09 Jul Tremble
Filipi 2:5-13
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, 2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
Bacaan kita untuk hari ini agak sedikit rumit. Saya telah mendengar khotbah yang dikhotbahkan tentang ayat ini yang mengambil pandangan ekstrem kiri dan kotbah lainnya yang mengambil pandangan ekstrem kanan. Ini berkaitan dengan masalah pengudusan. Jika anda tidak terbiasa dengan kata pengudusan, pengudusan berhubungan dengan pertanyaan, “bagaimana kita menjalani kehidupan Kristen kita setelah kita diselamatkan?” Yesus datang dan mati untuk dosa-dosa kita, kita percaya kepada Dia dan menerima pengampunan dengan kasih karunia melalui iman saja, lalu apa selanjutnya? Karena satu hal yang saya tahu benar tentang setiap orang Kristen adalah bahwa kita semua adalah orang berdosa. Puji Tuhan bahwa dia menyelamatkan kita tapi anda dan saya masih bangun setiap pagi tergoda untuk berbuat dosa. Salib Kristus membebaskan kita dari kutuk dosa tapi kita belum dibebaskan dari kuasa dosa. Jika anda memiliki masalah emosi marah sebelum anda diselamatkan, dan kemudian anda menerima Yesus dan menerima pengampunannya, dan kemudian keesokan harinya seseorang memukul pipi kiri anda, anda tidak mendekatinya dan berkata, “Hei, kamu lupa sesuatu. Bisakah kamu memukul pipi kanan aku juga? Tidak alkitabiah bagi aku untuk dipukul pipi kiri saja.” Tidak, anda tidak akan melakukan itu. Apa yang akan anda lakukan? Anda akan berjalan ke dia dan memberinya pelajaran body combat, “upper, upper, hook” benar tidak? Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita tahu bahwa sebagai orang Kristen kita seharusnya tidak berbuat dosa. Tapi kita masih berdosa. Lalu bagaimana cara kita menghadapi dosa kita? Pada akhirnya, siapa yang bertanggung jawab untuk membunuh dosa dalam hidup kita? Apakah itu Tuhan atau apakah kita? Hati-hati dengan jawaban anda. Jawabannya tidak sesederhana yang kita pikirkan.
Ijinkan saya memberi ilustrasi. Anda ingat kisah Israel menyeberangi Laut Merah? Ini adalah salah satu cerita favorit saya di Perjanjian Lama dan ini adalah adegan favorit saya dalam film kartun “Prince of Egypt.” Tuhan dengan kebesaran tangan-Nya membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Ini adalah gambaran Tuhan yang menyelamatkan kita dari perbudakan dosa. Jadi Israel keluar dari Mesir dengan kemenangan, namun mereka menghadapi masalah lain. Laut Merah menghalangi jalan mereka. Di depan mereka, terdapat Laut Merah dan tidak ada jalan lain untuk menyeberang. Di belakang mereka, ada tentara Mesir yang mengamuk bergegas untuk menghancurkan mereka. Ketika orang Israel melihat orang Mesir berbaris mengejar mereka, mereka sangat takut. Mereka tidak tahu harus berbuat apa dan mereka mencari saran Musa. Sekali lagi, ini adalah gambaran hidup kita. Kita telah dibebaskan dari perbudakan dan kutukan dosa, namun dosa terus mengejar kita dan berusaha menghancurkan kita dengan kekuatannya. Apa yang kita lakukan?
Dengarkan jawaban Musa. Keluaran 14:13-14 – Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Berapa dari saudara yang menyukai ayat ini? Musa menyuruh mereka diam saja dan tidak melakukan apapun. “Musa, apakah kamu gila? Tidak bisakah kamu melihat Laut Merah di depan kita? Tidak bisakah kamu melihat ratusan ribu tentara Firaun di belakang kita ingin membunuh kita? Ini adalah situasi hidup dan mati!” Dan Musa menjawab, “Chill out bro. Santai aja. Lakukan sedikit yoga. Tarik nafas yang dalam, hembuskan keluar dari mulut. Jangan dari bawah. Jangan khawatir. Tuhan pegang kendali. Let go and let God.” Anda mengenal orang-orang seperti ini kan? Mereka sangat santai. Mereka memiliki hutang yang begitu banyak dan mereka sudah memakai kartu kredit mereka sampe maksimal dan tidak dapat mengajukan permohonan kartu kredit baru. Tapi mereka sama sekali tidak khawatir. Lagu favorit mereka, “let it go, let it go, I can’t pay it back anymore.” Mereka hidup dengan mentalitas, “let go and let God.” Nasihat ini terdengar sangat rohani. Percayalah pada Tuhan. Serahkan sepenuhnya kepada-Nya. Tidak ada yang dapat anda lakukan untuk membayar hutang kartu kredit anda. Percayalah bahwa Yesus telah membayar semua hutang anda di kayu salib. Jesus paid it all, all to him I owe.
Tapi mari kita baca apa yang terjadi selanjutnya. Ternyata Tuhan memiliki ide yang berbeda. Keluaran 14:15 – Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.” Apakah anda menangkap itu? Jadi kembali ke analogi kartu kredit, tampaknya Tuhan berkata kepada anda, “Aku tidak akan membayar hutang kartu kredit kamu. Kamu masuk ke dalam hutang ini sendiri karena masalah dosamu. Karena keserakahanmu. Jadi hadapi sendiri. Jangan menangis padaku. Maju kedepan. Kerja keras, hemat uang dan bayar utang kamu.” Dengan kata lain, tampaknya sekarang menjadi tanggung jawab kita untuk berurusan dengan dosa dalam hidup kita. Tuhan telah dengan kasih karunia menyelamatkan anda dari kutuk dosa dan mengampuni dosa anda tetapi sekarang adalah bagian anda untuk menghadapi kekuatan godaan dosa dan menjaga keselamatan anda. Jadi jika “let go and let God” meletakkan beban tanggung jawab kepada Tuhan, pengertian ini menempatkan beban tanggung jawab pada kita. Kita bertanggung jawab untuk menangani dosa-dosa kita.
