16 Apr Nyanyian kemenangan
Hakim-hakim 5:1-31
Hakim-hakim 5:1-9 – Pada hari itu bernyanyilah Debora dan Barak bin Abinoam, demikian: Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN! Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN, Allah Israel. TUHAN, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya; gunung-gunung–yakni Sinai–bergoyang di hadapan TUHAN, di hadapan TUHAN, Allah Israel. Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit. Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel. Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel. Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah TUHAN!
Setiap manusia memiliki daya tarik yang tidak pernah berubah terhadap superhero. Saya ingat sewaktu saya kecil, saya terpesona dengan “Go, go, Power Rangers.” Berapa banyak dari anda yang tahu apa yang saya bicarakan? Saya menyukai Power Rangers. Bahkan saya sangat menyukainya sehingga saya sering berpura-pura sakit pada hari Minggu pagi sehingga saya tidak perlu ke gereja, dan saya bisa tinggal di rumah untuk menonton Power Rangers. Dan entah bagaimana Netflix tahu tentang ketertarikan saya di masa lalu terhadap Power Rangers. Itulah sebabnya Netflix akan merilis apa yang mereka sebut, “Thirty years in the making, ‘Mighty Morphin Power Rangers: Once And Always’ reunion.” Jadi mereka akan merilis film Power Rangers yang baru dengan menggunakan karakter yang sama dengan yang dulu. Reaksi pertama saya saat saya melihat trailernya adalah, “Thirty years in the making? Wah, ternyata aku sudah tua.” Reaksi kedua saya adalah, “Ini konyol. Siapa yang mau menonton sekelompok karakter yang sudah tua, gemuk, dan keriputan, yang tiba-tiba menjadi langsing dan kuat saat memakai kostum rangers?” Tetapi mari saya beri tahu anda. Saya yakin sebagian besar pria di generasi saya akan menontonnya. Dan anda dapat dengan mudah mengetahui siapa kami karena dalam beberapa minggu ke depan, anda akan mendengar kami bersenandung, “Go, go, Power Rangers.” Ketertarikan pada superhero tidak pernah meninggalkan kita.
Alkitab juga memiliki pahlawan dan superhero. Dan kita menjumpai beberapa di antaranya di dalam kitab Hakim-Hakim. Dalam Hakim-hakim pasal 4, kita bertemu dengan tiga pahlawan yang berbeda: Debora sang hakim, Barak sang prajurit, dan Yael sang ibu rumah tangga. Di hakim-hakim pasal 4 kita melihat bagaimana masing-masing dari mereka memainkan peran mereka dalam keselamatan Israel. Hakim-hakim pasal 4 memberikan kita catatan sejarah tentang apa yang terjadi. Tetapi hakim-hakim pasal 5 berbeda. Hakim-hakim pasal 5 melihat peristiwa yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Jika Hakim-hakim pasal 4 memberikan kita catatan sejarah, Hakim-hakim pasal 5 adalah interpretasi teologisnya. Dan ini ditulis dalam bentuk sebuah lagu. Dan untuk memahami cerita ini dengan benar, kita perlu menafsirkannya dalam terang Hakim-hakim pasal 4 dan juga pasal 5.
Jadi, mari kita rangkum apa yang terjadi di pasal 4 sebelum kita masuk ke pasal 5. Yang terjadi adalah bangsa Israel berdosa terhadap Tuhan, dan Tuhan menjual mereka ke tangan Yabin, Raja Kanaan. Dan Yabin memiliki seorang panglima yang kuat bernama Sisera yang mempunyai 900 kereta besi. Israel tidak berdaya di hadapan kekuatan mereka. Kemudian mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan mendengarkan seruan mereka. Jadi, Tuhan memerintahkan Debora sang nabiah untuk datang kepada Barak dan berkata, “Pergilah dan perangi Sisera. Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu.” Barak menjawab, “Aku akan pergi jika kamu pergi. Tetapi jika kamu tidak pergi, aku tidak akan pergi.” Debora berkata, “Baiklah, aku akan pergi bersamamu. Tapi kamu tidak akan mendapatkan kehormatan di akhir peperangan ini. Tuhan akan menjual Sisera ke tangan seorang wanita.” Dan kita berpikir bahwa Debora berbicara tentang dirinya sendiri. Jadi, Barak memimpin 10,000 tentaranya dan mengalahkan Sisera dan 900 kereta besinya. Tetapi Sisera melarikan diri dan bersembunyi di tenda Yael. Dia mengira dia aman karena ada perjanjian damai antara Yabin dan Heber, suami dari Yael. Jadi, Yael memberikan Sisera susu untuk diminum, memberikan dia selimut untuk beristirahat, dan Sisera tidur. Dan kemudian, Yael menancapkan patok kemah ke kepala Sisera dengan palu saat dia sedang tidur. “Kapow.” Maka, matilah Sisera. Yang menarik dari cerita ini adalah bahwa yang membunuh Sisera bukanlah Debora sang nabiah, bukanlah Barak sang prajurit, melainkan Yael sang ibu rumah tangga. Dan salah satu pelajaran dari cerita ini adalah, “Don’t be Jael because if you are ‘jail’ you might go to jail.” Bagi sebagian dari anda, hanya itu yang anda akan ingat dari khotbah minggu ini. Dan dari peperangan ini, orang Israel terus menekan Yabin dan akhirnya mereka mengalahkan Yabin. Itu pasal 4.
