09 Aug Membangun Pondok Daud
“Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini.” (Kisah Para Rasul 15:16-17)
Yang dimaksud dengan Pondok Daud adalah kehidupan kita, dimana seperti Daud kita semestinya mempunyai gaya hidup yang memuji dan menyembah Tuhan dengan seluruh hidup kita. Pondok Daud berbicara tentang doa, pujian dan penyembahan. “Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.” (Mazmur 40:3)
– Doa
Pada waktu bendingan Situ Gintung jebol, terjadi permutihan SIM. Orang-orang yang melapor untuk membuat SIM dalam batas waktu yang diberikan mendapatkan kemudahan khusus. Proses SIM mereka dipercepat dan keluar dalam 1 hari. Bagi yang tidak melapor dalam batas waktu ini, SIM mereka diproses seperti biasanya. Demikian halnya dengan janji Tuhan yang akan membangun Pondok Daud yang telah roboh. Kalau kita meresponsi Tuhan maka pemulihan itu akan cepat terjadi.
Banyak dari kita yang ketika berdoa hanya banyak meminta dan tidak berkomunikasi dengan Tuhan. Bangunlah hubungan komunikasi yang baik dengan Tuhan. Pasti ada rahasia-rahasia Ilahi yang akan Tuhan bukakan ketika kita berbincang-bincang dengan Tuhan. Ini akan memampukan kita untuk lebih mengerti rencana Tuhan. Doa yang ditambah dengan iman akan mendatangkan keajaiban dalam hidup kita. Bagaimana kita dapat beriman? Dengan mengenal Tuhan dengan dekat. Pada waktu kita percaya kepada Tuhan, doa kita akan berubah. Walaupun doa kita belum dijawab, kita akan tenang.
– Pujian
Pujian yang sesungguhnya adalah nyanyian dengan hati. Hati merubah suara, intonasi dan segala sesuatu. Apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan akan kelihatan ketika kita menghampiri Tuhan. Pujian membuat Allah bersemayam di atas umat Israel kepunyaanNYA yang benar-benar memuji. Ketika kita percaya kepada Tuhan pada waktu menghadapi persoalan, kita akan tenang. Dan orang seperti inilah yang dapat memuji Tuhan apapun situasinya.
Ada seorang ibu buta hamba Tuhan yang bergantung kepada tuntunan suaminya untuk pergi kemana-mana. Ibu ini pergi menempuh perjalanan jauh ke RS Dr.Sutomo di Surabaya untuk menemui saudara seiman di sana. Saya juga berada di sana saat itu. Saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan ibu ini tetapi tidak tahu apa. Ibu ini menghampiri samping ranjang dimana temannya berbaring, memegang tangannya dan berbicara dengan berbisik perlahan. Saya tidak mendengar apa yang dia bicarakan tetapi tiba-tiba ibu ini berdiri dan menyanyikan lagi ini. “Kesukaan yang dari Surga, kesukaan yang dari Surga, kesukaan yang dari Surga, itulah kekuatanku.” Saya sangat tersentuh mendengar ibu ini dan Tuhan memimpin saya untuk menatap wajahnya. Barulah saya tahu apa yang membuat dia berbeda. Ibu ini menyanyi dengan hatinya bukan hanya dengan nyanyiaan. Pada waktu itu saya baru percaya Tuhan tetapi kekuatan yang keluar dari pujian ibu ini mempunyai power yang luar biasa buat saya seperti yang dikatakan Mazmur 40:3(b) “…Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.” Tuhan bertanya kepada saya bisakah saya memuji Tuhan kalau keadaan saya seperti ibu yang buta ini? Saya hanya bisa meminta ampun kepada Tuhan.