Tentu saja, kebanyakan dari kita tidak akan mengatakan hal ini. Kita cukup memahami ayat-ayat Alkitab untuk mengetahui bahwa tidak mungkin bagi kita untuk berurusan dengan dosa dengan kekuatan kita sendiri. Contoh: Yohanes 15:5, “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Jadi kita memahami bahwa kita tidak bisa mengambil ekstrim kiri bahwa itu semua tergantung Allah, tetapi tidak bisa juga menjadi ekstrim kanan di mana itu semua tergantung kita. Karena itu, kita menemukan gagasan tentang sinergisme antara kita dan Tuhan, di mana Tuhan memiliki bagian-Nya dan kita memiliki bagian kita. Ada pepatah populer yang menggambarkan kepercayaan ini. Pepatah ini sering diucapkan seorang pria setelah dia menembak wanita atau sebelum dan sesudah ujian. “Jadi bagaimana? Kamu sudah nembak dia” “Iya aku sudah mengatakan bagaimana perasaan aku dan memberi dia waktu untuk berpikir. Aku sudah melakukan yang terbaik dan selanjutnya terserah Tuhan.” Kedengarannya rohani ya? Lakukan yang terbaik dan biarkan Tuhan mengurus sisanya. Untuk kembali ke analogi kartu kredit, anda memiliki tanggung jawab untuk bekerja dan melunasi hutang anda. Tapi pekerjaanmu saja tidak cukup. Anda membutuhkan pertolongan Tuhan. Jadi anda melakukan yang terbaik untuk melunasinya, dan Tuhan akan mengurus sisanya. Jadi jika anda memiliki hutang sebesar $1 juta, dan yang terbaik dari anda adalah $990.000, Tuhan akan menutupi sisa $10.000. Tapi katakanlah anda lebih rohani dan anda ingin memberi lebih banyak pujian kepada Tuhan. Jadi yang terbaik dari anda hanyalah $1, Tuhan akan tetap mengurus sisa $999.999. Bagian yang penting adalah anda melakukan bagian anda sebaik mungkin dan Tuhan akan menutupi defisit anda. Detak jantung kepercayaan ini turun ke perkataan ini, “God helps those who helps themselves.”
Mari kembali ke masalah pengudusan, berurusan dengan dosa dalam hidup kita. Tanggung jawab siapakah itu? Apakah itu tanggung jawab kita? Apakah itu tanggung jawab Tuhan? Atau apakah itu sinergisme? Mari kita ambil suara. Berapa banyak dari anda yang berpikir itu adalah tanggung jawab kita? Hampir tidak ada. Berapa banyak dari anda yang berpikir itu adalah tanggung jawab Tuhan? Hampir tidak ada juga. Berapa banyak dari anda yang berpikir sinergi? Baik. Berapa banyak dari anda yang berpikir bahwa apa pun jawaban yang benar, jawabannya bukan salah satu dari tiga pilihan dan saya sedang menjebak anda saat ini? Baik. Jawabannya adalah bukan ketiganya. Karena itu saya mengatakan bahwa jawabannya tidak sesederhana yang kita pikirkan.
Biarkan saya berbagi sedikit dengan anda tentang latar belakang saya. Saya tumbuh di gereja yang sangat karismatik. Dan saya bersyukur kepada Tuhan untuk itu. Saya sangat amat karismatik. Saya sudah berbahasa roh di usia 8. Sebelum saya bisa berbicara bahasa Inggris, saya sudah bisa berbicara bahasa roh. Salah satu ciri khas gerakan Pantekosta Karismatik adalah pandangan yang legalistik terhadap Alkitab. Kita sering melihat Alkitab sebagai buku peraturan yang harus kita patuhi. Saya tumbuh di lingkungan itu. Dan ada satu bagian dalam Alkitab yang sangat menakutkan saya setiap kali saya membacanya. Matius 7:21 – “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Saya berkeringat dingin setiap kali saya membacanya. Tidak cukup cuman takut pas baca, ayat ini bahkan sampai dibikin drama dan lagu. Tapi ini menandai kehidupan keKristenan saya. Saya menjalani kehidupan keKristenan saya dengan penuh ketakutan dan saya harus melakukan, melakukan, melakukan kehendak Tuhan. Jika saya bisa menyimpulkan kepercayaan Kristen saya pada saat itu, mungkin akan kedengaran seperti ini. “Saya percaya Yesus mati untuk saya dan menyelamatkan saya, tapi sekarang tergantung saya untuk menjaga keselamatan saya. Saya bisa kehilangan keselamatan kapan saja dan kisah Matius 7 bisa terjadi pada diri saya. Oleh karena itu, saya harus terus melakukan yang terbaik untuk menaati Allah supaya saya bisa masuk sorga.” Dan itu yang saya lakukan. Saya sangat terlibat dalam pelayanan dan secara eksternal, saya melakukan kehendak Tuhan. Tapi secara internal, saya tidak pernah mencintai Tuhan. Saya takut masuk neraka tapi saya tidak mencintai Tuhan.