Dan sekarang di pasal 5, Debora dan Barak menulis nyanyian kemenangan untuk merayakan keselamatan yang Tuhan berikan. Inilah yang menarik. Tuhan hanya disebut beberapa kali dalam pasal 4. Tetapi Tuhan ada di mana-mana dalam pasal 5. Dan lagu ini mengajarkan kita satu pelajaran penting. Tuhan tidak duduk dan menonton secara pasif saat sejarah berlangsung. Tuhan adalah penggerak sejarah yang aktif. Jadi, yang Hakim-Hakim pasal 5 lakukan adalah membantu kita untuk melihat ke bawah permukaan sejarah dan mengungkapkan tangan Tuhan di balik segala sesuatu. Dan sebagai umat Kristus, kita harus memegang pasal 4 dan pasal 5 secara bersamaan. Kita harus memikirkan hidup kita tidak hanya secara historis tetapi juga secara teologis. Kita tidak hanya memikirkan tentang apa yang kita lakukan, tetapi juga mencari tahu apa yang Tuhan lakukan. Karena dapatkan ini. Ketika kita memahami bahwa cerita hidup kita berbicara lebih tentang tentang Tuhan daripada tentang kita, hal ini mencegah kesombongan dalam kesuksesan ataupun keputusasaan dalam kesusahan. Hal ini memberikan kita keseimbangan untuk menangani situasi apa pun yang kita hadapi dalam hidup kita.
Jadi, mari kita pelajari pasal 5 bersama. Saya punya tiga poin untuk khotbah ini. Sang Prajurit; Undangan; Kontras.
Sang Prajurit
Hakim-hakim 5:1-3 – Pada hari itu bernyanyilah Debora dan Barak bin Abinoam, demikian: Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN! Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN, Allah Israel.
Bernyanyi adalah respons yang alami dan tepat untuk pembebasan. Bayangkan jika anda telah ditindas selama 20 tahun. Dan tidak ada yang dapat anda lakukan. Musuh terlalu kuat, dan anda tidak punya harapan. Kemudian suatu hari sesuatu terjadi yang mengubah segalanya. Setelah dua puluh tahun penindasan, anda bebas. Ketika itu terjadi, anda pasti ingin bernyanyi. Anda ingin memuji orang yang membebaskan anda. Dan inilah yang menarik dari lagu ini. Debora dan Barak adalah dua pahlawan utama dalam peperangan ini. Tetapi nyanyian kemenangan ini bukanlah tentang mereka. Mereka tidak menulis lagu ini untuk menceritakan keberanian dan pencapaian mereka yang luar biasa. Mereka menulis lagu ini untuk memuji Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya pahlawan yang sejati bagi umat-Nya. Tuhan adalah pahlawan di balik semua pahlawan. Dialah yang memegang kendali atas segala sesuatu dalam cerita ini. Dialah yang menjual Israel ke tangan Yabin, Dialah yang memerintahkan Debora untuk membawa pesan-Nya kepada Barak, Dialah yang maju berperang di depan Barak, dan Dialah yang menyerahkan Sisera ke tangan Yael. Tuhan ada di balik segala sesuatu. Debora, Barak, dan Yael hanyalah sarana yang Tuhan pakai untuk mencapai keselamatan-Nya. Itulah sebabnya mereka menyanyikan lagu ini untuk Tuhan. Tuhanlah yang dipuji di sepanjang lagu. Jika bukan karena Tuhan, tidak akan ada pembebasan.
Hakim-hakim 5:4-11b – TUHAN, ketika Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom, bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya; gunung-gunung–yakni Sinai–bergoyang di hadapan TUHAN, di hadapan TUHAN, Allah Israel. Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit. Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel. Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel. Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah TUHAN! Kamu, yang menunggang keledai betina putih, kamu, yang duduk di atas permadani, kamu, yang berjalan di jalan, ceriterakanlah hal itu! Di tempat-tempat penimbaan air, menurut suara orang-orang yang berdendang, di sanalah orang menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil, perbuatan-Nya yang adil terhadap orang-orang-Nya di pedusunan di Israel.
