Penyertaan Tuhan dalam panggilan Tuhan

Keluaran 3:1-14

Keluaran 3:11-14 – Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”

Tahukah anda apa perintah yang paling sering diulang dalam Alkitab? Jangan takut. Tuhan tidak ingin kita hidup dalam ketakutan. Tetapi jika kita boleh jujur, ketakutan adalah pergumulan yang setiap kita alami. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup anda, tetapi saya tahu bahwa banyak dari anda yang sedang menghadapi ketidakpastian. Beberapa dari anda berada di tempat di mana anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan. Anda tidak tahu bagaimana cara memperbaiki hubungan anda dengan pasangan anda. Anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan dengan anak anda. Anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan dengan pekerjaan anda. Anda tidak tahu kemana anda harus melangkah. Atau mungkin anda tahu, tetapi anda takut. Anda takut dengan tantangan yang ada di depan anda. Anda tidak tahu apakah anda memiliki kemampuan yang diperlukan. Anda meragukan diri anda sendiri. Atau mungkin anda berada di titik putus asa. Anda berada dalam masalah yang besar dan anda tidak dapat melihat cahaya di ujung terowongan. Anda tidak dapat melihat jalan keluar. Dan karenanya anda penuh dengan ketakutan. Jika itu anda, saya punya kabar baik untuk anda. Tidak peduli apa yang sedang anda alami, anda bisa memiliki keberanian. Karena keberanian tidak ditemukan dalam apa yang dapat anda lakukan; keberanian ditemukan dalam memiliki kepastian akan siapa yang bersama dengan anda.

Hari ini kita akan melihat sebuah cerita di mana Tuhan menyatakan nama-Nya di dalam Alkitab. Musa bertanya kepada Tuhan, “Siapakah nama-Mu?” dan Tuhan menjawab, “AKU ADALAH AKU.” Dan nama Tuhan memberi tahu kita siapa Tuhan. Dan sewaktu kita mengenal nama Tuhan, nama itu akan merubah segala sesuatu tentang hidup kita. Namun sebelum kita membahasnya, saya akan memberikan konteksnya terlebih dahulu. Musa adalah sosok yang sangat istimewa. Dari ribuan bayi yang mati ketika Firaun memerintahkan agar bayi-bayi yang baru lahir dibunuh, Musa selamat. Tidak hanya selamat, Musa juga diadopsi menjadi anggota keluarga Kerajaan Mesir. Musa dididik sebagai seorang pangeran dari kerajaan terbesar di jamannya. Dia besar dalam kemewahan Mesir. Namun Musa tahu bahwa dia bukanlah seorang Mesir. Dia tahu bahwa dia adalah seorang Israel. Suatu hari, Musa melihat seorang Mesir memukuli seorang Israel, dan dia membunuh orang Mesir itu. Namun keesokan harinya, dia mencoba untuk mendamaikan dua orang Israel yang sedang berkelahi, dan dia terkejut karena mereka tahu bahwa dia telah membunuh seorang Mesir. Berita itu kemudian didengar oleh Firaun dan Firaun berusaha untuk membunuh Musa. Maka Musa lari menyelamatkan diri ke padang pasir dan menetap di tanah Midian, di mana ia menikahi istrinya. Hanya dalam satu hari, Musa kehilangan segalanya. Pangeran Mesir yang ditakdirkan untuk menjadi sosok yang besar telah menjadi gembala bagi kawanan domba mertuanya. Seorang pria yang memiliki segalanya kini tidak memiliki apa-apa.

Dalam bacaan kita hari ini, 40 tahun telah berlalu sejak kejadian yang mengubah hidup Musa. Musa sekarang bukan siapa-siapa. Tetapi kemudian dia bertemu dengan Seseorang. Dan Seseorang ini mengubah hidup Musa selamanya. Dan inilah yang saya yakini. Tidak peduli siapa anda dan apa latar belakang anda. Sama seperti Musa, anda mungkin berpikir bahwa anda bukan siapa-siapa. Tetapi jika anda bertemu dengan Seseorang ini, itu akan mengubah hidup anda selamanya. Mari kita lihat bersama.

Saya memiliki tiga poin untuk khotbah ini: panggilan Tuhan; tujuan Tuhan; nama Tuhan.