Percepat beberapa tahun, saya pergi ke Dallas dan di tahun keempat, saya masuk ke Universitas Baptis dan mulai benar-benar belajar Alkitab. Saya mulai membaca dan mempelajari Alkitab di kelas dan belajar tentang doktrin kasih karunia. Untuk pertama kalinya, mata saya terbuka. Maksud saya, Alkitab tidak pernah berubah. Saya telah membaca bagian yang sama sebelumnya tapi mata saya tidak terbuka untuk melihat hal itu sebelumnya. Namun karena latar belakang karismatik saya yang kuat, saya menolak banyak hal yang saya lihat di dalam Alkitab. Singkat cerita, saya kembali ke Sydney, terkena leukemia, dan melalui itu Tuhan menghancurkan setiap tembok perlawanan saya terhadap doktrin kasih karunia. Pada saat itu, saya membaca sebuah buku oleh seorang pengkhotbah kasih karunia yang terkenal di Singapura dan langsung terobsesi dengan pengajarannya tentang kasih karunia. Ini adalah 2009 dan 2010. Saya mulai melihat bahwa tidak ada yang bisa saya lakukan untuk menyenangkan Tuhan. Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan kasih Tuhan. Saya orang berdosa yang membutuhkan anugerah. Saya mengetahui bahwa Yesus adalah pengganti saya dan Yesus telah membayar semuanya. Dan sekarang dalam semua kelemahan dan kegagalan saya, saya tidak hanya dimaafkan sepenuhnya oleh Tuhan tapi saya juga ditutupi dengan kebenaran Kristus. Kasih karunia Tuhan sudah cukup. Anugerah menutupi saya di masa lalu, di masa sekarang dan di masa depan. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan anugerah ini. Ini diberikan kepada kita secara gratis saat kita percaya kepada Yesus. Daripada lakukan, lakukan, lakukan, Yesus berteriak selesai, selesai, selesai. Ini adalah Injil. Dan ini adalah kebenaran yang saya pegang sampai hari ini. Anda bisa mendengar kebenaran ini dalam semua khotbah saya.
Namun, saya dihadapkan pada dilema lain. Apa yang saya harus lakukan dengan perintah Tuhan di dalam Alkitab? Apa yang saya harus lakukan dengan “pikul salib dan ikutlah Aku?” Apa yang saya lakukan dengan “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namuk aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku?” Apa yang saya harus lakukan dengan “kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan seorang pun akan melihat Tuhan?” Apa yang saya harus lakukan dengan perintah Allah untuk membunuh dosa dalam hidup saya? Apa yang saya butuhkan? Apakah lakukan, lakukan, lakukan? Atau, selesai, selesai, selesai? Dengan kata lain, apakah kita perlu untuk lebih taat dan melakukan lebih atau apakah kita hanya perlu lebih percaya? Saya tidak menemukan jawaban ini dari Mr. Singapore.
Di sinilah Filipi 2:12-13 menghancurkan saya. Dan jawabannya bukan salah satu dari tiga pilihan yang saya berikan kepada saudara. Pengudusan bukanlah tanggung jawabmu sendiri. Pengudusan bukanlah tanggung jawab Tuhan sendiri. Pengudusan juga bukan sinergisme di mana anda memiliki bagian anda dan Tuhan memiliki bagian-Nya. Saya akan memberi anda pilihan keempat dalam satu kalimat tapi kalimat ini memiliki tiga bagian yang berbeda. Dan saya akan memberi anda bagian ini satu per satu. Dan saya membuatnya rhyme sehingga mudah diingat. Apakah anda siap? Dan ijinkan saya memakai Alkitab Bahasa Inggris karena terjemahan Indonesia di ayat 12 dan 13 sangat lemah.
All of me
Philippians 2:12 – 12 Therefore, my beloved, as you have always obeyed, so now, not only as in my presence but much more in my absence, work out your own salvation with fear and trembling,
Gereja di Filipi adalah gereja yang sangat dikasihi Paulus. Inilah gereja pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Itu sebabnya ia menyebut mereka “my beloved.” Tapi kemudian ia melanjutkan, “as you have always obeyed.” Jadi gereja di Filipi adalah gereja yang ditandai dengan ketaatan pada firman Allah dari awal. Jika anda membaca Kisah Para Rasul 16, anda akan mengetahui bahwa ketaatan selalu mengikuti keselamatan. Yang pertama bertobat di Filipi adalah seorang wanita bernama Lydia. Lydia bukan wanita biasa di jaman itu. Lydia adalah penjual kain ungu, yang berarti dia adalah seorang wanita bisnis yang kaya di industri fashion. Setara hari ini, anggap dia sebagai CEO Hermes. Tapi suatu hari Paulus datang ke persekutuan wanita dan Tuhan membuka hatinya untuk menerima Injil. Sejak saat itu, dia menggunakan keuangannya untuk tujuan Injil. Kemudian Paulus bertemu dengan seorang gadis budak yang memiliki kemampuan meramal. Dia terus mengatakan kepada semua orang bahwa Paulus dan Silas adalah hamba Tuhan Yang Mahatinggi sampai suatu hari Paulus merasa terganggu dan mengusir setan itu darinya. Sejak saat itu dia dibebaskan dan menjadi bagian gereja di Filipi. Jadi, kita memiliki wanita bisnis yang sangat kaya dan seorang gadis budak di gereja yang sama. Kemudian orang yang bertobat berikutnya adalah penjaga penjara di Filipi. Inilah orang yang menyiksa Paulus dan Silas karena kepercayaan mereka. Tetapi pada malam yang sama, penjaga penjara dan keluarganya percaya kepada Tuhan. Jadi sekarang kita memiliki seorang wanita bisnis yang sangat kaya, seorang budak perempuan dan seorang penjaga penjara Romawi di gereja yang sama. Ini seperti memiliki Mark Zuckerberg, Inem dan Rambo di dalam satu gereja yang sama. Bisa anda bayangkan? Namun ini adalah gereja yang ditandai dengan ketaatan. Kekuatan Injil menyatukan mereka sedemikian rupa sehingga menciptakan sebuah komunitas baru yang tidak didasarkan pada status duniawi mereka namun berdasarkan status baru mereka sebagai warga negara surga. Akankah ada benturan preferensi dan ideologi antara Mark, Inem dan Rambo? Tentu. Tapi mereka bisa menemukan solusinya saat mereka mematuhi firman Tuhan. Inilah gereja Filipi. Gereja yang memiliki ketaatan.
