10 Feb Satu hal yang terutama
Filipi 3:12-14:
“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. 3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 3:14 dan berlari-lari p kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”
Philippians 3:12-14
“Not that I have already obtained all this, or have already arrived at my goal, but I press on to take hold of that for which Christ Jesus took hold of me. Brothers and sisters, I do not consider myself yet to have taken hold of it. But one thing I do: Forgetting what is behind and straining toward what is ahead, I press on toward the goal to win the prize for which God has called me heavenward in Christ Jesus”
Pada saat saya pelajari lebih dalam Filipi 3:1-14, secara jujur saya sangat “struggle” dalam beberapa hal:
- Mengaplikasikan ayat-ayat ini dalam kehidupan pribadi dan keluarga saya
- Mencoba menjelaskan ayat ini kepada saudara sehingga “make sense” dan kita semua tidak hanya mendengar tapi juga menjadi pelaku firman
- Mencoba untuk tidak menyinggung saudara, tapi kalau ini terjadi, saya minta maaf sebelumnya
Yang akan saya bagikan hari ini bukan sesuatu dan saya sunguh-sunguh berdoa dan berharap kita semua (termasuk saya) pulang dengan pengertian baru akan firman Tuhan, kerinduan untuk mengenal pribadi Tuhan lebih dalam setiap hari dan komitmen yang baru dalam kehidupan kita sehari-hari.
Saya mengerti bahwa yang saya inginkan tidaklah mudah oleh sebab itu saya sanat berharap pada kuasa dan perkerjaan Roh Kudus hari ini.
Background:
Kitab Filipi adalah salah satu dari empat surat rasul Paulus tulis pada saat dia berada di penjara bangsa Romawi (Efesus, Kolose dan Filemon). Rasul Paulus pertama kali mengunjungi daerah Filipi pada saat dia menuju ke daerah Macedonia (Kis 16). Pada saat perjalanan ini rasul Paulus bertemu dengan Timotius, Lydia (wanita pedagang kain ungu) dan juga kepala penjara yang hamper bunuh diri pada saat gempa bumi membebaskan Paul dan Silas.
Surat kepada jemaat di Filipi sedikit berbeda dengan surat lain yang dituliskan oleh rasul Paulus. Surat ini tidak ditujukan untuk menegur atau mengatasi krisis yang terjadi namun kitab Filipi yang hanya terdiri dari 4 pasal ini berisi hal yang positif; penuh encouragement, apresiasi, affection. Jemaat di Filipi termasuk jemaat yang dewasa dan sangat mendukung pekerjaan Paulus.
Penjelasan secara garis besar (high level) dari Filipi 3:2-11:
- Ayat 2 – Rasul Paulus mengingat jemaat di Filipi bahwa ada “anjing-anjing”, “pekerja-pekerja yg jahat” dan “penyunat-penyunat yang palsu”.
Kalau kita lihat di Filipi 1 & 2, jemaat di Filipi bukanlah jemaat yang tidak saleh ataupun yang tidak dewasa.. Jemaat di Filipi adalah jemaat yang penuh kasih, jemaat yang melimpah dalam pengetahuan yg benar dan penuh hikmat (Filipi 1:9).
Ini mengingatkan kita bahwa dalam gereja manapun, kita harus berhati-hati terhadap tipe-tipe orang yang seperti Farisi, menambahkan segala macam peraturan yang memberatkan orang untuk mendapatkan keselamatan, ataupun orang orang yang mencoba memecah belah kesatuan dalam gereja. Orang-orang yang merasa lebih rohani disbandingkan jemaat yang lain.
- Ayat 3 – Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Filipi bahwa mereka adalah murid murid Yesus yang berbeda dengan golongan yang di atas. John Piper dengan efektif menjelaskan bahwa perbedaan antara orang Kristen yang benar adalah orang yang melakukan sunat bukan karena tradisi dan secara lahiriah namun secara batiniah/spiritual dan juga menyembah Tuhan dalam roh, bermegah dalam Dia dan juga tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri.
- Ayat 4-6 – Kita tidak menaruh pengharapan dalam “kedagingan kita” ataupun dapat diterjemahkan sebagai “kemampuan manusiawi kita”. Rasul Paulus membandingkan dirinya sebelum dia mengenal Kristus dimana dia berada di posisi yang “sempurna” berdasarkan apa yang telah dia capai.
- Ayat 7 – 8 Ayat ini sangat terkenal dan sering dikotbahkan. Rasul Paulus berkata bahwa segala apa yang dia capai, semua yang dia pelajari, semua yang dia taati dalam hukum taurat, semua yang dia jalani, semua yang dia percayai, semua yang dia harapkan adalah sia sia dan sampah dibandingkan apa yang dia miliki dalam Kristus.
- John Piper – Counting all as loss…
- If we must choose between Christ or anything else, we will choose Christ
- means that we will deal with everything in ways that draw us nearer to Christ, so that we gain more of Christ, and enjoy more of him, by the way we relate to everything.