 

 

Panggilan Tuhan

Keluaran 3:1-6 – Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.” Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

Saya rasa hidup tidak bisa menjadi lebih buruk bagi Musa. Dia pernah menjadi seorang pangeran dan sekarang dia adalah seorang gembala kambing domba. Dari salah satu posisi tertinggi menjadi salah satu posisi terendah. Dari memiliki segalanya menjadi tidak memiliki apa-apa. Musa sekarang hanyalah seorang pria berusia 80 tahun yang telah kehilangan segalanya. Masa terbaik dalam hidupnya sudah lewat. Masa kejayaannya sudah berlalu. Ini hanyalah hari biasa dalam kehidupan Musa sang gembala, dan dia sedang menggembalakan kawanan kambing domba di gunung Horeb. Lalu tiba-tiba dia melihat semak duri yang menyala dengan api. Tidak ada yang aneh dengan semak duri yang terbakar di padang gurun; itu adalah kejadian yang biasa. Tetapi ada yang berbeda dengan semak duri ini. Semak duri ini menyala dengan api, tetapi api tidak membakar semak duri. Ini aneh. Dan tidak hanya itu, kita juga tahu bahwa api bergantung pada bahan bakar. Ketika tidak ada lagi bahan bakar, api akan padam. Tetapi api ini terus menyala tanpa bahan bakar. Jadi semak duri ini menyala dengan api, tetapi api tidak membakarnya. Dan api ini tidak membutuhkan bahan bakar. Sungguh sebuah misteri.

Ketika Musa melihat semak duri tersebut, dia berkata, “Ini aneh sekali. Coba aku lihat apa yang terjadi.” Dan ketika Tuhan melihat bahwa Dia mendapatkan perhatian Musa, Tuhan memanggil nama Musa dari semak duri. Tuhan kemudian memerintahkan Musa untuk tidak mendekat dan melepaskan sandalnya karena dia berdiri di tanah yang kudus. Melepas sandal adalah tanda hormat dalam banyak budaya Timur. Ini adalah tanda hormat terhadap orang yang memiliki tempat. Sama seperti ketika anda berkunjung ke rumah Roseville hari ini. Anda akan melihat tanda yang bertuliskan, “Tolong lepaskan sepatu atau sandal anda.” Dan jika anda ingin menjadi tamu yang disambut di rumah Roseville, anda sebaiknya menghormati aturan itu. Jika tidak, anda akan menghadapi penolakan yang sangat keras dari para wanita di rumah Roseville. Itulah yang terjadi di sini. Musa berada di hadirat Tuhan di mana Tuhan adalah tuan rumah dan Musa adalah tamunya. Musa berdiri di atas tanah yang kudus. Tetapi perhatikan. Tanah itu kudus bukan karena tanah itu kudus dengan sendirinya; tanah itu kudus karena Tuhan yang kudus ada di sana. Kekudusan Tuhan meliputi Musa sampai-sampai ia takut untuk memandang Tuhan.

Apa yang dapat kita pelajari di sini? Kita perlu memahami bahwa Tuhan adalah Tuhan padang gurun. Mengapa? Karena Tuhan tidak dapat menggunakan orang-orang yang penuh dengan diri mereka sendiri. Tuhan hanya bekerja dengan orang-orang yang tidak berguna. Izinkan saya mengulanginya. Tuhan hanya bekerja dengan orang-orang yang tidak berguna. Sampai kita tiba pada akhir dari diri kita sendiri, kita tidak berguna bagi Tuhan. Dan inilah alasan mengapa Tuhan memimpin Musa ke padang gurun. Selama Musa masih berada di Mesir, selama Musa masih berpikir bahwa dia adalah seseorang, Tuhan tidak dapat memakainya. Hanya ketika Musa berada di padang gurun, hanya ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, Musa bertemu dengan Tuhan. Tahukah anda apa artinya? Ini berarti bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup Musa selama 80 tahun, setiap kehilangan yang dia alami, setiap rasa sakit yang dia derita, setiap jalan memutar yang dia lalui, itu semua terjadi untuk tujuan ini – agar Musa berjumpa dengan semak duri yang menyala dengan api.

Bagi beberapa dari anda, anda mungkin berada di padang gurun hari ini. Anda memiliki sebuah rencana. Anda memiliki sebuah mimpi. Anda memiliki sebuah visi. Tetapi tidak ada yang berjalan seperti yang anda harapkan. Anda mengira bahwa anda seharusnya sudah menjadi seseorang hari ini, tetapi sebaliknya, anda menemukan diri anda berada di padang gurun dimana anda bukan siapa-siapa. Cerita Musa mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan adalah Tuhan padang gurun. Jangan meremehkan padang gurun. Anda mungkin berpikir bahwa anda sedang berada di jalan memutar, padahal sebenarnya anda sedang berada di jalan besar Tuhan. Musa mengira bahwa dia berada di akhir hidupnya, padahal sebenarnya dia berada di awal dari sesuatu yang luar biasa bersama Tuhan. Padang gurun terlihat seperti jalan memutar di mata manusia, tetapi padang gurun adalah rencana Tuhan bagi Musa. Karena hanya ketika Musa berada di padang gurunlah dia melihat semak duri yang menyala dengan api. Perhatikan. Anda tidak bertemu dengan Tuhan ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana anda. Anda cenderung bertemu dengan Tuhan ketika tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana anda. Jadi, jika anda sedang berada di jalan memutar yang panjang saat ini, anda tidak berada disana secara kebetulan. Tuhan menempatkan anda tepat di tempat yang Dia inginkan. Dan pada saat waktunya tiba, Tuhan akan menyatakan diri-Nya kepada anda dan memanggil nama anda. Tuhan selalu mengenal nama anda, tetapi di padang gurunlah anda mengenal nama Tuhan.

