Advancing kingdom culture

Definisi budaya menurut Webster Dictionary, adalah: suatu pola atau perangkat sikap, nilai, tujuan, dan praktek bersama yang membentuk suatu ciri dari suatu kelompok masyarakat, institusi, atau organisasi.

Culture memiliki akar kata “cult” yang berarti penyembahan, pemujaan. 

Ini bisa Berarti penyembahan menentukan kebudayaan.

Cult: the worship or reverential homage rendered a divine being = Penyembahan atau penghormatan kepada sesuatu yang dianggap ilahi atau Tuhan.

Culture: the temporal manifestation of a peole’s faith or religion externalized = Pernyataan orang akan keyakinanya atau imannya kepada agama mereka

KEJADIAN 2:15:

TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

GENESIS 2:15:

Then the LORD God took the man and put him into the garden of Eden to cultivate it and keep it.(NASB)

Cultivate: Mengerjakan dan mempersiapkan tanah supaya tanaman bisa bertumbuh, atau mempersiapkan pikiran untuk menerima dan menumbuhkan sesuatu pemikiran yang menghasilkan.

Budaya sangat penting baik bagi manusia, organisasi, perusahaan, bahkan negara. 

Budaya dapat dipindahkan ke generasi berikutnya. 

Budaya mempunyai kekuatan untuk mengubah manusia tanpa mereka sadari. 

Misalnya, orang Indonesia yang tidak biasa mengantri, namun ketika berada di luar negeri misalnya Sydney maka secara otomatis akan ikut masuk dalam antrian. 

Ini yang disebut atmosfer dari budaya itu memoengaruhi pola prilaku seseorang. 

Atmosfer adalah produk pertama dari budaya.

Budaya membuat manusia melakukan sesuatu tanpa pikir/sadar.

Budaya terbangun dari kebiasaan-kebiasaan yang bernilai. 

Budaya kerajaan terbangun dari kebiasaan-kebiasaan yang bernilai kerajaan.

Budaya kita sangat ditentukan oleh penyembahan kepada penguasa. 

Jika Kristus yang menguasai kehidupanmu maka penyembahan itu harus ditujukan kepada Kristus,

Matius 6:33: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Yesus dalam seluruh keberadaan hidupnya di muka bumi ini selalu menekankan tentang berita Kerajaan Allah. 

Kerajaan Allah harus dimanifestasikan dalam seluruh keberadaan hidup umatNya. Karena itu, Yesus memerintahkan umatNya agar mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. 

Mengapa demikian? 

Mencari disini bukan seperti mencari harta karun. Tetapi mencari disini adalah mengusahakan agar kehendak Allah terjadi dalam kehidupan umatNya. 

Yohanes 4:34: Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” 

Apakah kehendak Bapa dalam hidup manusia?

Mari kita lihat tujuan awal penciptaan manusia. 

KEJADIAN 1:26-28:

  1. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” 
  2. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 
  3. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” 

Ayat-ayat ini merupakan rumusan awal dari tujuan Allah bagi manusia. Atau inilah disebut sebagai Maksud Abadi Allah (MAA) atau bisa juga disebut sebagai Original Intention. 

Apakah Maksud Abadi Allah (MAA) itu? 

Keserupaan dan Kuasa.

MAA ini juga merupakan mandat budaya yang harus dilakukan oleh manusia sebagai ciptaanNya. Mandat budaya ini adalah bagaimana umat Tuhan harus hidup dalam Kerajaan Allah, yaitu:

1. Budaya Keserupaan, dan

2. Budaya Berkuasa

Budaya Keserupaan ini yang harus dikembangkan dan dicapai. Adam telah gagal untuk mengembangkan baik budaya keserupaan dan juga budaya berkuasa. Dalam seluruh sejarah umat Tuhan, dari generasi ke generasi, dari kerajaan kepada kerajaan budaya keserupaan dan berkuasa ini tidak mencapai MAA.