- means that we will seek to deal with the things of this world in ways that show that they are not our treasure, but rather that Christ is our treasure.
- means that if we lose any or all the things this world can offer, we will not lose our joy, or our treasure, or our life — because Christ is our joy and our treasure and our life.
- Ayat 9 – Rasul Paulus berkata bahwa bukan karena “kebenaran yang berdasarkan hokum taurat” namun berdasarkan iman dalam Kristus yang berasal dari Tuhan
- Ayat 10 -11 Pada ayat 9, rasul Paulus berkata bahwa semua adalah sia sia dibandingkan apa yang dia ingin ketahui tentang Kristus. Ayat ini merupakan “goal” dari rasul Paulus dan dia berani menginggalkan apa yang dia miliki untuk pengenalan akan Kristus yang lebih dalam
- John Piper – Counting all as loss…
Ayat 12:
“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, l melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, m karena akupun telah ditangkap n oleh Kristus Yesus”
“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna”
Apa yang dimaksud oleh rasul Paulus dengan “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna”?
jawabannya ada pada ayat 10 dimana rasul Paulus berkata bahwa “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”
Pada ayat ini rasul Paulus yang mengakui bahwa dia masih belum mengerti ataupun mengenal Yesus secara seutuhnya. Rasul Paulus mengakui bahwa dia masih jauh dari sempurna akan pengenalan akan Kristus. Dengan pengetahuan yang terbatas ini, rasul Paulus sudah dapat melihat bahwa apa yang dia miliki (ayat 7-8) adalah sia-sia.
Ini membuat saya berpikir bahwa, jikalau rasul Paulus yang telah mendedikasikan seumur hidupnya mempelajari hokum taurat, menjadi yang terbaik dalam bidangnya, pada saat dia bertemu dengan Kristus di Damsyik, Kristus merubah hidupnya 180 derajat. Dan dia berkata dengan rendah hati bahwa aku belum tahu semua yang ingin aku ketahui dan aku belum mengenal Kristus sepenuhnya namun dengan apa yang aku ketahui, ini sudah cukup membuat aku mengerti bahwa pengetahuan yang aku banggakan selaman ini adalah sia-sia.
Bagaimana dengan kita? Seringkali kita sebagai orang Kristen sering menggunakan ayat ini untuk dijadikan alasan untuk hidup dalam zona nyaman sehingga kita tidak sepenuh hati mempelajari firman tuhan. Kita menjadi “complacent”, “settle for less”, kita lupa bahwa yang menjadi tujuan utama hidup kita adalah pengenalan akan pribadi Yesus.
Menurut pendapat saya, pada saat kebenaran firman Tuhan disampaikan, baik itu di gereja, Kelompok Mesianik, podcast, ataupun media lainnya dan pada saat mata hati kita dibukakan, pada saat benih firman itu menjadi remah, maka kita sebenarnya tidak mempunyai pilihan untuk tidak menjalaninya.
Pada saat kita dalam keadaan krisis secara medis (sakit jantung atau kanker) kita akan mengikuti 100% anjuran dokter dan tidak akan lupa melakukannya. Namun pola piker dan tindakan kita akan sangat jauh berbeda pada saat kita mendengar dan melakukan firman tuhan.
Menurut pendapat saya, kebenaran firman Tuhan lebih kritis dan berbobot dari anjuran dokter, karena tidak hanya menyangkut kehidupan kita sekarang yang sampai umur 80 ataupun 90 tahun namun juga hidup kekekalan. Tidak hanya kehidupan kita namun juga kehidupan anak cucu kita.
Kemudian rasul Paulus berkata bahwa “melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap n oleh Kristus Yesus”
Rasul Paulus kemudian berkata bahwa dia “mengejarnya” dengan harapan dapat mengangkapnya – ini menjukkan kehausan dan kelaparan seorang Paulus dalam pengenalan akan Kristus. Pernyataan ini keluar dari seseorang yang menghabiskan hidupnya belajar dan melayani Kristus sampai akhir hidupnya. Seseorang yang rela di penjara, dicambuk, kelaparan, kapal karam dan hasil karyannya adalah 1/3 dari kitab perjanjian baru.
Rasul Paulus “mengejar” Kristus karena dia mengerti bahwa Yesus telah “menangkapnya” terlebih dahulu. Rasul Paulus mengerti bahwa usaha dia tidak lah sia-sia karena Kristus telah memulai perkerjaan yang baik dalam hidupnya dan Kristus juga yang akan mengakhirinya.
Paulus mengerti bahwa akhir hidupnya adalah pasti karena Yesus telah mati untuk dia. Oleh sebab itu dia berkata bahwa “Mati untuk Kristus adalah untung…” (Fil 1:21) karena dia tahu dengan segenap hatinya bahwa dia akan bertemu dengan Yesus.