 

 

Tujuan Tuhan

Keluaran 3:7-9 – Dan TUHAN berfirman: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.

Bangsa Israel berada di bawah penindasan Mesir selama 400 tahun. Itu adalah waktu yang sangat lama. Dan selama itu, mereka dipukuli, diperlakukan dengan tidak adil, dan disingkirkan dari hak-hak mereka. Mereka diperlakukan sebagai budak. Mereka berseru kepada Tuhan selama 400 tahun dan tidak ada jawaban. Sepertinya Tuhan tidak mendengar. Sepertinya Tuhan tidak peduli. Sepertinya Tuhan tidak hadir. Tetapi kemudian Tuhan datang kepada Musa dan berkata, “Aku selalu hadir. Aku telah memperhatikan kesengsaraan umat-Ku. Aku telah mendengar seruan mereka. Aku telah melihat penderitaan mereka. Dan Aku akan melakukan sesuatu untuk mereka.” Tuhan dalam Alkitab bukanlah Tuhan yang jauh; Dia adalah Tuhan yang dekat. Dia melihat. Dia mendengar. Dia tahu. Tetapi bukan hanya itu saja. Dia juga adalah Tuhan yang bertindak. Dia tidak tinggal diam terhadap penderitaan umat-Nya.

Jadi Tuhan berkata kepada Musa, “Aku tahu tentang penderitaan umat-Ku, dan Aku datang untuk melakukan sesuatu tentang hal itu. Aku akan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Apakah menurutmu Firaun berkuasa? Aku akan menunjukkan kepadamu siapa yang berkuasa. Aku akan membebaskan umat-Ku. Aku akan membawa mereka ke Tanah Perjanjian. Aku akan membawa bangsa Israel ke tempat orang Kanaan dan Aku akan memberikan tanah mereka kepada bangsa Israel. Aku akan melakukan semua itu Musa.” Tuhan yang melihat, mendengar, dan mengetahui penderitaan umat-Nya adalah Tuhan yang menyelamatkan umat-Nya. Anda hampir dapat mendengar suara drum roll di latar belakang. Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan Israel datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Tuhan sedang bergerak. Ini seperti perasaan yang anda dapatkan ketika anda menonton Chronicles of Narnia dan mendengar bisikan, “Aslan akan datang. Aslan sedang bergerak. Singa yang gagah dan perkasa sedang dalam perjalanan untuk menyelamatkan Narnia.” Ada perasaan gembira, sukacita, dan antisipasi atas apa yang akan Tuhan lakukan. Bangsa Mesir dan bangsa Israel akan melihat kekuatan Tuhan yang mahakuasa.

Namun, lihat apa yang terjadi selanjutnya. Keluaran 3:10 – Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir. Ini sangat antiklimaks. Tuhan menghentikan drum roll dan berkata, “Sekarang Aku ingin kamu pergi untuk-Ku.” Musa pasti berpikir, “Dengan siapa Tuhan sedang berbicara? Apakah ada orang lain di sini? Tunggu. Tuhan, maksud-Mu, aku? Musa yang berusia 80 tahun yang bukan siapa-siapa ini? Engkau ingin aku pergi menghadap Firaun untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir? Apa Engkau bercanda?” Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Inilah cara Tuhan selalu bekerja. Pertama, Tuhan menggunakan kata ganti orang pertama untuk memberitahukan kepada Musa bahwa Tuhanlah yang akan melakukannya, bukan Musa. Tuhan terus berkata, “Aku, aku, aku, aku ….” Tetapi kemudian Tuhan berkata kepada Musa, “Jadi sekarang, pergilah.” Apa yang terjadi? Apakah Tuhan tidak bisa melakukannya sendiri? Tentu bisa. Tuhan dapat melakukannya sendiri. Dia adalah Tuhan yang maha kuasa. Dia tidak membutuhkan siapa pun. Dia tidak dapat dihentikan. Namun Tuhan memilih untuk mengundang Musa mengambil peran dalam cerita Tuhan. Musa mungkin berpikir bahwa dia telah berada di penghujung hidupnya. Dia sudah tua. Yang menantinya hanyalah peti mati. Seseorang telah menjadi bukan siapa-siapa. Namun ketika seseorang telah menjadi bukan siapa-siapa, ia menerima undangan untuk berperan dalam cerita terbesar. Anda bisa lihat? Setiap penderitaan yang Musa alami, setiap jalan memutar yang ia lalui, semuanya adalah untuk tujuan ini. Musa harus menjadi bukan siapa-siapa agar Sang Seseorang dapat mengundangnya untuk mengambil peran dalam cerita terbesar. Dan perhatikan jawaban Musa atas undangan Tuhan. Jawaban yang klasik.

Keluaran 3:11-12 – Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.”

