memastikan bahwa Isai dan anak-anaknya ada di sana agar dia dapat mengurapi salah satu putranya menjadi raja. Ini agenda tersembunyinya. Tuhan memberikan hikmat kepada Samuel.
Apa pelajarannya di sini? Bagi sebagian dari anda, masalah anda bukanlah anda sedang berduka. Tetapi anda takut. Anda tahu apa yang Tuhan katakan kepada anda untuk tahun 2023. Anda tahu anda harus menaati Tuhan. Tetapi ketaatan kepada Tuhan itu berisiko. Dan anda takut melangkah karenanya. Perhatikan. Kesedihan dan ketakutan adalah emosi yang kuat. Tetapi jangan biarkan mereka menghentikan anda untuk mencapai tujuan Tuhan atas hidup anda. Ketaatan kepada Tuhan selalu berisiko tetapi ketaatan kepada Tuhan selalu benar. Anda mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi Tuhan tahu. Dan apa yang Dia minta dari anda adalah untuk menaati Dia untuk satu langkah di depan anda. Peran anda bukanlah untuk mencari tahu segala sesuatu yang ada dalam pikiran Tuhan. Peran anda adalah untuk menaati Tuhan untuk satu langkah di depan anda dan Tuhan akan memberikan anda hikmat saat anda menaati Dia. Apa yang Tuhan minta dari anda bukanlah kecerdasan anda melainkan ketaatan anda. Berhentilah mencoba mencari tahu keseluruhan cerita Tuhan atas hidup anda dan mulailah menaati Tuhan selangkah demi selangkah. Jadi, hal pertama yang harus kita miliki untuk menjalani tahun yang baik adalah cerita Tuhan.
Mata Tuhan
1 Samuel 16:6 – Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.”
Hal kedua yang harus kita miliki adalah mata Tuhan. Cara kita melihat, dan cara Tuhan melihat sangat berbeda. Saat Samuel memandang Eliab, dia berpikir, “Ini dia. Ini pasti orang yang telah dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel yang berikutnya.” Mengapa? Karena Eliab memenuhi kriteria manusia untuk seorang raja. Pertama, Eliab adalah putra sulung. Dan dalam budaya itu, anak sulung adalah sosok yang membawa nama baik dan reputasi keluarga. Jika Tuhan telah memilih salah satu putra Isai untuk menjadi raja berikutnya, tentunya itu adalah putra sulung. Kedua, Eliab memiliki penampilan seorang raja. Dia tampan dan tinggi. Jadi, Eliab tidak hanya memiliki resume yang tepat, dia juga memiliki penampilan yang tepat. Dia mungkin terlihat seperti Chris Hemsworth. Tidak peduli dari sudut mana kita memandang Eliab, dia pantas menjadi seorang raja. Mungkin sebagian dari kita berkata, “Samuel, apa kamu tidak salah? Kamu seharusnya tahu lebih baik. Ini adalah pengulangan cerita Saul. Kamu baru saja berduka atas Saul semenit yang lalu. Dan sekarang kamu akan mengurapi Saul 2.0 untuk menjadi raja yang berikutnya. Apa kamu bercanda?”
Dan perhatikan apa yang Tuhan katakan kepada Samuel. 1 Samuel 16:7 – Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Sebelum kita menghina Samuel karena betapa dangkalnya dia, saya yakin kita sering sekali membuat kesalahan yang sama seperti Samuel. Kita hidup dalam budaya yang jauh lebih terobsesi dengan penampilan daripada budaya lain mana pun. Sangatlah berlawanan dengan intuisi kita untuk tidak menilai seseorang dari penampilan mereka. Yang terjadi disini adalah masalah #salfok, salah fokus. Saya jelaskan. Jika anda ingin mencopet seseorang, anda harus memfokuskan semua perhatian mereka pada satu sisi, sehingga mereka tidak melihat anda mencopet di sisi lain. Jadi, orang itu salfok. Mereka berfokus pada hal yang salah. Dengan kata lain, salah fokus adalah memberikan perhatian penuh pada sesuatu yang sama sekali tidak penting dan melewatkan apa yang benar-benar penting. Kita berfokus pada apa yang tidak esensiil dan melewatkan apa yang esensiil. Tuhan berkata kepada Samuel, “Jangan biarkan kantongmu dicopet. Jangan salfok kepada penampilan sehingga kamu melewatkan hal yang sebenarnya penting. Jangan mencoba melihat dengan matamu sendiri dan gagal melihat dengan mata Tuhan. Karena apa yang penting di matamu tidak penting di mata Tuhan.”