Apakah kita mempunyai keyakinan dan haus akan Kristus seperti Paulus. Yesus berkata di Matius 5:6 “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran 1 , karena mereka akan dipuaskan”
Mungkin kita tidak lapar karena kita sudah banyak cemilan duniawi sepanjang hari sebelum waktu makan tiba.
Ayat 13-14
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan 1 : aku melupakan apa yang telah di belakangku o dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku”
Pada ayat ini rasul Paulus kembali menegaskan bahwa dia belumlah sempurna dalam pengenalan akan Kristus namun kalimat berikutnya adalah sangat penting menurut saya karena rasul Paulus tidak hanya memberikan kita fakta bahwa dia belum sempurna namun dia juga memberikan kita “action item” apa yang dia lakukan untuk mencapai kesempurnaan tersebut.
Dalam bahasa Indonesia dituliskan “tetapi ini yang kulakukan” namun dalam terjemahan bahasa Inggris “. But one thing I do: Forgetting what is behind and straining toward what is ahead, I press on toward the goal to win the prize for which God has called me heavenward in Christ Jesus
Dalam satu kalimat ini, rasul Paulus mengajak kita semua melakukan satu hal (“One thing”):
- Forgetting what is behind (Past)
- Straining toward what is ahead (Future)
- Press on toward (Present)
“Forgetting what is behind”
Satu hal yang saya mau tekankan adalah ayat ini tidak berbicara tentang kesuksesan anda dalam dunia ini. Dahulu saya menterjemahkan ayat ini bahwa saya harus melupakan semua “achievements” saya dalam karir, financial, dan lain sebagainya dan mengfokuskan kepada apa yang di depan saya, yaitu Kristus. Setelah saya pelajari lebih jauh… ternyata konteks ayat ini tidak ada hubungannya dengan kesuksesan duniawi.
Karena semua kita yang ada di tempat ini tahu dan setuju bahwa:
- kesuksesan duniawi tidak menjamin kita masuk dalam kerajaan Allah
- Tidak menjamin akan membawa kita akan pengenalan kepada Yesus secara benar
- Tidak akan memberikan kita kepuasan seperti Yesus
Jadi apa di maksud rasul Paulus dengan “forgetting what is behind”?
Old Wine Skin
Yesus berkata di Mark 2:22 “demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua…”
Saya mengerti banyak diantara kita yang sudah menjadi Kristen lebih dari 10, 15 ataupun 20 tahun. Secara natural, kita akan melewati cycle, transisi, perubahan dalam kehidupan kita bergereja dan sudah pasti ini juga mempunyai dampak dalam pengalaman pribadi kita dengan Tuhan.
Demikian pula dengan rasul Paulus, ayat 4-6 menggambarkan sedikit dari kebanggan dia dimasa lalu dan kita tahu banyak yang rasul Paulus dapat “boast” namun dia mengerti bahwa apa yang menjadi “kebanggaan” ataupun “kesalahan” dia dalam mengikut Tuhan bukan sesuatu yang harus dipertahankan ataupun diingat.
Jadi apa artinya ini buat kita?
Pada saat kita masih mempunyai pola pikir “Kantong anggur dari kulit tua” maka kita tidak akan dapat menikmati “manna” yang baru setiap hari. Kalau kita pernah disakiti, dilukai, ditolak dalam perjalanan kita bersama Tuhan, hari ini saya berdoa saudara keluar dari ruangan ini dengan hati dan pikiran yang baru.
Kalau saudara pernah mengalami pengalaman yang dahsyat bersama Tuhan, yes, Tuhan yang sama dapat membawa anda ke gunung yang lebih tinggi.
“Straining toward what is ahead”
Kemampuan rasul Paulus untuk melupakan apa yang ada di belakang, memberikan dia kebebasan untuk “mengarahkan” dirinya kepada yang ada di hadapannya. Dengan kata lain, Paulus dapat berlari tanpa membawa “beban”.
I Korintus 9:24-27 “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah 1 ? k Karena itu larilah l begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya. Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota m yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan o dan aku bukan petinju yang sembarangan p saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku q dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”
I press on toward the goal
Rasul Paulus berkata bahwa dia dapat melihat akhir dari perlombaan ini dan hadiah yang menunggunya. Dia telah mempersiapkan dirinya, berlatih untuk berlari, dia telah melupakan apa yang ada dibelakangnya, dan mengarah kepada tujuan yang tepat dan sekarang yang dia harus lakukan adalah berlari dengan tanpa melihat ke belakang.
Hadiah terbesar buat Paulus bukanlah berkat berlimpah, kekayaan, nama besar, kekuasaan, jemaat yang besar, worship yang hebat. Hadiah yang dia inginkan adalah pada ayat 10-11.
Bagi rasul Paulus, tidak ada goal ataupun hadiah ataupun reward yang dia inginkan selain pribadi Yesus.
Sorry, the comment form is closed at this time.