Musa menjawab, “Tuhan, siapakah aku ini?” Ini bukan Musa sedang mengalami krisis identitas. Musa tahu persis siapa dirinya. Dia adalah seorang pangeran Mesir yang menjadi gembala kawanan kambing domba mertuanya. Dan karena dia tahu persis siapa dirinya, dia menyadari bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk panggilan Tuhan. Dia mungkin berpikir, “Tuhan, seandainya saja Engkau memanggilku 40 tahun yang lalu… seandainya saja aku masih menjadi pangeran Mesir… seandainya saja aku masih memiliki banyak sumber daya… tetapi sekarang sudah terlambat. Aku hanyalah orang tua yang tidak punya apa-apa. Siapakah aku sehingga aku harus pergi? Tuhan, Engkau datang pada orang yang salah pada waktu yang salah. Aku tidak memenuhi syarat untuk panggilan-Mu.” Dan tahukah anda apa yang Tuhan katakan kepada Musa? Tuhan mengatakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan apa yang budaya kita katakan. Budaya kita berkata, “Musa, kamu tidak boleh berpikir negatif. Kamu harus berpikir lebih tinggi tentang dirimu sendiri. Kamu lebih baik dari yang kamu kira. Coba pikirkan. Kamu pernah menjadi pangeran Mesir. Kamu memiliki pendidikan Mesir. Kamu tahu bagaimana orang Mesir berpikir. Tuhan bisa menggunakan orang sepertimu dalam tim-Nya. Selain itu Musa, suatu hari nanti orang-orang akan membicarakanmu. Mereka akan membuat film tentangmu. Namamu akan dikenal di seluruh dunia. Kamu harus percaya diri, Musa. Kamu pasti bisa. Jadi, ulangi perkataan ini, ‘Aku bisa. Aku mampu. Aku kuat…’” Itulah budaya kita.

Tetapi Tuhan dalam Alkitab sangat berbeda. Tuhan tahu bahwa Musa tidak memiliki apa yang diperlukan untuk melakukan panggilan Tuhan. Bahkan, Tuhan menunggu sampai Musa benar-benar menyadari bahwa ia tidak dapat melakukannya. Mengapa? Karena Tuhan tidak membutuhkan Musa untuk memiliki percaya diri yang tinggi. Seluruh pengalaman di padang gurun dirancang oleh Tuhan untuk menghancurkan kepercayaan diri Musa sehingga Musa dapat percaya hanya kepada Tuhan. Pada saat ini, Musa merasa tidak aman, Musa merasa tidak yakin, tidak siap, tidak sanggup. Dan pada saat inilah Tuhan datang kepada Musa dan berkata, “Sekarang kamu siap.” Lalu, bagaimana Tuhan menjawab keberatan Musa? Tuhan berkata, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?” Jangan lewatkan ini. Saya ingin kata-kata ini tertanam di dalam hati, otak, pikiran, dan tubuh anda. Saya ingin anda benar-benar mengerti apa yang Tuhan katakan. Tuhan berkata kepada Musa, “Aku tahu kamu bukan siapa-siapa. Aku tahu kamu tidak memenuhi syarat. Aku tahu kamu tidak bisa melakukannya. Tetapi itu tidak masalah karena Aku akan menyertaimu. Kamu tidak bisa, tetapi Aku bisa. Akulah yang akan melakukannya. Aku tidak membutuhkanmu untuk kuat, karena Aku kuat.” Dengan kata lain, Tuhan berkata kepada Musa, “Yang penting bukanlah siapa kamu, tetapi siapa Aku. Jadi berhentilah melihat dirimu sendiri dan lihatlah Aku.”

Dan kemudian Tuhan melanjutkan, “Aku akan memberimu sebuah tanda. Kamu akan tahu bahwa Aku menyertaimu karena kamu akan kembali ke gunung ini bersama bangsa Israel dan kamu akan beribadah kepada-Ku.” Apakah anda melihat ada yang aneh dengan tanda ini? Biasanya, anda menginginkan sebuah tanda untuk mendapatkan kepastian untuk melakukan apa yang diperintahkan kepada anda, benar? “Tuhan, berikan aku tanda sehingga aku yakin dan kemudian aku akan pergi.” Tetapi Tuhan berkata sebaliknya. Tuhan berkata kepada Musa, “Pergilah dan kamu akan melihat tandanya.” Ini berarti Musa harus melangkah dengan iman dan percaya kepada Tuhan terlebih dahulu sebelum dia melihat tanda bahwa Tuhan menyertainya. Bukan ‘lihat lalu percaya’, Tuhan ingin Musa ‘percaya lalu lihat’. Tuhan mengajar Musa untuk hidup berdasarkan iman dan bukan berdasarkan apa yang kelihatan.