Inilah masalah Samuel, dan inilah masalah setiap kita. Kita seringkali membuat evaluasi yang dangkal berdasarkan perspektif kita yang terbatas. Saya berikan satu contoh. Bagaimana cara kita menentukan pasangan hidup? Ada pepatah Indonesia untuk ini. “Dari mata turun ke hati.” Jadi katakanlah kita memiliki 10 calon pasangan hidup. Bagaimana kita memilih satu dari sepuluh? Kita langsung dengan cepat mengeliminasi mereka yang tidak ganteng, tidak cantik, tidak menarik, dan tidak berkepribadian (tidak memiliki mobil pribadi, rumah pribadi, etc). Jadi, yang tersisa adalah mereka yang berpenampilan baik, dan kita berharap salah satu dari mereka adalah orangnya. Dapatkah anda melihat apa yang kita lakukan? Jika itu cara kita menilai seseorang, berarti kita telah melewatkan orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel yang berikutnya. Saya tidak mengatakan bahwa penampilan yang baik itu buruk. “Bagaimana cara anda memilih satu dari sepuluh? Pilih yang paling jelek dan paling pendek. Orang tersebut adalah pasangan hidup yang dari Tuhan.” Saya tidak mengatakan itu. Tidak ada yang salah dengan penampilan yang baik. Kita akan menemukan bahwa Daud sendiri juga tampan. Ini adalah kabar baik untuk semua orang yang merasa dirinya ganteng dan cantik. Tuhan bisa memakai anda. Perhatikan. Eliab ditolak bukan karena dia terlalu tampan atau karena dia tidak cukup jelek. Ayat ini tidak memberitahu kita, “Tuhan tidak melihat penampilan luar. Dia tidak suka orang yang tinggi dan tampan. Jadi, jadilah sejelek dan sependek mungkin. Semakin jelek dan semakin pendek, semakin besar kesempatan anda untuk dipakai Tuhan.” Alkitab tidak mengajarkan ini. Tetapi apa yang Alkitab katakan adalah bahwa penampilan yang baik bukanlah indikator yang utama. Dan masalah kita adalah kita terlalu mudah berfokus kepada indikator yang salah.
Jadi, inilah pertanyaannya. Jika Tuhan tidak melihat penampilan luar, apa yang Tuhan lihat? Jawabannya adalah hati. Tuhan melihat hati. Tetapi apa artinya bagi Tuhan untuk melihat hati? Inilah bagian yang membingungkan saya selama bertahun-tahun. Dulu saya berpikir, “Yang penting bagi Tuhan bukanlah penampilan kita tetapi hati kita. Tuhan menolak Eliab karena dia memiliki penampilan yang baik tetapi hatinya buruk. Tuhan hanya menginginkan seseorang dengan hati yang baik. Dan Daud adalah pria dengan hati yang baik.” Tetapi ketika saya melihat kehidupan Daud, Daud tidak memiliki hati yang baik. Daud sendiri mengatakan bahwa dia dikandung dalam dosa. Dia lahir dengan hati yang penuh dosa. Dan jika kita mengira Daud dipilih karena dia memiliki hati yang baik, kita akan sangat terkejut saat kita membaca tentang kehidupannya. Dia akan melakukan hal-hal yang sangat jahat, bahkan hal-hal yang lebih buruk daripada Saul. Jadi, mengapa Tuhan memilih Daud? Apa artinya bagi Tuhan untuk melihat hati? Jika itu berarti kita perlu memiliki hati yang baik untuk dipilih oleh Tuhan, siapa yang memiliki hati seperti yang Tuhan inginkan? Kita semua memiliki hati yang penuh dengan dosa.