Perhatikan gambar yang dilukis Debora. Saat Tuhan Israel bergerak, bumi berguncang, langit mencurahkan air, dan gunung bergoyang. Dan Debora mengatakan ini adalah Tuhan yang sama yang menampakkan diri di Sinai. Jika anda ingat apa yang terjadi di Keluaran, di Gunung Sinailah Tuhan pertama kali menyatakan diri-Nya kepada bangsa Israel setelah Tuhan membebaskan mereka dari Mesir. Di Gunung Sinailah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Israel dan Israel menjadi umat yang dikasihi Tuhan. Di Gunung Sinailah Israel mengalami kehadiran Tuhan yang begitu agung dan mengerikan. Kehadiran Tuhan sangat mengerikan sehingga Musa gemetar ketakutan dan bangsa Israel takut kehilangan nyawa mereka. Dan inilah yang Debora maksudkan. Tuhan yang begitu agung dan menakutkan ini tidak terjebak di Sinai. Sebaliknya, Tuhan yang datang kepada bangsa Israel di Sinai datang kembali untuk menyelamatkan umat-Nya dalam kesulitan mereka saat ini. Tuhan yang membebaskan mereka di Laut Merah dapat menyelamatkan mereka di sungai Kison. Tuhan yang datang ke Gunung Sinai juga datang ke Gunung Tabor. Dengan kata lain, Tuhan bukanlah sejarah kuno di Sinai. Tuhan masih terus bergerak lagi dan lagi untuk menyelamatkan umat-Nya. Dan ketika Tuhan bergerak, alam semesta berguncang. Jadi, saat Barak dan tentaranya berbaris menuruni gunung, Dia yang di hadapan-Nya ciptaan gemetar maju berperang. Tuhan adalah Sang Prajurit yang berperang untuk umat-Nya.
Dan lihat situasi di Israel. Orang-orang takut melakukan perjalanan melalui jalan raya karena pencuri dan perampok berada di jalan raya. Orang-orang takut untuk keluar dan meninggalkan rumah mereka. Bangsa Israel berada dalam situasi yang sangat putus asa. Dan alasannya adalah karena Israel telah memilih untuk menyembah allah-allah lain. Mereka tidak lagi menyembah satu-satunya Tuhan yang hidup. Yang memberitahu kita bahwa Israel tidak layak menerima pertolongan Tuhan. Dan Tuhan mengizinkan Israel untuk mengalami masa-masa sulit ini agar mereka dapat mengetahui kesia-siaan penyembahan berhala. Seringkali, hanya ketika umat Tuhan melihat betapa putus asanya mereka barulah mereka dapat menghargai betapa perkasanya Tuhan.
Jadi, jangan lewatkan pelajaran penting dari teks ini. Seringkali, Tuhan mengizinkan situasi putus asa dalam hidup kita untuk membuat kita mengandalkan Tuhan. Dan inilah bagian yang mengejutkan. Setiap kesulitan, setiap pergumulan, setiap perjuangan yang kita alami dalam hidup, semuanya berasal dari tangan Tuhan. Cara datangnya kesulitan mungkin adalah melalui musuh kita, tetapi itu direncanakan oleh Tuhan. Cara datangnya kesulitan mungkin adalah melalui kebodohan kita sendiri, tetapi itu dimaksudkan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merencanakan dan menetapkan semua pergumulan yang dialami umat-Nya. Tuhanlah yang memegang kendali. Dan Tuhan bukan pengamat pasif. Dia tidak melihat pergumulan kita dan menggaruk kepala-Nya di surga sambil berkata, “Hmm, apa yang harus Aku lakukan dengan situasi yang dialami umat-Ku saat ini?” Tidak. Tuhan dalam Alkitab memegang kendali mutlak atas setiap detail kehidupan. Tuhan tidak datang ke tempat kejadian untuk memperbaiki apa yang rusak. Tuhan tidak berada dalam bisnis perbaikan; Dia berada dalam bisnis pendisiplinan. Dan disiplin-Nya terencana dan terukur. Dengan kata lain, situasi putus asa yang kita alami adalah bagian dari disiplin Tuhan. Ini adalah tanda bahwa Tuhan menolak untuk menyerah terhadap kita.
Namun kabar baiknya bukan hanya Tuhan memegang kendali atas situasi putus asa kita, tetapi Dia juga suka menyelamatkan kita dari situasi putus asa kita. Saya suka cara Dale Ralph Davis mengatakannya. “Tentunya umat Tuhan yang menderita memperoleh penghiburan yang besar karena mengetahui bahwa Tuhan yang datang ke Sinai adalah Tuhan yang berulang kali datang kepada umat-Nya dalam kesusahan. Yang Mahakuasa senang dengan encore.” Cara lain untuk menjelaskannya adalah ini. Tuhan bukan hanya Bapa kita, tetapi Dia juga Prajurit kita. Dia senang menyelamatkan kita lagi dan lagi. Dan terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami saat-saat putus asa agar kita dapat mengetahui betapa perkasanya Dia. Kita tidak akan pernah tahu betapa kuatnya Tuhan sampai kita menyadari betapa lemahnya kita. Dan Tuhan dalam kebaikan-Nya mengizinkan kita untuk menghadapi situasi yang jauh melampaui kekuatan kita. Jika kita ingin menang, Tuhan harus memenangkannya untuk kita dan memberikan kemenangan-Nya kepada kita. Jadi pertanyaannya, situasi putus asa apa yang sedang anda hadapi saat ini? Apakah keselamatan orang yang anda kasihi? Apakah diagnosis dokter? Apakah kecanduan dosa? Apakah pemulihan keluarga? Apa pun situasi putus asa yang anda hadapi saat ini, saya punya kabar baik untuk anda. Yang Mahakuasa senang dengan encore. Tuhan senang menunjukkan kekuatan-Nya kepada anda dengan memenangkan peperangan bagi anda. Jadi, Tuhan adalah Sang Prajurit yang berjalan di depan kita dan memenangkan peperangan untuk kita.