Tuhan meresponi hati. Ingat, di Surga nanti kita kerjanya hanya memuji menyembah Tuhan. Apakah kita juga melakukan ini di bumi? Apakah nanti kita akan bingung di Surga karena tidak biasa dengan banyak memuji menyembah Tuhan? Dalam keadaan apapun, pujilah Tuhan. Pada waktu damai sejahtera kita tercuri dan kita tetap memuji Tuhan, nilainya jauh lebih berharga karena di dalam kekurangan kita tetap memuji dan menyembahNya. Steven Covey memncetuskan Prinsip 90/10. 10 bagian itu situasi yang diluar kendali kita, seperti baju kita yang ketumpahan kopi oleh anak ketika kita mau berangkat kerja. 90 bagian itu tanggung jawab kita, cara kita meresponi situasi. Kita bisa marah-marah kepada sang anak atau memilih untuk bersabar, menasehati dia untuk berhati-hati lain kali dan mengganti baju kerja kita.
– Penyembahan
Allah kita itu Roh adanya dan kita menyembahnya dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24). Pakailah bahasa Roh untuk menyembah Tuhan. Iblis tidak mengerti ketika kita berbahasa Roh. Penyembahan yang sesungguhnya bukan hanya kita memberikan hati tetapi juga masuk lebih dalam lagi ke dalam kehendakNYA, Penyembahan yang sesungguhnya adalah ketika kita melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan. Seperti Yesus yang berkata kepada murid-muridNya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34)
Tahun ini adalah tahun Samekh Tet (5769) menurut penanggalan Ibrani, yang berarti tahun fruitful, tahun beranak, tahun untuk melahirkan. Tet adalah huruf Ibrani yang mempunyai arti sembilan. Huruf ini mempunyai bentuk seperti rahim. Kita akan menerima benih yang dari Tuhan ketika kita sungguh-sungguh menyembah Tuhan. Kehamilan terjadi ketika ada hubungan yang intim. Kehamilan tidak dapat dihasilkan hanya dengan ciuman. Banyak orang Kristen yang €˜dicium€™ oleh hadirat Tuhan di gereja.Tetapi kalau kita merindukan visi, kita perlu membangun hubungan intim dengan Tuhan sampai kita mendapatkan benih, mendapatkan visi ilahi uang khusus dari Tuhan. Sayangnya banyak dari kita yang sukanya hanya €˜dicium€™ saja di gereja. Kalau kita tidak mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan, jangan harap kita bisa mendapatkan ini.
Ada anak seorang pengusaha yang baru saja meluluskan kuliahnya di luar negeri. Dia mungkin berpikir bahwa dia tidak perlu kuatir karena papanya pasti menyediakan pekerjaan yang baik buatnya. Pada tahun pertama sang anak diberi pekerjaan di kantor dibawah pengawasan pegawai sang papa dan diberi gaji sama seperti pegawai lainnya. Pada tahun kedua ketika sang anak dipindahkan ke bagian marketing, hal yang sama terjadi. Dia tidak mendapatkan perlakuan istimewa apapun sebagai anak papanya dan harus berlelah-lelah keliling untuk menjaring order. Tahun ketiga dia ditempatkan di pabrik, di bagian produksi bersama-sama dengan para pekerja pabrik lainnya Barulah pada tahun keempat sang anak diijinkan untuk memimpin perusahaan ketika dia sudah mengerti dan mempunyai pengalaman di berbagai bagiaan dari perusahaan yang akan dia pimpin. Selama tiga tahun pertama berlangsung, si anak pasti bingung, tidak mengerti dan komplain, “Kok sebagai anak papa aku sama seperti pegawai lainnya?” Tetapi kalau dari awal anak ini sudah tahu bahwa dia akan menjadi pemimpin, dia mungkin bisa tinggi hati dan malas untuk belajar sungguh-sungguh karena berpikir, “Toh nanti aku akan jadi pemimpin juga.” Sama halnya dengan kita, kalau Tuhan belum menyatakan isi hatiNya, kalau kita belum mendapatkan benih yang khusus dari hatiNya, peganglah janji-janjiNya. Lakukan Pondok Daud itu terus dalam hidup kita sampai Tuhan menjemput menemui kita.
No Comments