Dan ketika saya membaca penjelasan John Woodhouse, akhirnya saya paham. Saya akhirnya memiliki jawabannya. Dia memberikan terjemahan literal dari kalimat ini. Berikut terjemahan literalnya: “Tuhan tidak melihat bagaimana manusia melihat, sebab manusia melihat menurut matanya, tetapi Tuhan melihat menurut hati-Nya.” Woodhouse mengatakan bahwa ketika kita melihat, kita melihat dengan mata jasmani kita. Tetapi ketika Tuhan melihat, Tuhan melihat dengan hati-Nya. Jadi, bukan hati manusia yang Tuhan lihat, tetapi Tuhan melihat manusia menurut hati-Nya. Dengan kata lain, Tuhan tidak mencari seseorang yang memenuhi semua kualifikasi untuk Dia pakai, karena tidak ada satu orang pun yang memenuhi kualifikasi untuk Tuhan pakai. Melainkan, Tuhan memilih seseorang untuk Dia pakai menurut hati-Nya sendiri. Ini berbicara tentang tujuan Tuhan yang murah hati dan berdaulat dan bukan tentang kualitas manusia. Dan ini secara radikal mengubah arti dari perkataan “seseorang yang berkenan di hati Tuhan.” Izinkan saya mengutip Woodhouse. “’Seseorang yang berkenan di hati Tuhan’ sering diartikan sebagai orang yang sangat saleh, orang dengan hati seperti hati Tuhan. Tetapi saya tidak percaya bahwa kata-kata itu dapat berarti demikian. ‘Seseorang yang berkenan di hati Tuhan’ adalah – jika saya dapat mengatakannya seperti ini – berbicara tentang tempat yang dimiliki seseorang di dalam hati Tuhan daripada tempat yang dimiliki Tuhan di dalam hati seseorang.”
Saya akan menyimpulkannya dengan sangat sederhana. Tuhan tidak memilih orang karena mereka istimewa; Tuhan memilih orang karena Tuhan berdaulat. Jadi, gambarannya bukanlah seseorang yang baik dan memiliki banyak Tuhan di hatinya. Ini lebih merupakan gambaran tentang Tuhan yang memiliki orang-orang di dalam hati-Nya, orang-orang pilihan Tuhan sendiri. Daud tidak dipilih karena dia memiliki kualitas istimewa yang tidak dimiliki saudara-saudaranya dan itulah yang menarik perhatian Tuhan terhadap Daud. Daud dipilih karena Tuhan telah memilih Daud dalam kedaulatan-Nya untuk menjadi raja atas Israel dari kekekalan. Bukan Daud yang mencari Tuhan; Tuhan yang mencari Daud. Dan jika kita mengerti kebenaran ini, kebenaran ini memberikan kita dorongan yang kuat untuk menghadapi tahun 2023. Perhatikan. Jika hari ini kita bisa menaruh iman kita kepada Yesus, jika hari ini kita bisa mengasihi Yesus, itu bukan karena ada sesuatu yang istimewa dalam diri kita. Itu semata-mata karena Tuhan telah memilih kita untuk menjadi milik-Nya. Tuhanlah yang memilih kita. Oleh karena itu kita dapat yakin bahwa Tuhan pasti akan menyelesaikan semua tujuan-Nya dalam hidup kita. Karena itu semua bukan tentang kita; Itu semua selalu tentang Tuhan. Hal kedua yang harus kita miliki untuk menjalani tahun yang baik adalah mata Tuhan.
Rencana Tuhan
1 Samuel 16:8-12 – Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: “Semuanya ini tidak dipilih TUHAN.” Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.”
Apa yang terjadi di sini adalah cerita Cinderella versi Perjanjian Lama. Semua saudara Daud mencoba memakai sepatu kaca, tetapi tidak ada yang muat. Kemudian Samuel berkata, “Isai, apa kamu yakin kamu tidak punya anak laki-laki lainnya? Apa mungkin kamu secara tidak sengaja melupakan salah satu putramu?” Dan Isai berkata, “Oh, iya. Aku punya satu anak laki-laki lagi. Dia adalah yang bungsu. Dia sedang menggembalakan domba sekarang.” Dan kata bungsu berasal dari kata Ibrani, “haqqaton”, yang mengandung gagasan muda dan tidak penting. Dan Samuel agak kesal dengan jawaban Isai. Dia berkata, “Panggil dia. Dan tidak seorang pun dari kita akan duduk sampai dia datang ke mari.” Mari kita pikirkan tentang Daud sejenak. Daud adalah kandidat yang begitu tidak mungkin untuk menjadi raja sehingga ayahnya sendiri tidak mempertimbangkan dia. Ini mungkin pertemuan keluarga yang paling penting dalam keluarga Isai dan Daud bahkan tidak diundang. Mengapa? Karena dia adalah haqqaton. Dia terlalu muda, terlalu tidak berpengalaman, terlalu tidak penting, terlalu biasa. Dan ketika Daud sampai, kita diberitahu bahwa Daud kemerah-merahan, matanya indah, dan parasnya elok. Jadi Daud memiliki penampilan yang baik. Dia ganteng dan imut. Namun di mata manusia, dia tidak cocok menjadi raja. Jadi bayangkan yang ada di depan mata kita bukanlah Chris Hemsworth, melainkan Justin Bieber. Jangan tersinggung para Beliebers. Orang-orang tidak menginginkan raja yang imut; Mereka menginginkan raja yang kuat. Dan ketika Samuel melihat Daud, Tuhan berkata, “Ini dia. Ini dia pria yang Aku miliki di hati-Ku untuk menjadi raja Israel yang berikutnya. Urapi dia.” Daud mungkin tidak memiliki penampilan seorang raja, tetapi dia adalah pilihan Tuhan. Dan itulah yang penting. Kita mungkin akan sering terkejut dengan orang-orang yang Tuhan pilih untuk mencapai tujuan-Nya. Dan lihat ayat 13.