Percepat beberapa tahun, sekarang Paulus menulis surat ke gereja di Filipi dari Roma. Pada saat Paulus menulis surat ini, Paulus adalah tahanan rumah yang menunggu waktu untuk dieksekusi. Ada banyak alasan dia menulis surat ini tapi salah satunya adalah menangani konflik antara dua wanita, Euodia dan Sintikhe. Kita tidak tahu apa masalahnya tapi ternyata konflik mereka cukup besar sampai Paulus harus ikut campur. Sangat masuk akal. Jika seseorang pria memiliki konflik dengan pria lain, yang perlu mereka lakukan hanyalah berantem sebentar, pukul sana pukul sini, saling berpelukan, dan masalah selesai. Tapi ketika seorang wanita memiliki konflik dengan wanita lain… ini baru namanya masalah. Yang bisa saya katakan cuman begini. Bahwa dibutuhkan seorang rasul seperti Paulus untuk ikut campur dalam masalah ini dan menuliskan nama kedua wanita ini di Alkitab untuk dibaca generasi demi generasi kalau mereka pernah ribut. Silahkan terjemahkan sesuai kepercayaan masing-masing.
Namun, dengarkan apa yang ditulis Paulus. “Therefore, my beloved, as you have always obeyed, so now, not only as in my presence but much more in my absence.” Anda bisa mendengar Paulus? “Dengarkan gereja Filipi. Kamu selalu mematuhi Firman Tuhan sewaktu aku bersama kamu. Mark, Inem, Rambo, Euodia dan Sintikhe, kalian melakukannya dengan baik. Tapi aku yakin bahwa kamu bahkan akan lebih taat lagi dalam ketidakhadiranku.” Jadi Paulus mengatakan bahwa tanda orang beriman tidak hanya ketaatan sesaat tetapi ketaatan yang lebih dan lebih. Satu hal yang jelas: keselamatan yang benar selalu mengarah pada ketaatan yang lebih dan lebih. Mari berpikir sejenak. Bukankah kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman saja? Iya. Bukankah kita dihitung benar bukan karena perbuatan kita tapi karena karya Kristus yang sempurna saja? Iya. Tapi sekarang kamu mengatakan bahwa kita perlu ketaatan? Iya. Jadi yang mana, anugerah atau ketaatan? Jawabannya sekali lagi, iya. Tidak ada keselamatan tanpa buah ketaatan.
Ijinkan saya mengambil satu langkah lebih jauh. Kata “work out” dalam bahasa Yunani berada dalam present-imperative, yang berarti ini bukan perintah satu kali tapi ini perintah yang berkelanjutan. Peter O’Brien menerjemahkan kata ini menjadi “usaha yang terus menerus, berkelanjutan, dan berat.” Dengan kata lain, kita diminta untuk menggunakan usaha terus-menerus, berkelanjutan, dan berat dalam keselamatan kita. Untuk memasukkannya ke dalam istilah sederhana, keselamatan menghasilkan ketaatan yang sangat panjang dan serius ke arah yang sama. Ini adalah pengudusan. Tidak ada yang namanya orang Kristen pasif. Orang-orang Kristen adalah orang-orang yang berusaha bertumbuh dalam ketaatan. Ini tidak membutuhkan 10% dari usaha anda; Ini tidak membutuhkan 50% dari usaha anda; Ini tidak membutuhkan 99% dari usaha anda. Dibutuhkan 100% usaha anda. Dibutuhkan “all of me.” Apakah anda mengikuti saya? Tapi perhatikan baik-baik. Dibutuhkan 100% usaha anda. Tetapi Paulus tidak mengatakan bekerja untuk keselamatan anda. Dia tidak mengatakan bekerja supaya anda selamat. Tidak tidak. Apa yang dia katakan? “Work out your own salvation.” Apa artinya? Ini berarti menghasilkan di luar apa yang benar di dalam. Kita harus menunjukan atau menghasilkan apa yang telah Allah dengan kasih karunia kerjakan di dalam. Dan ini membawa saya ke bagian selanjutnya dari kalimat tersebut.
All of God
Philippians 2:13 – for it is God who works in you, both to will and to work for his good pleasure.
Ayat pendek ini penuh dengan permata. Mari kita kunyah secara perlahan karena ayat ini mengubah hidup saya secara radikal dan saya harap ayat ini akan melakukan hal yang sama pada anda. Ini dimulai dengan kata ‘for’. Perhatikan preposisi ini. Tiga huruf ini secara radikal mengubah pemahaman kita tentang ayat 12. Apa fungsi dari kata ‘for’ dalam ayat ini? Ini untuk mengungkapkan gagasan sebab dan akibat. Ijinkan saya memberi contoh. Jika saya mengatakan, “Babe, aku akan mendaki Gunung Everest, aku akan berjalan melalui Gurun Sahara, aku akan berenang melintasi Samudera Pasifik, karena (for) cintamu membara lebih panas daripada api Hades di dalamku.” Apa yang saya katakan? Saya mengatakan bahwa saya akan melakukan tiga hal sebelumnya karena yang sesudahnya. Setuju? Yang mana sebab dan yang mana akibat? Apakah saya mengatakan bahwa saya akan mendaki, berjalan dan berenang supaya cinta itu panas? Tidak. Mendaki, berjalan dan berenang adalah hasil cinta yang membara terlalu panas dalam diri saya. Saudara setuju dengan saya?