Undangan
Hakim 5:11c-18 – Pada waktu itu turunlah umat TUHAN ke pintu gerbang. Bangunlah, bangunlah, Debora! Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah suatu nyanyian! Bangkitlah, Barak! dan giringlah tawananmu, hai anak Abinoam! Lalu turunlah para bangsawan yang terluput, umat TUHAN turun bagi-Nya sebagai pahlawan. Dari suku Efraim mereka datang ke lembah, mengikuti engkau, ya suku Benyamin, dengan laskarmu; dari suku Makhir turunlah para panglima dan dari suku Zebulon orang-orang pembawa tongkat pengerah. Juga para pemimpin suku Isakhar menyertai Debora, dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak. Mereka menyusul dia dan menyerbu masuk lembah. Tetapi pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan. Mengapa engkau tinggal duduk di antara kandang-kandang sambil mendengarkan seruling pemanggil kawanan? Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan! Orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan; dan suku Dan, mengapa mereka tinggal dekat kapal-kapal? Suku Asyer duduk di tepi pantai laut, tinggal diam di teluk-teluknya. Tetapi suku Zebulon ialah bangsa yang berani mempertaruhkan nyawanya, demikian juga suku Naftali, di tempat-tempat tinggi di padang.
Di bagian ini, fokus nyanyian berubah ke umat Tuhan. Dan kita melihat perbedaan yang kontras di antara suku-suku Israel. Mereka yang berpatisipasi dalam ajakan Debora dan Barak untuk berperang mendapat pujian yang tinggi, sedangkan mereka yang tidak berpatisipasi mendapat teguran. Suku Efraim, Benyamin, Makhir, Zebulon, Isakhar dan Naftali berpartisipasi dalam perang dan menerima penghargaan. Sementara Ruben, Gilead, Dan, dan Asyer tinggal di rumah dan menerima teguran. Jadi, ada suku yang mempertaruhkan nyawa mereka dan ada suku yang bermain aman. Pertanyaannya, mengapa beberapa suku menolak untuk berpartisipasi? Kita tidak diberi tahu alasan yang pasti dari setiap suku. Tetapi Debora berkata bahwa ada banyak pertimbangan di antara suku Ruben. Dan dia mengulangi kalimat yang sama dua kali, yang artinya itu penting. Jadi, suku Ruben tidak mengabaikan undangan untuk bergabung dalam peperangan dengan begitu saja. Tidak. Suku Ruben membahas masalah itu dengan saksama. Mereka membicarakannya. Tetapi mereka memutuskan bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk meninggalkan domba-domba mereka. Mereka melakukan pertimbangan dan memutuskan untuk tidak berpatisipasi. Mereka menolak untuk mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan pribadi mereka demi kepentingan bangsa. Domba-domba mereka lebih penting daripada saudara-saudara mereka.
Dan lihat ayat 23. Hakim-hakim 5:23 – “Kutukilah kota Meros!” firman Malaikat TUHAN, “kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan.” Kita tidak tahu dengan pasti di mana Meros berada tetapi yang pasti Meros berada di dekat lokasi peperangan. Dan tidak dikatakan bahwa mereka melakukan sesuatu yang buruk. Debora tidak mengatakan, “Mereka tetap tinggal di rumah, minum Heineken, merokok ganja, dan mengejek orang Israel.” Tidak. Apa yang mereka lakukan adalah mereka tidak melakukan apa-apa. Mereka tidak terlibat. Mereka menolak untuk membantu umat Tuhan dan malaikat Tuhan mengutuk mereka. Ini memberitahu kita bahwa menolak undangan Tuhan bukanlah sesuatu yang netral. Perhatikan. Di mata Tuhan, ketidakterlibatan dalam undangan Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat diterima. Tidak melakukan apa-apa bukanlah sesuatu yang netral. Kita terlibat dan diberkati, atau kita tidak terlibat dan dikutuk. Dan jangan lewatkan apa yang terjadi dalam peperangan ini. Ini luar biasa.