Saudara, perhatikan. Seringkali tujuan kita tentang hidup kita terlalu kecil. Ya, Tuhan mengasihi kita. Ya, Tuhan peduli terhadap kita. Ya, Tuhan menyelamatkan kita. Tetapi itu bukanlah akhir dari cerita. Itu hanyalah awal dari cerita yang lebih besar. Tuhan ingin setiap kita mengambil peran dalam cerita keselamatan-Nya. Bangsa Israel hidup di bawah perbudakan Mesir. Tetapi hari ini, kita hidup di dunia yang berada di bawah perbudakan dosa. Jeritan umat Tuhan telah sampai kepada Tuhan dan Tuhan berkata bahwa Dia akan melakukan sesuatu tentang hal itu. Dia akan bertindak. Dia akan membebaskan umat-Nya dari belenggu dosa. Dia akan melakukan semua pekerjaan yang berat. Dan Dia sudah melakukannya. Salib Kristus adalah jawaban Tuhan atas seruan umat-Nya. Tetapi kemudian Dia ingin kita pergi untuk Dia. Dia ingin kita menjadi pembawa kabar baik-Nya kepada dunia. Tuhan ingin menggunakan kita untuk tujuan-Nya. Anda bisa lihat? Setiap kali Tuhan memanggil seseorang, Tuhan selalu mengutus mereka. Selalu. Perhatikan ini. Tuhan tidak memanggil kita hanya untuk menyelamatkan kita; Tuhan memanggil kita untuk tujuan-Nya. Kita dipanggil oleh Tuhan untuk pergi bagi Tuhan.

Keberatan utama setiap kali saya berbicara tentang hal ini adalah, “Aku tidak yakin apakah aku memiliki apa yang diperlukan untuk melakukan panggilan Tuhan.” Bukankah itu yang Musa katakan kepada Tuhan? “Tuhan, aku tidak memiliki apa yang diperlukan untuk melakukan apa yang Engkau ingin aku lakukan.” Dan Tuhan menjawab, “Aku tahu kamu tidak sanggup, tetapi ini bukan tentang kamu karena Aku akan menyertaimu.” Itulah intinya. Kita tidak dapat melakukannya tetapi Tuhan dapat melakukannya, dan Tuhan menyertai kita. Phillip Ryken mengatakannya dengan indah. “Cerita Keluaran tidak bergantung pada kompetensi Musa, tetapi pada kehadiran Tuhan.” Dengan kata lain, Tuhan tidak mencari orang-orang yang berkualitas. Dia mencari orang-orang yang tidak memenuhi syarat yang tahu bahwa Tuhan menyertai mereka.

Salah satu kebohongan yang sering kita dengar adalah bahwa jika kita ingin melakukan sesuatu yang signifikan, kita harus menjadi seseorang yang luar biasa. Izinkan saya mengatakan apa adanya kepada anda. Kita tidak luar biasa. Kita tidak lebih baik dari orang lain. Kita hanya rata-rata. Kita tidak istimewa, dan kita tidak harus menjadi istimewa. Kita tidak harus mendapatkan nilai HD untuk dapat berperan dalam cerita Tuhan. Tuhan ahli dalam menggunakan orang-orang yang mendapatkan nilai F. Tuhan memiliki spesialisasi dalam menggunakan orang-orang yang tidak mampu. Siapa kita tidak sepenting siapa Tuhan. Panggilan Tuhan bukanlah tentang kita memiliki apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan Tuhan. Panggilan Tuhan adalah tentang Tuhan yang mencapai tujuan-Nya melalui kita. Ini bukan cerita kita; ini adalah cerita Tuhan. Dan Tuhan mendapatkan kemuliaan dengan menggunakan bejana yang lemah seperti kita. Saya akan mengatakannya dengan cara yang berbeda. Tuhan memakai kita bukan karena kita memenuhi kualifikasi, tetapi karena Dia mendapat kemuliaan dengan memakai orang-orang yang lemah dan hancur seperti kita. Itulah sebabnya Tuhan tidak melihat resume kita; Dia melihat kesediaan kita. Kita tidak sanggup untuk melakukan panggilan Tuhan, tetapi Tuhan sanggup. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa Tuhan menyertai kita.

Pertanyaan lain yang sering saya dapatkan adalah, “Bagaimana aku bisa yakin bahwa Tuhan akan menyertai aku?” Jawabannya adalah kita tidak akan tahu sampai kita pergi. Kita tidak akan mengalami penyertaan Tuhan bersama kita sampai kita melangkah dengan iman dan pergi untuk Tuhan. Tanda yang Tuhan berikan kepada Musa bahwa Dia menyertai Musa adalah bahwa dia akan kembali ke gunung Horeb bersama bangsa Israel untuk beribadah kepada Tuhan. Yang berarti Musa tidak akan tahu sampai dia pergi. “Tapi itu terlalu berisiko.” Tentu saja. Apa yang tidak berisiko untuk mengatakan kepada orang yang paling berkuasa dari kerajaan yang paling besar pada saat itu, “Beginilah firman Tuhan, biarkanlah umat-Ku pergi!”? Musa bisa saja dibunuh di tempat. Tetapi sampai kita pergi, sampai kita mengambil langkah iman, sampai kita mengambil risiko, kita tidak akan mengalami penyertaan Tuhan yang maha kuasa bersama kita. Pada saat-saat ketidakpastianlah Tuhan membuktikan diri-Nya setia kepada kita. Dan saya mengerti betapa tidak nyamannya hal ini, tetapi itulah cara Tuhan bekerja.