Inilah poin saya. Anda taat kepada tuhan. Anda taat kepada Tuhan lebih dan lebih. Anda melakukan usaha terus menerus, berkelanjutan, dan berat. Anda memberi semua anda, usaha 100%. Bukan untuk mendapatkan sesuatu tapi karena anda memiliki sesuatu. “All of me” adalah hasil dari sesuatu yang lain. Apa penyebabnya? “For it is God who works in you.” Jadi dengarkan saya. Ini bukan sinergisme. Ini bukan 50% anda dan 50% Tuhan. Ini bahkan bukan 1% anda dan 99% Tuhan. Paulus tidak mengatakan bahwa Tuhan sedang bekerja dengan anda. Itu sinergisme. Tetapi Paulus mengatakan bahwa Tuhan sedang bekerja di dalam anda. Ini adalah sesuatu yang berbeda. Ini adalah “all of me because of all of God.” Ini adalah usaha 100% saya yang disebabkan oleh 100% Tuhan yang bekerja di dalam diri saya. Tuhanlah yang bekerja di dalam kita jadi kita mengerjakannya.
Saya ingin anda memberi perhatian khusus pada beberapa hal lagi tentang ayat ini. Siapa yang bekerja di dalam saudara? Ini bukan pertanyaan tipuan. Siapakah yang Paulus katakan yang bekerja di dalam kita? Itu adalah Tuhan. Ini adalah kebenaran yang menakjubkan. Yang bekerja di dalam kita adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta, matahari, bulan, tata surya, galaksi, gunung, pantai, binatang, tumbuhan, dan dia ciptakan itu semua dari ketidakadaan. Tuhan yang sekuat ini memutuskan untuk menjadi pribadi yang dekat dan akrab dengan semua orang percaya sehingga dia benar-benar bekerja di dalam kita. Inilah sumber semua usaha kita. Bukan pendeta anda karena pendeta anda akan mengecewakan anda. Bukan gereja karena gereja akan mengecewakan anda. Bukan saudara dan saudari anda dalam Kristus karena mereka akan menyakiti anda. Tapi sumber anda adalah Tuhan sendiri dan karena sumbernya adalah Tuhan, sumber ini tidak akan pernah gagal dan anda tidak akan pernah kehabisan persediaan. Dia adalah kekuatan dari kekuatanmu. Dia adalah tenaga dari tenagamu. Dia adalah kasih dari kasihmu. Tuhan yang berdaulat bekerja di dalam kita. Betapa menabjubkan kebenaran ini.
Mari terus kunyah ayat ini. Apa tujuan Tuhan bekerja di dalam anda? “both to will and to work.” Ini adalah dua hal yang berbeda. Hal pertama yang Tuhan kerjakan di dalam diri anda adalah dia mengubah keinginan anda. Dia membuat anda ingin melakukan apa yang dia inginkan. Jadi jika saat ini, anda memiliki keinginan untuk mencarinya, anda memiliki keinginan untuk ingin mengenalnya lebih banyak lagi, anda memiliki keinginan untuk membaca Alkitab, anda memiliki keinginan untuk melakukan yang benar, itu bukan keinginan anda sendiri; Tuhanlah yang mengubah keinginan anda untuk menginginkan apa yang dia inginkan. Sebelum Tuhan mengubah apa yang kita kerjakan di luar, pertama-tama dia mengubah keinginan kita dari dalam. Karena apa yang kita lakukan adalah produk dari apa yang kita inginkan. Jadi Tuhan mengambil hati kita yang penuh dengan dosa dan mengubah keinginan kita untuk berbuat dosa menjadi keinginan yang ingin menyenangkan hatinya. Dia menghasilkan di dalam diri kita kebencian akan dosa dan cinta akan kebenaran. Dan dengan melakukan itu, dia mengubah karya kita. Sekarang apa yang keluar dari kita bukan lagi perbuatan dosa melainkan karya Tuhan. Keinginan anda telah berubah untuk ingin menjadi kudus, dan hasilnya adalah karya kekudusan. Dan bukan anda yang melakukannya melainkan Tuhan yang bekerja di dalam anda untuk menginginkan kekudusan dan untuk mengerjakan karya kekudusan.
