28 Jun Jangan Membuat Kesimpulan Terlalu Cepat
Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang berdoa, Tuhan berbicara kepada saya, “Kamu jangan buat kesimpulan terlalu cepat.” Pengkhotbah 3:11 berkata, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
1. Segala sesuatu yang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita mempunyai awal juga akhir. 2. Segala sesuatu yang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita bernilai kekal 3. Manusia tidak dapat mengerti tentang karya Tuhan dalam hidup ini. 4. Yang kita tahu hanya bersama dengan Tuhan selalu Happy Ending.
Kita sering berkesimpulan terlalu cepat dalam hal: 1. Menilai orang lain Salah satunya berdasarkan penampilan. Kita baru bisa menilai orang lain dengan benar kalau kita bergaul dengan orang tersebut, bukan hanya semata-mata berdasarkan penampilan.
2. Menerima informasi Kalau kita menerima informasi, jangan menggunakannya untuk menghakimi atau bahkan menyebar gosip. Kalau tidak dapat memberikan response yang benar ketika menerima informasi, jangan berkata apa-apa. Jangan berdosa dengan perkataan kita. 3. Menanggapi karya Tuhan dalam hidup ini Kita sering berkesimpulan terlalu cepat dalam response kita terhadap apa yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita.
Yesaya 49:14 menceritakan bahwa Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.” Sion melambangkan umat pilihan Tuhan. Pada saat nabi Yesaya menulis ini, umat Tuhan sedang dalam kesusahan besar.dan mereka menarik kesimpulan begitu. Tetapi di ayat selanjutnya Tuhan berkata, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Ibrani 13:5b juga berkata, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Kita manusia sering tidak mengerti. Bagian kita sesungguhnya cuma percaya.Belajarlah dari kisah Yusuf. Pada awalnya, Yusuf menerima janji Tuhan bahwa dia akan menjadi penguasa.
Pada titik A: Yusuf menerima janji Tuhan ketika berumur 17 tahun (Kejadian 37). Pada titik B: Yusuf dibenci saudara-saudanya dan hendak dibunuh. Pada titik C: Yusuf dimasukkan ke dalam sumur Pada titik D: Dijual sebagai budak Pada titik E: Dimasukkan ke penjara oleh Potifar Pada titik F: Dilupakan oleh orang-orang.
Pada titik G: Janji Tuhan tergenapi. Yusuf berumur 30 tahun.
Tahun 2008 merupakan tahun yang berat buat keluarga saya. Bulan Maret ketika saya dan istri sedang dalam perjalanan di dalam kereta api menuju pelayanan, tas istri dirampok. Kami rugi ratusan juta. Saya memilih untuk mengucap syukur. Bulan Mei, rumah kami yang di Tuban dibobol. Semua habis.
Bulan Agustus, kakak saya yang paling besar meninggal. Anak-anaknya ada 4 orang dan masih kecil-kecil. Kakak ipar saya tidak dapat bekerja dan saya yang menanggung mereka. Anak-anak saya sendiri ada 3 orang. Bulan September, pas hari ulang tahun saya terkena virus sepulang dari Banjarmasin. 12 hari saya terbaring tidak bisa apa-apa. 4 hari bahkan tidak bisa berbicara sama sekali.
Lalu waktu keluarga kami mau berlibur ke Eropa, ketiga anak saya jatuh sakit. Dan terakhir, anak bungsu kami yang berumur 3 ½ tahun masuk rumah sakit karena tangannya terkena pecahan kaca sepanjang 8 cm, selebar 3 cm dan sedalam 1 cm. Darahnya seperti air mancur sampai-sampai anak saya tidak berani menangis. Kami orang tuanya yang menangis. Hampir kelihatan tulangnya. Dokter berkata untung tidak kena nadi. Kalau saya cepat-cepat mengambil kesimpulan, saya bisa kecewa. Saya melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tidak macam-macam, tetapi mengapa Tuhan ijinkan ini semua terjadi? Tetapi saya sangat bersyukur Tuhan sudah memberikan saya pengertian atas Pengkotbah 3:11 ini.
Seperti wanita bersalin dari pembukaan 1 sampai 10, semakin sakit dan sakitnya semakin sering berarti bayinya sudah akan segera lahir. Demikian halnya dengan janji-janji dan rencana tuhan dalam hidup kita. Semakin buruk sebuah keadaan, asalkan kita hidup dalam jalan Tuhan dan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri, itu tandanya mujizat semakin dekat. Mujizat itu perkara adikodrati. Semakin besar mujizatnya, semakin besar pula kemustahilannya. Seperti Yusuf yg dari tahanan sampai menjadi tangan kanan Firaun. Dalam sejarah saya belum pernah menemukan mujizat seperti ini.
Bersama dengan Tuhan kita lebih dari pemenang! Dalam hidup ini, jangan membuat kesimpulan terlalu cepat. Ikuti saja kemana Tuhan membawa kita, bahkan melalui lembah kekelaman sekalipun. Ingatlah, semakin gelap malam pertanda terang akan segera terbit.
No Comments