Ada dua kali dalam hidup saya dimana Tuhan meminta saya untuk melakukan sesuatu yang sangat berat dan berisiko. Yang pertama adalah sewaktu saya memulai ibadah bahasa Inggris di awal tahun 2018, dan yang kedua adalah ketika Tuhan menaruh di hati saya untuk merintis gereja. Dan Tuhan menggunakan bacaan khotbah hari ini untuk menguatkan saya di dua pengalaman tersebut. Saya tahu persis apa yang Tuhan ingin saya lakukan tetapi saya merasa sangat tidak sanggup untuk melakukannya. Saya berkata kepada Tuhan, “Aku tidak bisa melakukannya. Ini terlalu berat. Ini terlalu berisiko. Ini terlalu menyakitkan. Harganya terlalu mahal. Aku tidak memiliki apa yang diperlukan. Tuhan, Engkau datang kepada orang yang salah.” Saya sangat takut. Saya sangat cemas. Saya menangis berminggu-minggu. Saya adalah Musa. Dan kemudian Tuhan menaruh sebuah kata dengan sangat jelas dalam hati saya. Dan kata itu adalah dansa. Tuhan sedang berkata kepada saya, “Yosi, ini waktunya kita berdansa. Maukah kamu berdansa dengan-Ku? Aku tahu kamu tidak bisa, tetapi Aku bisa. Aku tahu kamu tidak mampu, tetapi Aku mampu. Aku ingin kamu berdansa dengan-Ku. Kamu hanya perlu memegang tangan-Ku dan Aku akan memimpinmu. Aku akan menyertaimu di setiap langkah. Kamu hanya perlu memegang tangan-Ku.” Dan saya percaya Tuhan sedang mengatakan hal yang sama kepada banyak dari anda hari ini. “Jangan takut. Aku akan menyertaimu. Kamu hanya perlu memegang tangan-Ku.”

 

 

Nama Tuhan

Keluaran 3:13-14 – Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”

Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang paling mengagumkan di seluruh Alkitab. Musa berkata kepada Tuhan, “Bangsa Israel akan ingin tahu siapa yang mengutus aku. Aku perlu tahu nama-Mu. Aku tidak bisa berkata kepada mereka, ‘Aku lagi berada di Midian, dan semak duri yang menyala dengan api berbicara kepadaku. Dan semak duri itu mengutus aku kepadamu.’ Itu terdengar seperti lelucon. Tuhan, aku membutuhkan sebuah nama. Siapa nama-Mu?” Dan untuk mengetahui nama seseorang dalam budaya itu bukan hanya sekedar mengetahui bagaimana harus memanggil seseorang. Sebuah nama mewakili seluruh karakter dan reputasi seseorang. Dan Tuhan menjawab dengan agung, “AKU ADALAH AKU.” Dalam bahasa Ibrani, kata itu adalah “ehyeh aser ehyeh.” Dalam bahasa Ibrani, nama ini ditulis sebagai YHWH, Yahweh. Ini adalah nama kudus Tuhan. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, setiap kali kita melihat kata TUHAN dalam huruf besar, itu adalah terjemahan langsung dari YHWH.

Apa artinya ketika Tuhan mengatakan bahwa nama-Nya adalah ‘AKU ADALAH AKU’? Teks ini memberikan kita petunjuk tentang arti nama tersebut melalui semak duri yang menyala dengan api. Bagaimana mungkin api dapat terus menyala tanpa bahan bakar? Saya akan memberikan empat makna di balik nama ‘AKU ADALAH AKU’.

Pertama, Tuhan itu kekal (eternal). Jika anda memiliki anak, anak anda pasti akan bertanya hal ini. “Siapa yang menciptakan Tuhan?” Jawabannya adalah, “Tidak ada.” Tuhan tidak memiliki awal dan akhir. Kemarin, hari ini, dan besok, Tuhan selalu adalah ‘AKU ADALAH’. Dia tidak hidup di dalam waktu. Waktu adalah ciptaan-Nya.

Kedua, Tuhan itu ada dengan sendirinya (self-existent). Dia tidak membutuhkan siapa pun atau apa pun selain diri-Nya sendiri. Dia aman dengan sendirinya. Dia adalah penyebab yang tidak memiliki sebab dari segala sesuatu, dan segala sesuatu bergantung pada Dia. Setiap galaksi ada karena Dia. Tidak ada realitas sebelum Dia.