Bagian terakhir dari ayat ini. Mengapa Tuhan melakukan ini? “for his good pleasure.” Kata ‘for’ di sini bukan sebab dan akibat tetapi klausul tujuan. Paulus mengatakan kepada anda bahwa Tuhan melakukan semua ini untuk satu hal, untuk kesenangannya. Tahukah anda bahwa anda bisa membuat Tuhan tersenyum dengan apa yang anda lakukan untuknya? Ada beberapa jenis karya yang bisa kita lakukan yang membawa kesenangan kepada Tuhan. Beberapa dari anda yang tahu Alkitab anda akan mengutip Yesaya 64:6, “segala kesalehan kami seperti kain kotor.” Itu benar. Semua pekerjaan baik kita untuk mendapatkan keselamatan menjijikkan bagi TUHAN. Tapi dengarkan saya. Bila usaha dan pekerjaan kita tidak didorong oleh keinginan kita untuk mendapatkan keselamatan atau untuk mendapatkan cintanya, namun ketika usaha dan pekerjaan kita didorong oleh fakta bahwa kita tahu bahwa kita adalah anak-anaknya dan bahwa dia bekerja di dalam kita untuk menginginkan dan untuk melakukan sesuatu untuknya, Tuhan tersenyum. Ini membawa kesenangan baginya. Sama seperti seorang putri berusia 5 tahun yang datang ke ibunya dan berkata, “Mi, aku ingin membantu mami memasak. Bukan karena aku ingin mendapatkan kasih mami dan membuat mami membelikan aku mainan baru, tapi karena aku mencintai mami dan hanya ingin melakukan apa yang aku bisa untuk menyenangkan mami.” Kasih mami ini kepada putrinya tidak bergantung kepada dia membantu maminya memasak atau tidak. Tapi kenyataan bahwa putrinya ingin membantunya memasak didasarkan kasih putri ini pada maminya, ini menyenangkan hati mami ini. Meski fakta akan berkata bahwa ketika putrinya yang berusia 5 tahun membantu memasak, ini hanya akan membuat proses memasak menjadi lebih lama. Dia akan membuat banyak kekacauan dan dapur menjadi sangat berantakan dan memperlambat prosesnya. Meski begitu, maminya tersenyum. Gereja Tuhan, kita bisa membuat Tuhan kita tersenyum dengan pekerjaan kita.
Jadi, untuk meringkas ayat 13, Tuhanlah yang bekerja di dalam anda. Semua pekerjaan anda adalah hasil karya Tuhan di dalam diri anda. Upaya 100% anda dihasilkan oleh 100% Tuhan. Tuhan bekerja di dalam anda untuk menciptakan keinginan untuk mau melakukan apa yang Tuhan inginkan dan dia juga bekerja di dalam anda untuk mengerjakan apa yang dia mau. Dan dia melakukan semua itu untuk kesenangannya sendiri. Pertanyaan: berapa banyak kredit yang bisa kita ambil untuk usaha 100% kita? Nol. Bahkan tidak 0.1%. Semua saya karena semua Tuhan. Sekarang saya ingin kembali ke frase di ayat 12 yang saya lewati tadi. “Work out your own salvation with fear and trembling.” Mengapa kita diperintahkan untuk memberikan 100 usaha% dengan takut dan gentar? Karena tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa Tuhan, sama sekali tidak ada yang bisa kita lakukan. Jika Tuhan tidak bekerja menyelamatkan kita, tidak ada yang bisa kita kerjakan. Semua perbuatan saleh kita seperti pakaian kotor. Ini menjijikkan dan tidak berguna. Tapi apa yang mengubah pakaian kotor menjadi sesuatu yang menyenangkan hatinya? Apa yang mengubah ludah Tuhan menjadi senyum Tuhan? Apa yang membuat usaha 100% kita mungkin untuk menyenangkan-Nya daripada menjijikkan bagi-Nya? Apa yang memotivasi kita untuk memberikan 100% usaha kita? Perintah di ayat 12 dimulai dengan kata, “therefore”. Ini adalah kesimpulan dari sesuatu yang Paulus katakan sebelumnya. Apa yang Paulus katakan di ayat sebelumnya?
All of Jesus
Filipi 2:5-11 – 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Sekarang dengarkan. 7 ayat ini layak mendapat dua atau tiga khotbah tersendiri tapi saya tidak punya waktu sekarang. Tetapi dengar apa yang Paulus katakan. Yesus adalah Tuhan. Yesus bukan seperti Tuhan tapi dia sendiri dalam rupa Allah dan setara dengan Allah. Yesus memiliki semua kualitas unik dan identik yang membuat Tuhan, Tuhan. Dia tidak kalah dari Tuhan tapi dia adalah Tuhan yang sangat sempurna. Dia adalah Tuhan yang sama yang menciptakan alam semesta, Tuhan yang sama yang disembah selama-lamanya oleh seluruh malaikat dan surga. Yesus adalah Tuhan yang kekal abadi. Tapi apa yang dia lakukan? Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Tuhan sesuatu yang harus dipertahankan, tapi mengosongkan dirinya sendiri. Mengosongkan diri dari apa? Ada yang bilang dia mengosongkan dirinya dari keTuhanannya. Itu tidak mungkin benar. Yesus adalah 100% Tuhan saat dia ada di bumi. Yesus tidak mengosongkan diri dari keilahian-Nya. Tapi dia mengosongkan dirinya dari kemuliaannya. Dia meninggalkan surga dengan segenap kemuliaannya, dia mengosongkan diri dari semua kemuliaan yang dimilikinya dengan menjadi manusia. Yesus tidak berhenti menjadi Tuhan saat ia mengambil bentuk manusia tapi ia menjadi God-man. 100% Tuhan dan 100% manusia. Bagaimana itu mungkin? Saya tidak tahu. Ini adalah misteri di luar saya tapi inilah kebenarannya.
Tapi inilah artinya. Karena Yesus sepenuhnya manusia, dia mengerti anda. Karena dia manusia, dia mengerti apa yang sedang anda alami. Dia bisa bersimpati dengan segala kelemahan kita. Apakah anda dikhianati oleh orang yang anda kasihi? Yesus dikhianati oleh muridnya sendiri. Apakah anda kesepian? Semua muridnya meninggalkan Yesus pada saat paling krisis dalam hidupnya. Apakah Tuhan berkata tidak atas apa yang anda doakan? Tuhan berkata tidak pada doa Yesus. Apakah anda menghadapi masalah yang sangat berat? Yesus menghadapi salib dan Ia mati disalibkan. Yesus sebagai manusia sepenuhnya memahami kita. Tapi bukan itu saja.