1 Samuel 16:13 – Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama. Samuel mengurapi Daud di depan saudara-saudaranya dan sejak hari itu Roh Tuhan berkuasa atas Daud. Daud dipenuhi dengan Roh Kudus. Jangan lewatkan pelajaran penting di sini. Ketika kita melihat kehidupan Daud, Daud akan mencapai banyak hal yang besar. Dia mengalahkan Goliat. Dia menulis sebagian besar kitab mazmur. Dia menjadi raja terhebat dalam sejarah Israel. Mudah bagi kita untuk berasumsi bahwa Daud pastilah sosok yang luar biasa. Tetapi itu tidak benar. Daud tidak menjadi hebat karena dia luar biasa. Sama sekali tidak ada hal yang luar biasa tentang Daud. Daud adalah orang yang biasa saja. Dia adalah haqqaton. Apa yang membuat Daud hebat bukanlah karena dia memiliki kualitas yang istimewa. Yang membuat Daud hebat adalah Roh Tuhan yang berkuasa atas Daud. Daud adalah orang yang biasa yang menjadi raja yang luar biasa karena Roh Tuhan. Daud adalah orang yang biasa tetapi dia memiliki Tuhan yang luar biasa.
Dan hal yang sama juga berlaku untuk setiap umat Kristus di tempat ini. Tidak ada yang luar biasa tentang kita. Kita adalah orang-orang yang biasa saja. Lihat ke orang di sebelah anda dan katakan, “Kamu orang yang sangat biasa.” Sekarang lihat kembali orang itu dan katakan, “Kamu juga biasa saja.” Kita harus merangkul kebenaran ini. Karena perhatikan. Umat Kristus bukanlah orang-orang yang luar biasa; Umat Kristus adalah orang-orang yang biasa yang memiliki Tuhan yang luar biasa. Dan kebenarannya adalah setiap umat Kristus telah diberikan Roh Kudus. Kita telah diurapi oleh Tuhan untuk tujuan Tuhan. Dan cara kita menjadi hebat adalah dengan merangkul kebenaran bahwa kita adalah orang-orang yang biasa sehingga Tuhan dapat menjadi luar biasa melalui kita. Ini adalah pola yang kita lihat di seluruh Alkitab. Tuhan tidak tertarik pada orang-orang yang mengejar kemuliaan mereka sendiri. Tuhan ingin menggunakan orang-orang untuk kemuliaan Tuhan sendiri. Tuhan ingin memakai orang-orang yang menaruh keyakinan mereka pada Tuhan dan bukan pada diri mereka sendiri. Masalahnya adalah terlalu banyak dari kita yang berusaha menjadi Daud dengan mengikuti cara Saul; Kita mengandalkan kekuatan kita dan bukan kekuatan Tuhan. Dan itu tidak akan berhasil. Tuhan tidak akan membagi kemuliaan-Nya dengan siapapun. Jalan menuju hidup yang luar biasa adalah dengan berhenti berusaha menjadi luar biasa agar kekuatan Tuhan dapat bersinar melalui hal-hal yang biasa.