Ketiga, Tuhan itu cukup dengan sendirinya (self-sufficient). Tuhan tidak memiliki kebutuhan. Dia adalah mata air yang akan terus mengalir dan tidak akan pernah kering. Seperti semak duri yang terus menyala dengan api tanpa bahan bakar, Tuhan selalu cukup dengan sendirinya dalam segala situasi. Dia tidak pernah menjadi lelah. Nyala api Tuhan tidak akan pernah padam.

Keempat, Tuhan itu tidak bisa berubah (immutable). Tuhan adalah kesempurnaan yang absolut dan tidak dapat ditingkatkan. Dia tetap sama kemarin, hari ini, dan selamanya. Dia tidak dapat berubah menjadi lebih buruk ataupun lebih baik. Tidak ada perkembangan di dalam Tuhan. Dahulu Dia adalah Tuhan, sekarang Dia adalah Tuhan, dan selamanya Dia adalah Tuhan. Tidak ada yang dapat mengubah Tuhan, dan tidak ada yang dapat menggerakkan Dia.

Inilah yang dimaksud ketika Tuhan berkata, ‘AKU ADALAH AKU.’ Segala sesuatu bergantung pada Tuhan dan Tuhan tidak bergantung pada apa pun kecuali diri-Nya sendiri. Dan Tuhan berkata kepada Musa, “Aku akan menyertai engkau.” ‘AKU ADALAH AKU’ ada bersama Musa, dan itu cukup.

Jika kita menerima kebenaran bahwa Tuhan adalah ‘AKU ADALAH AKU’, hal ini sangat merendahkan kita dan sekaligus membebaskan kita. Alasan mengapa hal ini sangat merendahkan kita adalah karena kita tidak memiliki alasan untuk menyombongkan diri. Tidak peduli seberapa tinggi posisi kita, kita tidak bisa berkata, “Alasan aku berada di sini adalah karena aku bekerja keras. Ini karena aku masuk ke sekolah yang tepat. Ini karena aku baik. Ini karena aku pintar,” dan sebagainya. Karena jika Tuhan adalah ‘AKU ADALAH AKU’, itu berarti semua yang kita miliki diberikan kepada kita. Tuhanlah yang memberikan kita talenta. Tuhanlah yang memberikan kita kesempatan. Tuhanlah yang memberikan kita kemampuan. Jika Tuhan tidak memberikannya kepada kita, kita tidak akan memiliki apa-apa. Segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan. Dia adalah sumber dari segala sesuatu. Jika nama Tuhan adalah ‘AKU ADALAH’, tahukah anda siapa nama kita? ‘Aku bukanlah.’ Aku bukanlah pusat dari segala sesuatu. Aku bukanlah pemegang kendali. Aku bukanlah solusi. Aku bukanlah pembuat keputusan. Aku bukanlah pemilik segalanya. Hal ini sangat merendahkan dan menghancurkan ego kita. Ini menyakitkan. Tetapi jika kita memeluk rasa sakit ini, ini sangat membebaskan. Mengapa? Karena itu berarti tidak ada yang bergantung pada kita. Bukan kita yang membuat dunia ini berjalan. Kita tidak perlu selalu khawatir karena berpikir bahwa semuanya bergantung pada kita. Kita bisa tenang. Tidak ada yang bergantung pada kita. Segala sesuatu bergantung pada Tuhan. Bukan kita yang penting, tetapi Tuhan. Dan Tuhan yang luar biasa yang memiliki segalanya dan tidak membutuhkan apa pun menyertai kita. Jadi, mengapa kita khawatir?

Namun inilah pertanyaan utama dari teks ini. Bagaimana Tuhan yang agung ini dapat menyertai kita? Inilah realitas dari kondisi kita. Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan, tetapi pada saat yang sama kita juga tidak dapat hidup bersama dengan Tuhan. Kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan karena kita diciptakan untuk Tuhan, dan kita bergantung pada Dia. Tetapi pada saat yang sama, kita tidak dapat hidup bersama dengan Tuhan karena kita telah memberontak terhadap Tuhan dan kita berdosa. Kita tidak ingin Tuhan menjadi pusat kehidupan kita. Kita ingin segala sesuatu berorbit di sekitar kita. Kita ingin memegang kendali. Dan ketika kita bertemu dengan Tuhan, kita hancur. Jadi, bagaimana mungkin Tuhan yang ‘AKU ADALAH AKU’ dapat menyertai kita? Saya berikan jawabannya. Cerita ini sering dikenal sebagai cerita semak duri yang menyala dengan api. Tetapi pertanyaan besar dari cerita ini bukanlah, “Bagaimana semak duri bisa menyala dengan api namun tidak terbakar?” Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana Musa bisa dekat dengan Tuhan dan tidak terbakar?” Karena Musa berdiri di tanah yang kudus. Ketika Tuhan berkata kepada Musa, “Tanggalkan kasutmu. Kamu berada di tanah yang kudus,” Tuhan sedang berkata, “Musa, kamu sudah berdiri di zona bahaya. Kamu berada di hadirat-Ku yang kudus.” Bagaimana mungkin orang yang berdosa dapat berdiri di hadirat Tuhan yang kudus?