Yesus tidak hanya menjadi manusia, Ia menjadi hamba. Bisakah anda bayangkan itu? Dari satu-satunya Tuhan yang mulia, Yesus mengosongkan diri dari segala kemuliaan-Nya dan menjadi hamba. Yesus bisa saja datang sebagai manusia yang kuat dan berkuasa namun ia memutuskan untuk datang sebagai hamba. Dia merendahkan dirinya dengan cara taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Dari tempat kemuliaan yang tertinggi, dia turun sampai kematian yang paling rendah. Mengapa dia melakukan itu? Untuk anda. Untuk saya. Dia menjalani hidup sebagaimana harusnya kita hidup dan mati selayaknya kita mati. Dia mati sebagai penjahat sehingga kita bisa hidup sebagai anak-anak Tuhan.
Yesus turun ke posisi paling rendah dan karena itu Tuhan meninggikan dia ke posisi tertinggi. Dia diberi nama di atas segala nama. Tidak ada yang bisa melawan dia. Dia tidak memiliki saingan, tidak ada yang seperti dia. Dan Yesus yang sama, mati untuk anda dan jika anda percaya kepadanya, sekarang dalam semua kekuatan agungnya, dia bekerja untuk anda dan tidak melawan anda. Sekarang karena Yesus, Allah Bapa menerima anda dan menyambut anda sebagai anak-anaknya. Saat ini karena Yesus, Tuhan bekerja di dalam anda baik dalam keinginan maupun pekerjaan untuk kesenangannya. Saat ini karena Yesus, dalam semua pekerjaan dan usaha anda yang tidak sempurna, Tuhan tersenyum kepada anda. Dan sekarang karena Yesus, anda bisa memberi 100% usaha untuk mempekerjakan keselamatan anda sendiri. Inilah kuncinya. Pengudusan membutuhkan seluruh anda, seluruh Tuhan dan seluruh Yesus. Pengudusan melibatkan seluruh saya karena seluruh Tuhan melalui seluruh Yesus.
Jadi inilah intinya. Saat ini di dalam setiap orang percaya, Tuhan bekerja baik dalam keinginan maupun dalam pekerjaan untuk melawan dosa. Itu berarti bahwa kemauan kita dan pekerjaan kita sebenarnya bukan milik kita tapi itu adalah Allah berkeinginan dan bekerja di dalam kita. Tuhan ada di dalam kita. Tuhan adalah yang di dalam kita yang berkeinginan. Tuhan adalah yang di dalam kita yang bekerja. Upaya 100% saya dalam mengerjakan keselamatan saya adalah usaha Tuhan sendiri. Oleh karena itu, John Piper berkata seperti ini: “Dalam hal membunuh dosa saya, saya tidak menunggu mujizat; Saya melakukan mujizat. Tindakan saya adalah tindakan Tuhan dalam melawan dosa saya. Keinginan saya adalah keinginan Tuhan.”
Saya akan menutup dengan sebuah ilustrasi. Saya baru saja kembali dari Indonesia. Ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan dan menggemukkan. Saya naik 3 Kgs. Semua usaha diet saya sejak awal tahun ini hilang dalam waktu dua minggu. Di salah satu hari Minggu, saya dijadwalkan untuk berkhotbah empat kali di empat gereja yang berbeda. Saya ingin cerita kepada anda tentang gereja yang terakhir. Sejak awal, saya tidak ingin berkhotbah di sana karena beberapa alasan. Pertama, karena saya tidak biasa berkhotbah empat kali dalam satu hari. Saya tidak berpikir saya memiliki stamina atau kemampuan untuk melakukannya. Yang kedua, jujur saja, saya agak tidak suka dengan pendetanya. Beberapa dari anda mungkin terkejut mengetahui bahwa pendeta bisa tidak menyukai pendeta lain. Ini benar. Tidak bercanda. Saya punya alasan yang kuat untuk tidak menyukainya. Tahun lalu, saya diundang untuk berkhotbah di sebuah kamp pemuda untuk salah satu pelayanan pemuda di Bali. Saya sangat senang dan pelayanan pemuda yang mengundang saya juga sangat bergairah. Jadi mereka membuat proposal untuk kamp pemuda 2 hari dengan saya. Nah proposal ini harus tembus lewat seorang pendeta. Pendeta ini menerima usul untuk kamp pelayanan pemuda ini. Dia memberikan persetujuannya untuk kamp pemuda ini berjalan dengan satu pengecualian. Dia mencoret nama saya sebagai pembicara utama dan menggantinya dengan namanya. OUCH! Strike one. Ini tahun lalu.
Percepat tahun ini. Saya diundang untuk berbicara di konferensi di Bali. Kali ini konferensi untuk semua pelayanan pemuda di seluruh Bali. Saya membaca proposal dan saya melihat daftar nama pembicara untuk konferensi tersebut. Saya setuju untuk itu dan saya sangat senang. Jadi usulan itu dibawa ke pendeta ini lagi. Tapi karena konferensi tersebut melibatkan semua pelayanan pemuda ROCK di Bali, ada pertemuan antara dia dan youth pastor lainnya di Bali. Hal berikutnya yang saya tahu, mereka mengatakan kepada saya bahwa konferensi tersebut mendapat persetujuan namun mereka mengubah pembicaranya menjadi pendeta yang lebih senior dan terkenal, kecuali saya. Nama saya masih ada sebagai satu-satunya youth pastor. Saya pikir ini aneh jadi saya bertanya apa yang terjadi kepada teman saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa pendeta ini menyukai ide konferensi tersebut tapi berpikir lebih baik untuk memiliki pendeta yang lebih terkenal untuk berbicara. Dan saya komentar, “Wah lumayan aku masi masi masuk walau aku ga masuk dalam kategori pendeta yang terkenal.” Jawab teman saya, “supaya kamu tahu, pendeta ini meragukan kamu dan mencoba mencoret nama kamu dari daftar pembicara juga. Tapi aku dan youth pastor lainnya berjuang supaya nama kamu tetap dimasukkan.” Sekarang jika anda jadi saya, bagaimana perasaan anda? Strike two! Dan sekarang pendeta ini mengundang saya untuk berkhotbah di gerejanya. Anda tahu apa yang saya lakukan? Saya menolak. “Setelah semua penolakan yang kamu tujukan padaku, kali ini giliran aku untuk menolak kamu.” Tidak keluar dari mulut saya tentunya. Saya menggunakan alasan bahwa saya tidak biasa berkhotbah empat kali dalam sehari. Tapi dia bersikeras. Dia mengatakan adalah normal di Bali untuk pembicara tamu untuk berkotbah 5 atau 6 kali sehari. Saya tidak punya pilihan.