Hakim-hakim 5:19-22 – Raja-raja datang dan berperang, pada waktu itu raja-raja Kanaan berperang dekat Taanakh, pada mata air di Megido, tetapi perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka. Dari langit berperang bintang-bintang, dari peredarannya mereka memerangi Sisera. Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari dahulu kala itu. –Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! — Ketika itu menderaplah telapak kuda, karena berpacu lari kuda-kudanya. Debora dan Barak menjelaskan dalam nyanyian mereka bahwa ini adalah kemenangan Tuhan. Raja-raja Kanaan berperang, tetapi mereka tidak berperang melawan Debora dan Barak. Mereka berperang melawan Tuhan yang memerintah bintang-bintang. Dan ayat-ayat ini memberi tahu kita bagaimana Israel memenangkan peperangan. Sisera tidak akan pernah mengatur kereta-kereta besinya di tepi sungai jika dia tahu akan hujan. Tetapi Tuhan memberi tahu Debora dan Israel di mana mereka harus berperang, dan Dia menghancurkan pasukan Sisera melalui karya supranatural-Nya. Tuhan mengirimkan badai hujan yang menyebabkan sungai Kison meluap dan membanjiri daerah itu. Dan kereta-kereta Sisera yang tidak terkalahkan menjadi tidak berguna karenanya. Jadi, semua keuntungan memiliki kereta besi menjadi sia-sia saat prajurit Barak berbaris turun dari Gunung Tabor. Tidak ada keraguan dalam pikiran orang-orang tentang siapa yang memenangkan peperangan. Tuhanlah yang memenangkan peperangan. Jangan lewatkan intinya. Tuhan tidak membutuhkan bantuan umat-Nya. Dia akan menang apapun yang terjadi. Tetapi Dia mengundang umat-Nya untuk berpartisipasi dalam peperangan yang akan Dia menangkan. Dan berkat ditemukan dalam berjuang untuk dan bersama Tuhan, dan kutuk ditemukan dalam menolak undangan Tuhan dan tinggal di rumah.
Apa pelajarannya bagi kita? Pelajarannya sederhana. Dikatakan bahwa ada tiga jenis orang. Mereka yang membuat sesuatu terjadi, mereka yang melihat sesuatu terjadi, dan mereka yang tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi hanya ada satu jenis umat Kristus. Umat Kristus adalah mereka yang berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan. Jadi, inilah pilihannya. Kita berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan dan diberkati, atau kita tidak berpartisipasi dan dikutuk. Tidak ada landasan netral. Kita ikut serta, atau kita tidak ikut serta. Teksnya sangat jelas. Tuhan tidak membutuhkan bantuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Tetapi Tuhan mengundang kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Kedaulatan Tuhan tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Dan masalah sebagian dari kita adalah kita terlalu nyaman tidak melakukan apa-apa sementara ada pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan kita. Perhatikan. Duduk di bangku penonton tidak hanya merampas sukacita kita tetapi juga menempatkan kita di bawah kutuk. Kekristenan bukanlah olahraga untuk ditonton; Kekristenan membutuhkan keterlibatan. Jadi, kita tidak bisa mengatakan pada diri kita bahwa kita baik-baik saja selama kita tidak melakukan kejahatan. Tidak melakukan apa-apa ketika Tuhan mengundang kita untuk berpartisipasi adalah kejahatan di mata Tuhan.
Tetapi jika Tuhan pasti menang, mengapa Dia menginginkan keterlibatan kita? Saya jelaskan begini. Bulan lalu, saya melihat postingan Instagram seorang mama yang membuat kue bersama anaknya yang berusia tiga tahun. Dapatkah kita setuju bahwa membuat kue bersama anak yang berusia tiga tahun tidak membantu? Jadi, saya bertanya tentang pengalamannya. Dan dia menjawab, “OMG, itu akan jauh lebih cepat dan tidak berantakan jika aku melakukannya sendiri.” Kemudian saya bertanya, “Jadi kenapa kamu melakukannya?” Dia berkata, “Aku ingin membuat kenangan bersamanya, sesuatu yang mudah-mudahan dia bisa ingat ketika dia sudah tua dan beruban, bahwa orang tuanya selalu ada untuknya dan hadir bersamanya. Dan aku bisa melihat dia belajar dan bahagia saat melakukannya. Dia menikmati hasil jerih payahnya dengan bangga. Dan aku merasa sukacita melihat betapa bahagianya dia.” Para mama, bukankah ini benar? Anda dapat melakukan pekerjaan yang lebih cepat dan lebih baik jika anda melakukannya sendirian. Dan dengan melakukannya bersama dengan anak anda, pekerjaan 60 menit menjadi 120 menit. Dan tidak hanya itu, anak anda juga membuat banyak keberantakkan. Dan tebak siapa yang harus membereskan keberantakkan tersebut? Di dunia yang ideal, jawabannya adalah suami anda. Tetapi kita tidak hidup di dunia yang ideal. Kita hidup di dunia yang rusak dengan dosa. Kemungkinan besar, andalah yang harus membereskan semua keberantakkan tersebut. Partisipasi anak anda hanya membuat hidup anda lebih sulit. Tetapi anak anda tidak akan mengalami sukacita membuat kue bersama anda kecuali anda menyediakan ruang untuk itu. Dan itulah yang Tuhan lakukan terhadap kita. Tuhan tidak membutuhkan kita. Dia dapat melakukannya jauh lebih baik tanpa kita. Tetapi Dia menyediakan ruang bagi kita untuk berpartisipasi demi sukacita kita. Jadi, pertanyaannya, sudahkah kita berkata iya terhadap undangan Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya? Atau apakah kita masih duduk di kursi penonton tanpa melakukan apa-apa? Tetapi jangan salah. Tuhan tidak membutuhkan bantuan kita, tetapi Dia mengundang kita untuk berpartisipasi demi sukacita kita.