Dalam mandat budaya, kejadian 1:26-28 mempunyai dua tujuan:

1. Tujuan kemasyarakatan (societal): multiply and fill the earth. Hal ini akan menciptakan budaya keserupaan.

2. Tujuan pengembangan (developmental): have dominiom over (berkerajaan/berkuasa atas ciptaan) akan menghasilkan kualitas pelayanan atau budaya berkuasa.

Kejatuhan manusia mengakibatkan penyerahan kekuasaan dari Adam kepada Iblis. Pada awalnya Adam menyembah Tuhan dan melakukan kehendakNya, namun ketika jatuh dalam dosa maka terjadi shifting yaitu Adam melakukan kehendak Iblis dan menyembahnya. 

Sehingga yang terjadi adalah:

1. Penyembahan kafir yang humanis = like mortal man

2. Penyembahan kafir yang animis = created things: birds, animals, reptiles untuk disembah.

Karena itu, ketika Yesus datang ke dalam dunia dan mati di salib untuk mengembalikan kekuasaan awal yang diberikan kepada Adam, tetapi oleh Adam telah diserahkan kepada Iblis. 

Matius 28:18: Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”

Roma 5:15, 17-19, 21: 

15Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus….. (17-19) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar… (21) supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

MAA ini hanya bisa terjadi ketika Sang Firman – Anak Allah – Sang Raja berinkarnasi ke dalam dunia melalui kelahiran Yesus Kristus. 

Karena itu, Kerajaan Allah harus dimulai kembali dari keteladanan budaya keserupaan dan berkuasa pada diri Yesus. 

Dialah yang dikatakan oleh Paulus, 

Kolose 1:27: 

Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!

1 KORINTUS 15:45:

Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.

Yesus merupakan Adam terakhir dan merupakan Imago Dei yang sesungguhnya. 

Filipi 2:6, walaupun dalam rupa Allah’ (ay 6a). 

KJV: ‘being in the form of God’ (= berada dalam bentuk Allah). 

Kata ‘being’ (=berada) itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini ada dalam bentuk present participle. 

William Barclay mengatakan bahwa kata HUPARCHON itu ‘menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah

Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah, dan Ia tetap adalah Allah, dan ini tidak bisa berubah.

Dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang bisa diterjemahkan ‘bentuk’ / ‘rupa’, yaitu MORPHE dan SKHEMA. 

Whilliam Hendriksen:

Apakah dua kata ini – morphe dan Schema – mempunyai arti yang sama? 

Kadang-kadang, dalam literatur Yunani, seperti yang ditunjukkan oleh sembarang lexicon yang baik, keduanya bisa mempunyai arti ‘penampilan lahiriah’, ‘wujud’, ‘bentuk’. 

Dalam konteks tertentu kedua kata itu bisa dibolak-balik. Tetapi pada saat-saat lain ada perbedaan arti yang jelas. Konteks dalam setiap peristiwa harus menentukan).

Dalam Filipi 2:6 ini William Hendriksen menganggap bahwa kata MORPHE itu berbeda dengan SCHEMA. Mengapa? 

Mari kita melihat terjemahan dari NASB di bawah ini:

Philippians 2:6-7 (NASB):

(6) who although He existed in the form of God, did not regard equality with God a thing to be grasped,

 (7) but emptied Himself, taking the form of a bond-servant, and being made in the likeness of men’

 (6) yang sekalipun Ia berada dalam bentuk (MORPHE) Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu untuk dipertahankan,

 (7) tetapi telah mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil bentuk(MORPHE) seorang hamba, dan dijadikan dalam bentuk (SCHEMA) manusia].

Untuk dua kata yang pertama digunakan kata Yunani MORPHE (Yesus sebagai Allah dan sebagai hamba), sedangkan untuk kata yang ketiga digunakan kata Yunani SCHEMA (Yesus sebagai manusia).

