Intimate Relationship With GOD – Oct 12

By Ps Samuel Yusuf

 

Sangat sering terjadi bahwa pengalaman terburuk yang kita alami merupakan titik awal dari sebuah kemenangan terbesar yang akan mempengaruhi hidup kita sepanjang masa. Pengalaman Taman Getsemani dan Bukit Golgota adalah dua buah pengalaman yang sangat menyakitkan dan menakutkan bagi Tuhan Yesus.

 

“lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. ” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” – Matius 26:38-39

 

Tuhan Yesus mengajak ketiga orang yang terdekatNya (Petrus, Yakobus dan Yohanes) untuk berdoa bersama ketika Dia menghadapi klimaks dari semua rencana Bapa di Surga. Penyaliban atas diriNya adalah untuk menebus dosa semua umat manusia, satu kali dan untuk selamanya. Tuhan Yesus sangat intim dengan BapaNya, dan Dia tahu tujuan Dia datang ke dunia ini. “Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”” – Yohanes 4:32

 

“Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” – Yohanes 4:32

 

Melakukan kehendak dan menyelesaikan pekerjaan BapaNya seperti menikmati makanan yang lezat bagi Yesus. Bahkan lebih jauh lagi Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 5:19: “Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

 

Dari ketiga ayat diatas kita sangat tahu bahwa Tuhan Yesus sangat tergantung dan sangat intim dengan BapaNya. Dia tidak akan melakukan apapun tanpa Dia tahu bahwa itu adalah kehendak BapaNya. Bahkan melakukan kehendak BapaNya adalah seperti menikmati makanan kesukaanNya. Akan tetapi kita pun membaca didalam Alkitab bahwa Tuhan Yesus yang sama meminta kepada BapaNya untuk menghindarkan diriNya dari proses penyaliban yang sangat menakutkan bagi Dia, yang menyebabkan keringatNya berteteskan darah segar (Lukas 22:44).

 

Disini kita belajar bahwa berintimasi dengan Tuhan (Bapa di Surga) tidak selalu akan membuat kita menikmati kehidupan yang sangat kita sukai dan sangat menyenangkan.

 

Ada waktunya dari hasil hubungan intim dengan Tuhan justru akan membawa kita pada pengalaman yang menakutkan dan menyakitkan bagi daging dan emosi kita.

 

Dalam Matius 26:42 dan 44, Tuhan Yesus meminta kepada BapaNya sampai 3 kali, supaya cawan penyaliban berlalu dari hidupNya. Bapa di Surga tidak mengabulkan permintaan AnakNya, tetapi juga Dia juga tidak membiarkan Putra yang sangat di kasihi Nya sendirian saja.

 

Bapa menjawab doa PutraNya di Taman Getsemani dengan mengirimkan seorang Malaikat untuk menghibur dan sekaligus menguatkan Yesus (Lukas 22:43). Hal yang sama juga dengan kita yang intim dengan Tuhan. Kita sangat mungkin akan mengalami jalan yang gelap, keadaan yang sangat menakutkan, ancaman bayang-bayang maut, tapi kita tidak pernah dibiarkan sendirian. Imanuel sungguh terjadi dalam diri kita. Dalam 1 Korintus 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.

 

Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. ”Pada waktu kita menghadapi ujian yang paling menakutkan, janganlah salah bersikap. Pakailah kejadian-kejadian yang menakutkan itu sebagai alat pendorong kita untuk lebih intim dan mesra dengan Tuhan dan jangan menjadi pahit kepada siapapun. Tuhan Yesus ditinggal tidur oleh murid-muridNya di Taman Getsemani, bahkan Dia juga sendirian di Golgota. Tapi Yesus berkata pada ketiga muridNya itu, “Tetapi supaya dunia tahu bahwa aku mengasihi Bapa dan Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaKu, bangunlah, marilah kita pergi dari sini. ”Ketika kita mengalami pengalaman Taman Getsemani dan Bukit Golgota, marilah kita meletakkan hidup kita di bawah kaki Bapa yang sangat peduli dan berjanji: Imanuel. Biarkanlah Bapa yang menentukan apa yang akan Dia perbuat bagi hidup kita selanjutnya, maka kita akan mengalami keintiman yang sangat dalam dengan Dia. Semua pengalaman yang sangat menakutkan akan dibuatNya menjadi tempat pusat kemenangan dan sukacita yang akan membawa kita lebih dan lebih intim lagi dengan Dia.

 

Bangunlah! Marilah kita pergi dari lembah-lembah yang menakutkan, menyongsong the wholeness dan menduduki tanah perjanjian kita masing-masing. IMANUEL. Amin.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.