Dan ada pelajaran lain di sini yang kita tidak boleh lewatkan. Tahukah anda apa yang terjadi setelah Roh Tuhan berkuasa atas Daud? Segala sesuatu kembali seperti biasa. Samuel pergi ke Rama dan Daud kembali menggembalakan domba. Akhir yang sangat antiklimaks. Daud baru saja diurapi untuk menjadi raja Israel yang berikutnya. Tetapi Daud harus menunggu 15 tahun untuk menjadi raja. Kita mengerti hal ini. Tuhan menggunakan waktu ini untuk mempersiapkan Daud menjadi raja. Namun pada masa persiapan, kita berpikir Daud akan pergi ke sekolah khusus untuk calon raja, diwawancarai oleh Oprah, dan menjadi selebritas Instagram dalam sekejap. Tetapi bukan itu yang terjadi. Tahukah anda bagaimana Allah mempersiapkan Daud menjadi raja? Kembali kepada kehidupannya yang biasa. Kembali ke menggembalakan domba. Sekali lagi, ini sangat berlawanan dengan intuisi. Namun hampir di seluruh Alkitab, setiap kali Roh Tuhan turun ke atas seseorang, yang terjadi selanjutnya bukanlah tahta melainkan padang rumput. Pengalaman puncak gunung diikuti oleh kehidupan yang biasa.
Jika saya adalah Daud, saya mungkin akan berpikir, “Tapi bukankah aku seharusnya menjadi raja? Bukankah aku diurapi untuk menjadi raja? Tapi apa yang terjadi padaku sekarang? Mengapa aku kembali ke rutinitas harian ini lagi? Tuhan, apakah Engkau tidak salah?” Tetapi Tuhan tidak membuat kesalahan. Melalui kehidupan Daud yang biasa, Tuhan mempersiapkan Daud untuk menjadi raja. Chuck Swindoll mengatakan ada tiga kata yang menjadi ciri khas kehidupan Daud di masa yang biasa. Kata pertama adalah ketidakpentingan. Tidak ada yang memperhatikan Daud di masa ini. Dia tidak dipandang oleh semua orang di sekitarnya. Dia tidak penting. Kata kedua adalah monoton. “Daud, apa yang kamu lakukan hari ini?” “Aku memperhatikan domba-dombaku. Mereka berjalan dari sini ke situ.” “Apa lagi?” “Aku bermain dengan ketapelku. Aku bisa membidik dengan lebih baik sekarang.” “Apa lagi?” “Aku sangat bosan, jadi aku main gitar akustik. Aku menulis beberapa lagu. Favoritku judulnya adalah ‘Tuhan adalah gembalaku.’ Kamu mau dengar?” Kehidupan Daud tampak biasa saja dan tidak berarti. Dan kata ketiga adalah kenyataan. Di dalam hal-hal yang biasa, Tuhan mengembangkan keterampilan Daud dengan ketapel. Hal itu akan berguna nanti dalam pertarungannya dengan Goliat. Dan dengan gitar akustik, Daud akan menjadi penulis lagu paling terkenal di dalam Alkitab. Dan dalam menggembalakan domba, Tuhan mengembangkan keberanian Daud. Daud berkelahi melawan singa dan beruang untuk melindungi dombanya. Itu sebabnya dia bisa berkata tentang Goliat, “Siapakah orang Filistin yang tidak bersunat ini yang berani menghina Tuhan yang hidup? Aku akan menghajar dia seperti aku menghajar singa dan beruang.” Daud mempelajari itu semua bukan di dalam istana melainkan di dalam kehidupan yang biasa. Jika Daud tidak dikirim kembali ke kehidupan yang biasa, dia tidak akan pernah belajar apa yang dia butuhkan untuk mengalahkan Goliat dan memerintah umat Tuhan.
Dan saudara-saudara, Tuhan masih mempersiapkan umat-Nya dengan cara yang sama hari ini. Para mama, apa yang anda lakukan hari ini? Anda mengganti popok. Anda memberi makan anak anda. Hari-hari anda diisi dengan susu dan kotoran. Mungkin terlihat sangat biasa. Tetapi Tuhan sedang membangun karakter anda. Mungkin tidak ada yang menghargai apa yang anda lakukan tetapi Tuhan sedang bekerja di dalam dan melalui anda. Dan mungkin suatu saat Tuhan akan memakai anak anda untuk membawa banyak orang kepada-Nya. Para karyawan, apa yang anda lakukan hari ini? Anda menyelesaikan pekerjaan. Anda menyelesaikan proyek anda, dan perusahaan anda tidak menghargai anda. Bos anda melupakan kontribusi anda. Tetapi Tuhan sedang mempersiapkan anda untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal. Tuhan sedang membentuk anda melalui kesetiaan anda. Para mahasiswa, apa yang anda lakukan? Anda tidak tidur menyelesaikan tugas sekolah. Anda menghabiskan berjam-jam belajar di perpustakaan tentang hal-hal yang anda tidak akan pernah gunakan setelah anda lulus kuliah. Tetapi Tuhan sedang membentuk kebiasaan anda untuk menyelesaikan misi-Nya bagi anda. Tuhan sedang membentuk ketekunan anda untuk ujian yang jauh lebih penting di masa depan. Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Hal-hal yang biasa adalah tempat kerja Tuhan untuk mempersiapkan hidup kita dan membentuk hati kita. Jangan meremehkan hal-hal yang biasa karena disitulah Tuhan melakukan karya terbaiknya di dalam diri kita. Hal ketiga yang harus kita miliki untuk menjalani tahun yang baik adalah rencana Tuhan.