Kontras
Hakim-hakim 5:24-27 – Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain, diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah. Air diminta orang itu, tetapi susu diberikannya; dalam cawan yang indah disuguhkannya dadih. Tangannya diulurkannya mengambil patok, tangan kanannya mengambil tukul tukang, ditukulnya Sisera, dihancurkannya kepalanya, diremukkan dan ditembusnya pelipisnya. Dekat kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak, dekat kakinya orang itu rebah dan tewas, di tempat ia rebah, di sanalah orang itu tewas, digagahi.
Bagian terakhir dari nyanyian ini adalah kisah tentang dua orang wanita, kontras antara Yael dan mama dari Sisera. Mari kita lihat Yael terlebih dahulu. Jika Meros dikutuk karena ketidakterlibatan mereka, Yael disebut sebagai wanita yang paling diberkati. Ini menarik karena Yael bukanlah orang Israel. Dia adalah orang Keni, seorang kafir. Tetapi Yael disebut sebagai wanita yang paling diberkati karena dia mempertaruhkan segalanya untuk membunuh musuh Tuhan dan membantu umat Tuhan. Dapatkah anda melihat kontrasnya? Suku-suku Israel dan kota Meros yang diharapkan untuk berpartisipasi tidak berpatisipasi, sedangkan orang yang tidak diharapkan untuk berpartisipasi justru berpatisipasi. Yang dilakukan Debora di bagian lagu ini adalah dia memainkan adegan Yael menghajar Sisera dalam gerakan lambat. Sisera meminta air, Yael memberinya susu, menutupinya dengan selimut, mengambil patok tenda dan palu, dan meremukkan kepala Sisera. Dan lihat ayat 27. Hakim-hakim 5:27 – Dekat kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak, dekat kakinya orang itu rebah dan tewas, di tempat ia rebah, di sanalah orang itu tewas, digagahi. Jadi, Debora tidak hanya memutar adegan dalam gerakan lambat, tetapi dia juga mengulang adegan kematian Sisera berulang kali. Ingat bahwa ini adalah nyanyian untuk merayakan keselamatan Tuhan bagi umat-Nya. Debora bersukacita dan menikmati keselamatan itu. Dia menikmati keselamatan dari Tuhan saat demi saat.
Saya jelaskan begini. Seperti yang anda ketahui, saya adalah penggemar berat Manchester United. Saya menonton setiap pertandingan mereka, tidak peduli jam berapa pun. Saya sangat mengidentifikasi diri saya dengan mereka, sehingga kemenangan mereka adalah kemenangan saya, dan kekalahan mereka adalah kekalahan saya. Dan setiap kali Manchester United menang, saya menikmati kemenangan mereka. Inilah yang saya lakukan. Saya sudah menonton pertandingan secara langsung. Saya sudah tahu hasil pertandingan dan segala sesuatu yang terjadi dalam pertandingan. Tetapi kemudian saya masih menonton highlight pertandingan. Dan tidak hanya itu, tetapi saya juga membuka banyak situs web sepak bola dan membaca setiap artikel tentang pertandingan dan tertawa-tawa sendiri. Dan ketika saya bertemu sesama penggemar Manchester United, saya membahas pertandingan dengan mereka. Yang saya lakukan adalah saya menikmati kemenangan Manchester United. Karena kemenangan mereka adalah kemenangan saya. Saya sadar saya kehilangan sebagian besar para wanita di tempat ini. Saya akan menjelaskannya dengan cara yang lain. Seiring bertambahnya usia, saya belajar seni menikmati makanan. Saat saya masih remaja, saya makan seperti kilat. Saya makan tujuh mangkuk nasi di restoran Cina dalam waktu kurang dari 10 menit. Saya melahap makanan secepat mungkin. Tetapi sekarang berbeda. Contoh, jika saya makan Japanese BBQ, saya tidak akan menghabiskan semua daging dalam waktu sepuluh menit. Saya akan mengambil daging wagyu sirloin, memanggangnya medium rare, menaruh sedikit garam ke atas daging, dan saya akan menikmatinya di mulut saya secara perlahan. Saya akan meluangkan waktu untuk mengunyahnya dan saya akan menikmati setiap sari daging dan lemak yang ada di dalam sirloin tersebut, dan tidak melahapnya dengan cepat. Saya belajar bahwa makanan bukanlah untuk dikonsumsi melainkan untuk dinikmati. Inilah mengapa saya terus menerus diet dan berat badan tidak pernah turun. Beberapa dari anda bertanya-tanya, apa hubungannya ini dengan khotbah? Perhatikan. Begitulah cara umat Tuhan memandang keselamatan Tuhan. Keselamatan dari Tuhan dimaksudkan untuk dinikmati, dikecapi, dan dihargai; sedikit demi sedikit, sepotong demi sepotong, pukulan demi pukulan. Dan ini bukanlah kekejaman. Ini adalah bersukacita dalam keselamatan Tuhan.