Inilah jawabannya. Ada satu tokoh lagi dalam perjumpaan ini. Dia hanya muncul sebentar, lalu menghilang. Keluaran 3:2 – Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Ada malaikat Tuhan dalam cerita ini. Dan api dari semak duri yang menyala itu adalah penampakannya. Dan ketika semak duri yang menyala api itu menarik perhatian Musa, ada suara yang memanggil Musa dari semak duri. Tetapi Keluaran memberitahu kita bahwa bukan suara malaikat yang memanggil Musa, tetapi Tuhanlah yang berbicara. Malaikat Tuhan berubah menjadi Tuhan. Jadi, siapakah ‘malaikat Tuhan’ ini? Ribuan tahun kemudian, terjadi perdebatan antara seorang rabi muda dengan kelompok ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat berkata, “Siapa kamu sehingga kamu dapat berkata bahwa kami salah? Kami adalah anak-anak Abraham. Apakah kamu mengatakan bahwa kamu lebih besar daripada Abraham? Kamu bahkan belum berumur 50 tahun, dan kamu berkata bahwa kamu telah melihat Abraham? Kamu gila.” Kemudian rabi muda ini memandang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi dan mengatakan hal yang sangat mengejutkan. Yohanes 8:58 – Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Perhatikan Bahasa Inggrisnya. John 8:58 – Jesus said to them, “Truly, truly, I say to you, before Abraham was, I am.” Ini adalah sebuah perkataan yang sangat tidak masuk akal. Dan secara tata bahasa juga salah. Guru bahasa Inggris kita mengajarkan bahwa tata bahasa yang benar adalah, “Before Abraham was, I was” yang membuat Yesus menjadi orang yang sangat amat tua. Tetapi bukan itu yang Yesus katakan. Jika Yesus mengatakan “I was” maka orang-orang Farisi dan ahli Taurat akan diam saja. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli Taurat sangat marah kepada Yesus dan mereka langsung ingin membunuh Yesus. Mengapa? Karena mereka tahu persis apa yang Yesus maksudkan. Yesus berkata, “Nama Tuhan yang kamu puja, nama Tuhan yang tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir, nama Tuhan yang kekal, ‘AKU ADALAH AKU’, itulah aku. Akulah dia.”

Inilah alasan mengapa Musa dapat berada di hadirat Tuhan yang kudus dan tidak hancur. Malaikat Tuhan yang juga adalah Tuhan sendiri menjadi perantara antara Tuhan dan Musa. Tuhan itu kudus. Tidak ada orang berdosa yang dapat berada di hadirat-Nya. Dia adalah api yang menghanguskan. Namun api Tuhan tidak menghanguskan semak duri dan Musa. Karena malaikat Tuhan itu tidak lain adalah Yesus Kristus. Yesus adalah alasan mengapa api Tuhan tidak membunuh Musa. Tuhan begitu kudus sehingga Dia tidak dapat melihat dosa, tetapi Tuhan begitu mengasihi sehingga Dia membuat jalan agar Dia dapat bersama dengan umat-Nya. Tuhan mengutus anak-Nya yang tunggal untuk menanggung murka Tuhan atas dosa sehingga Tuhan dapat menyertai kita. Di kayu salib, Yesus dibakar oleh api murka Tuhan. Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa sehingga kita yang menaruh iman kita kepada Yesus tidak akan hangus oleh api murka Tuhan.

Dan tidak hanya itu, ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, ‘AKU ADALAH AKU’ tinggal di dalam kita. Kita memiliki Roh Kudus. Dan jika Tuhan yang kekal, Tuhan yang ada dengan sendirinya, Tuhan yang cukup dengan sendirinya, Tuhan yang tidak dapat berubah ada bagi kita dan Dia menyertai kita, apakah kita menyadari apa yang dapat Dia lakukan melalui kita? Saya tidak tahu apa panggilan Tuhan untuk anda, tetapi saya berdoa agar anda berhenti hidup dalam cerita kecil anda dan mulai berperan dalam cerita agung Tuhan. Ya, itu berisiko. Ya, itu mahal. Ya, itu menyakitkan. Tetapi anda tidak akan melakukannya sendirian. Tuhan akan menyertai anda di setiap langkah. Yang perlu anda lakukan hanyalah memegang tangan-Nya dan Dia akan memimpin dansa. Jadi, pertanyaanya adalah, maukah anda memegang tangan Tuhan dan berdansa dengan Dia? Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

  1. What struck you the most from the sermon?
  2. Why should you not despise seasons of wilderness?
  3. God said to Moses, “But I’ll be with you.” What does it say about God and his purpose for your life?
  4. Why is the truth that God is “I am who I am” both humbling and liberating?
  5. How does the gospel compel you to dance with God?

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.