01 Apr Holiness by Grace
By Ps Samuel Yusuf
”Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” – 1 Korintus 15:10
Pengertian kata ”Anugerah” paling sering disalahartikan, seperti seorang meminta ijin untuk melakukan kesalahan atau dosa, kemudian meminta ampun kepada Tuhan dan pasti diampuni karena anugerahNya Tuhan sangat besar. Dari ayat diatas, Paulus mengartikan bahwa anugerah adalah kekuatan yang diberikan Tuhan untuk hidup dalam kekudusan menurut ukurannya Tuhan.
Dengan memahami pengertian kata “Anugerah” yang benar, kita dituntun untuk mempunyai kemampuan hidup dalam kekudusan Tuhan. Untuk meluruskan Pemahaman yang berkata “Aku dapat melakukan apa saja yang aku suka, karena aku memiliki anugerah“, kita tidak bisa lakukan dengan mengurangi kebutuhan akan anugerah itu sendiri, melainkan dengan menumbuhkan pengertian anugerah yang sebenarnya.
Anugerah sudah mengubah Saulus dari seorang pembunuh menjadi rasul Paulus yang luar biasa dipakai Tuhan. Setiap langkah dan keputusan yang diambil oleh Paulus bukan lagi kemampuan dari seorang pribadi yang bernama Paulus, tapi oleh “Anugerah” Tuhan yang bekerja didalam hidup Paulus yang memampukan dia bekerja dan melayani Tuhan lebih keras dan lebih baik dari yang lain. Kita semua harus bertumbuh dalam pengertian anugerah Tuhan yang murni dan benar.
Kita diselamatkan hanya oleh anugerah Tuhan, dan bukan hasil kerja atau kebaikan maupun kemampuan manusia atau oknum manapun, karena secara ukuran kemampuan manusia, kita tidak akan pernah bisa melakukannya. Seperti Lukas 15:11-32 tentang anak bungsu yang menghilang, karena dia dengan sadar dan secara sengaja pergi meninggalkan rumah dan bapaknya.
Anak bungsu ini adalah anak sah yang memiliki hak untuk bertindak dan hidup sebagai seorang anak yang dikasihi oleh bapaknya. Tetapi, karena dia memilih hidup menurut keinginan hatinya sendiri dan meninggalkan rumah bapaknya, maka dia hidup keluar dari anugerah bapak alias hidup dalam dosa. Hal ini seperti orang yang hidup menurut keinginannya sendiri dan tidak mau hidup dalam kasih dan anugerahnya Tuhan, maka dia sudah memilih untuk hidup dalam dosa. Bukan bapaknya yang mengeluarkan dia dari rumah, tapi si bungsu sendiri yang mengeluarkan dirinya dari kasih dan anugerah bapaknya.
Dosa sudah membuat anak bungsu ini menjauh dari kasih dan anugerah Tuhan. Sebagai akibatnya, dia merusakkan gambar diri dari seorang yang sangat berharga menjadi sangat rendah dan hina, dari yang asalnya hidup dengan penuh dengan otoritas dari bapaknya menjadi hidup sebagai hamba yang merasa tidak layak lagi hidup sebagai anak.
Dosa sudah membuat anak bungsu ini jauh dari hubungan intim dengan bapaknya. Hubungan yang rusak ini menyebabkan dia kehilangan jadi diri yang sebenarnya. Kehilangan jati diri yang benar akan digantikan dengan jadi diri yang palsu, yang menyebabkan timbul akar pahit dan hal-hal yang sangat negatif dalam cara berpikir dan perbuatan kita.
”Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” – Ibrani 12:15
Akar pahit, kebencian, perpecahan, kerusuhan terjadi karena kita menjauh dari grace (kasih karunia) Tuhan dan juga dari fellowship dengan Bapa, sehingga akan memunculkan broken identity (identitas yang salah). Identitas atau jati diri kita sangat erat hubungannya dengan otoritas. Pada waktu identitas kita salah atau rusak, maka rusak jugalah otoritas kita.
Mengetahui identitas kita yang sebenarnya akan menentukan behaviour (sikap hidup), purpose (tujuan), dan destiny (tujuan akhir) dari kehidupan kita dengan benar. Ketika kita tidak mengetahui purpose dan destiny kita dengan benar, maka kita akan mengambil dan menghidupi purpose dan destiny yang salah, yang akan membuat kita menjadi sangat rendah dan jauh dari kehendak Bapa Sorgawi yang sangat mulia!
Lukas 15:21 berkata “Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapak, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Anak bungsu ini menjadi budak dan menganggap dirinya tidak layak sama sekali untuk menjadi anak dan menikmati hak-hak dan fasilitas sebagai anak. Tetapi, inilah anugerah yang sangat besar dari sang bapak dalam Lukas 15:22-23 ”Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.”
Kasih dan anugerah sang bapa memulihkan dan menguduskan kembali status anak atau jati diri anak yang hilang dalam diri anak bungsu ini, yaitu dengan cara:
1. Memberikan Jubah yang terbaik artinya kehormatan atau kemuliaan
2. Memberikan Cincin yang berarti otoritas dikembalikan
3. Memberikan Sandal artinya status anak yang dipulihkan
4. Menyembelih lembu tambun artinya pesta yang sangat spesial
Kitalah anak bungsu yang menghilang dari rumah bapa dan hidup menurut cara kita sendiri, sehingga kita tidak mempunyai jati diri yang benar dan hidup menjadi sangat rendah dengan menjadi budak nafsu, ambisi, seks, kesombongan, kepahitan, narkoba, keserakahan, kekerasan, iri hati dan kebencian. Kekudusan sudah dianggap barang antik dan tidak berguna lagi. Sadarilah bahwa kasih dan anugerah Sang Bapa Sorgawi kepada kita sudah sangat jelas terlihat. Kita sudah mengetahui bahwa Dia telah mengirimkan Sang Putra untuk mati di kayu salib dan menguduskan semua dosa-dosa kita. Inilah pemulihan hubungan intim. Ia juga memulihkan status kita sebagai anak-anakNya. Kita diberikan otoritas untuk bertindak sebagai penguasa bumi, kehormatan atau kemuliaan kita dipulihkan dan kita pun dipestakan dengan sangat spesial. Inilah anugerah Tuhan yang sangat besar yang membuat kita bisa hidup spesial (kudus) hanya bagi Dia! Amin.
Sorry, the comment form is closed at this time.