William Hendriksen menganggap adanya perubahan dari MORPHE ke SCHEMA menunjukan bahwa di sini ada perbedaan arti antara kedua kata itu. Memang sebagai manusia Yesus tidak terus sama. Ia bertumbuh makin besar, makin tua dalam usia, sehingga tentu berubah dalam wajah / bentuk badan. Ia bisa menjadi kurus (misalnya pada saat berpuasa), dan kembali menjadi gemuk (setelah puasa), dsb. 

Karena itu di sini digunakan  SCHEMA. 

Tetapi sebagai Allah, Ia tidak berubah. Karena itu digunakan MORPHE. 

Juga sebagai hamba, Ia tidak berubah. 

Ia boleh menjadi dewasa, tua, kurus, gemuk, dsb., tetapi Ia akan terus tetap Ia adalah hamba. Dan karena itu di sini juga digunakan MORPHE.

Kata yang digunakan oleh Paulus untuk Yesus yang ada dalam rupa / bentuk Allah adalah MORPHE; yang artinya adalah: kebenaran-Nya yang tidak berubah adalah ilahi. Bagaimanapun SCHEMA luar-Nya berubah, dalam hakekat-Nya Ia tetap ilahi).

Jadi, baik penguraian tentang kata ‘being’ (= ada / berada) maupun kata ‘form’ (= bentuk), menunjukkan ketidak-berubahan Yesus sebagai Allah. 

Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah, 

MALEAKHI 3:6

Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.

YAKOBUS 2:17:

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak sempurna!

Apakah bentuk budaya keserupaan dalam Yesus? 

Ada 4 hal, yaitu:

1. Identitas Baru

2. Pikiran Baru

3. Kebiasaan Baru

4. Perkataan Baru

4 hal ini telah mewakili bagaimana kita membangun budaya keserupaan dalam Yesus. Mari kita lihat 

FILIPI 2:1-11:

  1. Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 
  2. karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 
  3. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 
  4. dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 
  5. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 
  6. yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 
  7. melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 
  8. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 
  9. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 
  10. supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 
  11. dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

1. IDENTITAS BARU

ay. 1 = dalam Kristus. 

Di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru. 

Inilah identitas kita yang baru. Budaya lama telah berlalu digantikan dengan budaya baru di dalam Kristus. Salib Kristus merupakan pertukaran budaya lama ke budaya baru.

Kolose 3:12-13:

12. Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. 

13. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Sebelum menasihatkan apa yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen dalam komunitas mereka, Paulus lebih dahulu mengingatkan mereka tentang siapa mereka (ayat 12a). 

Siapa kita di hadapan Allah seharusnya mempengaruhi apa yang kita lakukan di depan sesama. 

Pendeknya, status mendahului dan menentukan perilaku.

Ada tiga sebutan yang Paulus singgung di sini. 

Kita adalah orang-orang pilihan, Kita adalah orang-orang kudus, Kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. 

Tiga poin ini sangat berkaitan erat. Kita dipilih berdasarkan kasih-Nya supaya kita menjadi kudus. 

EFESUS 1:4-5:

4. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. 

5. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya”.

Di antara tiga sebutan di Kolose 3:12a, penekanan tampaknya diletakkan pada yang terakhir (“yang dikasihi-Nya”). 

Dari sisi konteks, topik pembicaraan memang lebih ke arah kasih. 

Dari sisi urutan kata dalam kalimat, ēgapēmenoi mungkin sengaja diletakkan terakhir supaya langsung menyambung dengan nasihat untuk mengasihi satu sama lain di ayat 12b.

Paulus menasihati jemaat di Kolose untuk mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahhatian, kelemahlembutan dan kesabaran. 

Kata “mengenakan” (endynō) menyiratkan sebuah perubahan (3:9). 

Sama seperti kita mengenakan pakaian yang baru setiap hari, demikian pula kita “mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (3:10). 

Proses menanggalkan (kehidupan lama) dan mengenakan (kehidupan baru) merupakan peristiwa yang sudah, sedang, dan akan terus-menerus terjadi dalam diri kita. Ini bagian dari proses pengudusan yang sudah dimulai oleh Kristus dan diaplikasikan oleh Roh Kudus dalam hidup kita.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.