Raja Tuhan
Hal keempat yang harus kita miliki untuk menjalani tahun yang baik adalah Raja Tuhan. Dan ini yang paling penting. Sampai kita memiliki Raja Tuhan di dalam hidup kita, kita tidak akan pernah menjadi Daud. Kita akan selalu menjadi Saul yang hidup untuk mengejar kemuliaan diri kita sendiri dan bukan kemuliaan Tuhan. Jadi, siapakah Raja Tuhan? Jawabannya bukanlah Raja Daud melainkan Anak Daud. Karena cerita Daud hanyalah bayangan dari cerita Anak Daud. Dan namanya adalah Yesus Kristus. Sama seperti Daud tidak dianggap, Yesus tidak dianggap. Daud tidak memiliki penampilan seorang raja. Ketika Yesus datang ke bumi, dia tidak seperti yang diharapkan bangsa Israel. Orang-orang menolak Yesus karena dia tidak memiliki penampilan seorang raja. Sama seperti Daud yang dipenuhi dengan Roh Tuhan dan kemudian dibawa kembali ke padang rumput, Yesus dipenuhi dengan Roh Tuhan dan kemudian dibawa ke padang gurun. Sama seperti Daud yang dilupakan oleh ayahnya, Yesus tidak hanya dilupakan tetapi dia juga ditinggalkan oleh Allah Bapa di kayu salib. Dia berteriak, “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Tidak ada yang lebih kelihatan sebagai orang yang tidak dipilih Tuhan selain Yesus yang tergantung di kayu salib.
Yesus satu-satunya sosok yang luar biasa menjadi lebih rendah dari biasa dan mati di kayu salib. Sosok yang paling tampan, paling agung, dan paling indah di alam semesta, kehilangan daya tarik fisiknya. Yesus menjadi begitu jelek di kayu salib sehingga tidak ada yang mau memandangnya. Mengapa dia melakukan itu? Inilah alasannya. Sosok yang terindah di alam semesta menjadi jelek sehingga kita yang jelek bisa menjadi indah di mata Tuhan. Di kayu salib, Yesus mengambil hukuman abadi yang pantas kita terima dan membayar semuanya. Dia ditinggalkan. Dia tidak diinginkan. Dia dikutuk. Dan dia melakukannya untuk menjadikan kita miliknya. Dia melakukannya bukan karena kita pantas mendapatkan kasihnya. Dia melakukannya bukan karena kualitas istimewa di dalam diri kita. Dia melakukannya karena dia telah menempatkan kita di dalam hatinya. Inilah yang mengubah kita. Kita harus melihat sosok yang terindah di alam semesta menjadi jelek bagi kita. Inilah Raja Tuhan. Jika kita percaya ini, jika kita terpikat oleh keindahan Raja Tuhan, barulah kita dapat memiliki cerita Tuhan, mata Tuhan, dan rencana Tuhan. Hanya sewaktu kita memiliki Yesus dan keindahannya kita dibebaskan dari keinginan untuk menjadi raja atas diri kita sendiri. Inilah cara bagi kita untuk menjalani tahun yang baik. Oleh karena itu, lebih dari resolusi tahun baru lainnya, marilah kita bertekad untuk selalu memandang kepada Raja Tuhan dan keindahannya. Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What struck you the most from this sermon?
- How does grief or fear paralyze you from embracing God’s story over your life?
- What does it mean to have God’s eyes? Give some examples.
- God’s plan is very counterintuitive to human’s plan. How does this truth both frustrate you and encourage you?
- Why is it extremely crucial for you to have God’s King? How can you have God’s King?
- Take time to pray for one another in the light of the sermon and the discussion.
Sorry, the comment form is closed at this time.