30 Jun Hati Yang Hidup
Bicara soal hati berarti membicarakan sesuatu yang sangat pribadi. Tidak ada orang lain yang bisa mengetahui hati kita masing-masing kecuali diri kita sendiri dan Tuhan. Yang menyedihkan adalah orang yang tidak tahu hatinya sendiri. Tahukah engkau akan hatimu sendiri? Kita bisa membohongi siapa saja tetapi tidak terhadap hati kita sendiri! Yer 17:9-10 berkata, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu, siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, Tuhan, yang menguji hati, yang menguji batin…” Hati manusia pada dasarnya adalah jahat, licik. Didalam New Living Translation disebutkan “wicked” artinya hati kita sesat! Kita tahu semua bahwa Allah melihat hati dan bukan penampilan luar. Waktu Ia akan memilih seorang raja untuk Israel, Allah menemukan Saul atau Daud, yaitu orang yang berkenan di hati-Nya. Setiap tokoh di Alkitab dipilih Allah karena hatinya berkenan kepada Allah. MAz 69:33, “Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah biarlah hatimu hidup!” Tahukah saudara bahwa Allah tidak tertarik dengan segala sesuatu yang mati? Allah hanya tertarik kepada yang hidup! Itulah sebabnya Yesus pernah berkata, “BIarlah orang mati menguburkan orang mati…” Rom 12:1 berkata, “…supaya kamu mempersembahkan tubuhmu yang hidup…” Ibadah yang sejati bukanlah kegereja setiap minggu, sibuk melayani, banyak berdoa dan puasa, melainkan kita memberikan hidup yang berkenan, hati yang hidup kepada Allah. Banyak orang Kristen pelayanannya “hidup” artinya ia kelihatan sibuk bahkan luar bisa didalam pelayanan tetapi sesungguhnya hatinya terhadap Allah mati! Mati artinya terputus, tidak bekerja lagi. Hati yang mati tidak akan menghasilkan apa-apa, sama halnya seperti orang yang sudah mati, tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Itulah sebabnya banyak orang Kristen yang dari luar kelihatan hidup tetapi didalamnya sudah mati. Yang menyedihkan adalah orang Kristen yang berpikir dia hidup padahal sudah mati!
Hari ini kita akan melihat 2 tokoh terkenal yang keduanya sama-sama dipanggil, dipilih, diurapi, dipakai oleh Allah tetapi akhir hidup mereka berbeda karena mereka mempunyai hati berbeda.
Saul dan Daud adalah dua orang yang memulai dari garis yang sama tetapi hanya satu yang mencapai garis finish. Saul hatinya “mati” ditengah jalan sedangkan Daud berhasil menjaga hatinya tetap “hidup” sampai pada akhir. Coba saudara baca 1Sam 15 dan Maz 51 sebelum saya akan membawa saudara melihat perbedaan hati mereka terhadap Allah.
Setelah saudara membacanya, kita tahu bahwa Saul berbuat salah karena ia tidak melakukan seperti yang Tuhan pertintahkan. Saul sudah berdosa. Untuk dipulihkan Saul harus minta ampun kepada Allah, amin? Tetapi lihat ayat 25, Saul meminta ampun bukan kepada Allah tetapi kepada Samuel, ia tidak mengandalkan Tuhan. Yang kedua, Saul mau menyembah Tuhan dengan syarat nabi Samuel ikut bersama dia. Hati Saul sudah mati! Ia sudah tidak bisa mengerti lagi apa kehendak Allah itu. Yang dipikirkan hanya dirinya sendiri, terbukti dari perkataan Saul, “aku telah berdosa, tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang didepan para tua-tua bangsaku dan didepan orang Israel…” Hati yang mati, membuat Saul menjadi orang yang egois, yang ia pikirkan bukanlah pengampunan dari Allah tetapi menyelamatkan “muka”nya dari tua-tua bangsa dan seluruh orang Israel. Ciri-ciri orang yang hatinya mati adalah ia mulai lebih memikirkan dirinya sendiri daripada Allah dan ia selalu mencari-cari alasan atas perbuatanya, ay 14-15. Hati Saul yang mati membuat ia kehilangan jabatan raja dan membuat Tuhan menyesal atas Saul!
Daud juga tidak luput dari kesalahan, ia sempat berdosa terhadap Tuhan karena hubungannya dengan Batsyeba, tetapi Maz 51 mencatat bahwa Daud mencari pengampunan dari Tuhan. Ia langsung tersunggkur meminta ampun kepada Tuhan! Daud mengerti bahwa Allah lebih menyukai hati yang hancur daripada korban. Hati Daud tidak mati, walaupun ia sempat jatuh dalam dosa, tetapi karena hatinya tetap terpaut kepada Allah, membuat hati Daud cepat untuk bertobat dan merendahkan diri. Daud langsung mengakui dosanya waktu ditunjuk oleh nabi Natan, ia tidak memberikan alasan-alasan. Tuhan melihat hati dan menguji batin Daud! Saat itu juga Tuhan melihat hati Daud yang sungguh-sungguh menyesal dan Tuhan mengampuni (lihat 2Sam 12:13). Pada akhirnya Daud dipulihkan Tuhan! Akhir hidup Saul sangat memalukan sebagai orang yang pernah dipanggil, dipilih dan diurapi sebagai raja Israel. Saul mati bunuh diri! (1Sam 31:4). Hati yang mati membuat rencana Tuhan atas Saul tidak terjadi. Sekarang mari kita lihat Daud sebelum ia meninggal. 2Sam 23:1 adalah apa yang alkitab katakan tentang Daud, “Inilah perkataan Daud yang terakhir: “Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel.” Berbeda dengan Saul yang dikenal sebagai raja yang bunuh diri, Daud dikenal sebagai orang yang diabgkat tinggi Tuhan, diurapi Allah dan pemazmur yang disenangi di seluruh Israel! Hati yang hidup membuat penyertaan Tuhan dan promosi Tuhan atas hidup Daud. 2Sam 23 adalah kesaksian Daud sebelum meninggal tentang pengalaman hidupnya dengan Tuhan. Daud telah menjaga hatinya untuk tetap hidup kepada Allah.
Yeh 18:31-32 mengajarkan supaya kita bertobat maka kita akan hidup! Yeh 36:26 adalah janji Tuhan buat kita: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru didalam batinmu, dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” Mari kita menjaga hati yang baru ini dengan baik-baik supaya hati kita tetap “hidup” kepada Allah, sebagai persembahan yang hidup dan berkenan. Amin.
No Comments