Mungkin alasan mengapa beberapa dari kita tidak bersukacita ketika Tuhan menghancurkan musuh-musuh-Nya adalah karena kita tidak menyadari betapa diperbudaknya kita, betapa tertindasnya kita, dan betapa bebasnya kita karena Tuhan. Kemenangan Tuhan atas musuh-musuh-Nya hanyalah hal yang kita baca di dalam Alkitab. Kita belum mengalami bagaimana Tuhan menyelamatkan kita dari dosa. Tetapi jika kita menyebut diri kita umat Kristus, izinkan saya memberi tahu anda cerita kita. Anda dan saya telah mati dalam dosa-dosa kita. Anda dan saya diperbudak oleh keinginan daging. Anda adalah saya berada di bawah murka Allah. Anda dan saya tidak berdaya di hadapan musuh. Tetapi kemudian muncul dua kata yang sangat indah di dalam Alkitab. TETAPI ALLAH. Anda dan saya telah mati TETAPI ALLAH. Anda dan saya diperbudak TETAPI ALLAH. Anda dan saya berada di bawah murka Allah TETAPI ALLAH. Anda dan saya tidak berdaya TETAPI ALLAH. Bukannya memberikan kita apa yang pantas kita terima, Allah justru campur tangan. Bukannya meninggalkan kita dalam kehancuran kita, Allah memiliki agenda lain. Allah dalam kekayaan kasih karunia-Nya melihat kondisi kita yang tanpa harapan dan datang menyelamatkan kita. Dia yang di hadapan-Nya seluruh ciptaan gemetar masuk ke dalam ciptaan dan menjadi salah satu dari kita untuk membebaskan kita. Inilah keselamatan dari Tuhan untuk anda dan saya. Kita harus belajar menikmati keselamatan dari Tuhan.
Tetapi lihat kontrasnya dengan mama dari Sisera. Hakim-hakim 5:28-30 – Dari jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap: “Mengapa keretanya tak kunjung datang? Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?” Yang paling bijak di antara dayang-dayangnya menjawabnya, dan ia sendiri juga membalas perkataannya itu: “Bukankah mereka mendapat jarahan dan membagi-baginya, gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan kain berwarna sehelai dua untuk Sisera, jarahan kain sulaman aneka warna sehelai dua untuk leherku?” Bagian lagu ini penuh dengan sarkasme kudus. Debora membayangkan mama Sisera dan dayang-dayangnya menunggu Sisera kembali dengan kemenangan. Ini adalah gambaran seorang mama yang cemas menunggu kembalinya putranya. Kita dapat membayangkan dia melihat ke luar jendela dan terus bertanya, “Mengapa anakku belum kembali? Apa yang menahannya? Mengapa aku belum mendengar kabar apa pun dari dia dan pasukannya? Apa yang membuat dia tertunda?” Dan para dayang meyakinkannya, “Oh, ibu tahu bagaimana itu. Dibutuhkan waktu untuk membagi semua jarahan. Dan kemungkinan mereka juga memperkosa beberapa wanita saat mereka melakukannya. Aku yakin mereka akan membawa kembali beberapa wanita itu untuk menjadi budak ibu. Bayangkan semua kekayaan yang akan ibu miliki ketika mereka kembali.” Jadi, inilah yang dilakukan Sisera berulang kali sebelumnya. Dia memperkosa wanita dan menjadikan mereka budak seks. Dan mama Sisera mungkin menjawab, “Ya, tentu saja, kamu benar. Dia akan segera kembali.” Tetapi Sisera dan pasukannya tidak pernah kembali. Ironisnya, setelah membuat hidup banyak wanita menjadi mimpi buruk, wanitalah yang membunuh Sisera. Pria yang menggunakan wanita sebagai obyek dibunuh dengan obyek wanita. Jadi, Sisera bukanlah korban yang tidak bersalah dari perang. Dia adalah seorang komandan yang jahat yang mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan. Inilah hukuman Tuhan atas kejahatan Sisera. Keadilan sempurna ditegakkan. Tuhan menghukum orang yang jahat.
Dan Debora mengakhiri nyanyian di ayat 31. Hakim-hakim 5:31 – Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Debora melihat apa yang terjadi pada Sisera dan Yabin sebagai sebuah gambaran awal, sebuah pendahuluan dari apa yang akan Tuhan lakukan kepada semua musuh-Nya. Sebagaimana Tuhan telah membinasakan Sisera dan Yabin, Tuhan akan membinasakan semua musuh-Nya. Saat ini, kita belum melihat semua musuh Tuhan binasa. Tidak semua cerita yang kita tahu memiliki akhir yang bahagia. Tidak semua pemangsa seksual, tidak semua pedagang seks, mendapatkan hukuman. Kita sering melihat orang yang bersalah tidak dihukum. Tetapi hari keadilan yang sempurna akan datang. Suatu hari semua orang akan berdiri di hadapan Tuhan dan harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Dalam cerita ini, kita melihat gambaran sekilas tentang bagaimana semuanya akan berakhir. Semua musuh Tuhan akan binasa. Tetapi mereka yang mengasihi Tuhan akan seperti terbitnya matahari dalam kemegahannya. Mereka akan bersinar terang pada hari keadilan yang sempurna. Jadi, Debora mengkontraskan antara musuh Tuhan dan kekasih Tuhan. Musuh Tuhan akan binasa, dan kekasih Tuhan akan bangkit. Dan Israel aman untuk empat puluh tahun. Inilah Hakim-hakim pasal 5.