Jadi sekarang, gunakan imajinasi anda sedikit. Saya baru saja selesai berkhotbah di ibadah jam 5 sore dan begitu saya selesai berkhotbah, saya harus langsung pergi ke gereja lagi satu untuk ibadah jam 7 sore. Saya lelah dan capek. Saya tidak terbiasa untuk berkhotbah lebih dari tiga kali sehari. Dalam perjalanan ke gereja, kepala saya pusing sekali. Saya sampai di gereja beberapa menit sebelum ibadah mulai. Saat saya berjalan masuk ke dalam hall gereja, saya melihat pendeta ini berjalan keluar. Saya pikir dia berjalan keluar untuk menyambut saya. Dan iya dia melakukan itu. Dia menyapa saya, berterima kasih untuk kesediaan saya untuk melayani, tapi habis itu dia lanjut pulang ke rumah. Strike three! Out! Pada waktu itu saya sangat marah. Saya bisa merasakan asap yang keluar dari tubuh saya. Saya capek, lelah, lemah, pusing. Saya dari awal sudah tidak ingin mengambil pelayanan ini tapi dia bersikeras. Dan sekarang saya sudah di sana, dia malah pulang. Di bagian awal Praise and Worship, hati saya sangat jelek. Hati saya penuh dengan kemarahan, menyalahkan, mengasihani diri sendiri dan begitu banyak pikiran berdosa lainnya. Attitude saya seperti ini, “Aku hanya akan berbicara selama 45 menit dan kemudian pulang. Saya tidak peduli apa yang terjadi. Mau kotbah baik atau buruk. Aku hanya ingin cepat selesai dan pergi. Bahkan kalau perlu, aku ganti kotbah. Kotbah baru judulnya Hell is very hot.”
Tapi saya tahu Alkitab. Saya tahu hati saya sangat jelek pada saat itu. Saya tahu saya tidak benar di hadapan Allah. Jadi apa yang harus saya lakukan? Satu hal yang saya tahu saya tidak bisa untuk berdiam saja. Saya tidak butuh mendengar suara Tuhan dan mujizat terjadi dan mendadak saya menjadi penuh kasih. Saya mengerti Filipi 2:12-13. Butuh usaha saya 100% untuk membunuh dosa. Saya harus melakukan mujizat. Jadi selama bagian awal Praise & Worship, saya duduk dan menutup mata saya dan saya berperang dengan kejahatan hati saya. Saya mengingatkan diri saya tentang Kristus yang sama dengan Allah, tetapi ia merendahkan diri dengan menjadi manusia dan bahkan menjadi seorang hamba. Dia penuh kemuliaan namun ia mengosongkan dirinya dari kemuliaan itu dan menderita ketidakadilan bagi saya. Dia mati dengan kematian yang menyedihkan bagi saya. Saya tidak pantas memiliki sedikitpun kemuliaan namun saya tersinggung karena seseorang gagal untuk memberikan saya kemuliaan. Kristus memiliki semua kemuliaan namun ia mengosongkan dirinya dari kemuliaan-Nya dengan rela untuk saya. Dan sekarang karena Kristus, saya diterima di hadapan Tuhan. Saya sudah dijanjikan kemuliaan masa depan yang akan memuaskan hati saya. Meskipun hati saya penuh dengan kejelekan, di saat itu juga saya berpakaian kesempurnaan Kristus dan saya dipanggil dan diperlengkapi untuk memberitakan Injil. Jadi saya akan maju dan memberitakan Injil dan memberikan usaha 100% karena apa yang telah dilakukan Kristus bagi saya.
Dan dalam melakukan semua ini, saya tidak pantas menerima kredit apapun. Kalau saya bisa menyadari kejahatan hati saya adalah karena Allah dalam kebaikan-Nya menunjukan itu kepada saya. Keinginan saya untuk mengalahkan dosa di dalam hati saya berasal dari keinginan Tuhan dalam diri saya. Pekerjaan saya berperang dengan dosa dan memberitakan Injil adalah hasil dari Allah melakukan pekerjaan itu dalam saya. Jadi apa tingkat partisipasi saya dalam semua ini? 100%. All of me. Tapi berapa banyak kredit yang saya terima? 0. Karena itu semua hasil pekerjaan Allah di dalam saya. All of God. Dan dia melakukan itu melalui all of Jesus. All of me because of all of God through all of Jesus. Dan saudara tahu apa yang menakjubkan tentang semua ini? Ketika Allah Bapa melihat saya melakukan semua ini, dia tersenyum. Dia senang terhadap saya. Mari kita berdoa.
Sorry, the comment form is closed at this time.