Ada sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh kita semua: Apakah kita kekasih Tuhan atau musuh Tuhan? Tuhan adalah Sang Prajurit yang berjuang untuk kekasih-Nya. Tetapi Dia juga Sang Pembalas yang menghancurkan musuh-Nya. Dan sebenarnya kita semua pernah menjadi musuh Tuhan. Kita tidak pantas menerima apa pun kecuali murka Tuhan. Jadi, bagaimana musuh Tuhan bisa menjadi kekasih Tuhan? Lihat Yael. Yael bukanlah bagian dari umat perjanjian Tuhan. Dia bukan bangsa Yahudi, tetapi dia mempertaruhkan segalanya untuk membunuh musuh Tuhan dan membantu umat Tuhan. Dan Debora menyebutnya sebagai wanita yang paling diberkati. Yael adalah seseorang yang menaruh imannya kepada Tuhan dan diberkati oleh Tuhan karenanya. Jadi, bagaimana musuh Tuhan bisa menjadi kekasih Tuhan? Iman mengubah musuh Tuhan menjadi kekasih Tuhan. Tetapi apa yang terjadi dengan dosa? Apa yang terjadi dengan keadilan yang sempurna? Salib terjadi. Tuhan tidak menjadikan musuh-Nya sebagai kekasih-Nya dengan mengorbankan keadilan yang sempurna. Tuhan adalah Tuhan yang adil. Setiap dosa, setiap kesalahan, dan setiap kejahatan harus dihukum. Tuhan tidak bisa menutup mata terhadap dosa.
Tetapi kabar baiknya adalah dosa sudah dihakimi di kayu salib. Tetapi yang dihakimi atas dosa-dosa kita bukanlah kita. Yesus Kristus memikul penghakiman Tuhan atas dosa-dosa kita ke atas dirinya sendiri. Dia menerima tuntutan Tuhan akan keadilan yang sempurna. Dia mengambil paku dan palu ke atas dirinya sendiri. Dia mati dalam kematian yang seharusnya kita alami. Sehingga setiap musuh Tuhan yang menaruh imannya kepada Yesus akan menjadi kekasih Tuhan. Kematian Yesus Kristus di kayu salib memungkinkan seorang musuh Tuhan menjadi kekasih Tuhan. Namun, hal ini tidak berhenti sampai di situ saja. Karena Yesus tidak tetap mati. Pada hari ketiga, Yesus bangkit. Dan kebangkitannya memberi tahu kita bahwa akan ada hari keadilan yang sempurna bagi semua orang yang menolak untuk menaruh iman mereka kepada Yesus. Bagi mereka yang dosa-dosanya belum dihukum dalam kematian Yesus, Tuhan akan menghakimi dan menghukum mereka atas dosa-dosa mereka. Keadilan akan ditegakkan. Tuhan adalah Tuhan yang penuh dengan kasih karunia, tetapi Dia juga Tuhan yang adil. Tetapi bagi mereka yang menaruh iman mereka kepada Yesus, kita dapat menyanyikan nyanyian kemenangan. Kematian dan kebangkitan Yesus telah menjamin nyanyian kemenangan kita karena kemenangan kita adalah partisipasi dalam kemenangan Yesus.
Jadi, dengarkan ini gereja Tuhan. Dan saya tutup dengan ini. Ketika kita berada di dalam Yesus, inilah nyanyian kemenangan kita. Yesus berkata kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, “Kemenanganku adalah kemenanganmu.”
Saat kita lemah, Yesus berkata, “Kekuatanku adalah kekuatanmu.”
Saat kita bingung, Yesus berkata, “Hikmatku adalah hikmatmu.”
Saat kita bersalah, Yesus berkata, “Kebenaranku adalah kebenaranmu.”
Saat kita malu, Yesus berkata, “Kehormatanku adalah kehormatanmu.”
Saat kita terluka, Yesus berkata, “Penghiburanku adalah penghiburanmu.”
Saat kita tertekan, Yesus berkata, “Harapanku adalah harapanmu.”
Saat kita dianiaya, Yesus berkata, “Keadilanku adalah keadilanmu.”
Dan suatu hari, ketika kita dihadapkan dengan kematian, ketika seluruh kekuatan kita, seluruh energi kita dan pada akhirnya nafas kita berhenti, pada saat itu, Yesus berkata, “Hidupku adalah hidupmu.”
Umat Kristus, bersukacitalah dalam kemenangan Yesus. Bermegahlah akan hal ini. Bangun setiap pagi, jalani setiap saat, mengingat kebenaran bahwa kita ada di dalam Yesus. Dan Yesus telah menang untuk kita. Bagi dia sajalah segala kemuliaan. Soli Deo Gloria. Inilah nyanyian kemenangan kita. Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What struck you the most from this sermon?
- “Omnipotence delights in encores.” What are some implications of this truth?
- What does it mean to participate in God’s work? Give some examples.
- What does it mean to savour God’s salvation and how do we do it?
- How does this song of victory point to the gospel?
Sorry, the comment form is closed at this time.