01 Mar Mama Bangga Sama Kamu! – Mar 11
By: Maria Tanudjaja
Coba kita mengingat kembali, perkataan apa saja yang sudah kita ucapkan kepada anak kita dalam seminggu terakhir ini? Apakah itu kata-kata lelucon, ungkapan kasih, didikan dan pujian? Adakah perkataan yang menuntut, menyalahkan dan menghakimi terlontar dari bibir kita? Seringkali tanpa disadari, orang tua bias mengucapkan kata-kata pedas yang menyakitkan hati anak.
‘Tuh kan piringnya pecah. Bandel sih! Dibilangin berkali-kali jangan lari di dapur gak pernah nurut!’
‘Hah? Nilainya F? Uda bego, males lagi! Kerjaannya main game melulu.’
‘Lho, kok cuma dapet C? Anak tante Ina dapet A!’
Anak kecil mudah sekali menyerap perkataan orang dewasa, terutama kata-kata dari orang tua mereka. Jika perkataan yang keluar dari mulut orang tua adalah kutuk, sepanjang masa pertumbuhannya mereka akan percaya bahwa mereka bandel, malas, bodoh dan tidak sebanding dengan anak lainnya.
Marilah kita belajar untuk mengubah kata-kata kutuk menjadi berkat.
‘Kamu gak boleh nonton TV malam ini. Kamu tau kenapa mama hukum? Mama gak benci kamu karena kamu pecahin piring, Mama sayang kamu. Kamu lebih berharga dari piring, tapi mama mau didik kamu supaya nurut perkataan orang tua.’
‘Kamu itu pintar, Tuhan sudah kasi kamu kepintaran. tapi kamu sendiri yang harus gunakan. Kalau mama belikan kamu X-Box, tapi kamu geletakkin saja di ruang tamu, sayang kan? Sama dengan kepintaran kamu, sayang kalau gak dipakai.
‘Kamu sudah belajar sebaik mungkin, gak apa-apa kali ini dapet C. Mungkin matematika bukan pelajaran yang mudah kamu tangkap. Untuk test selanjutnya, papa temani belajar ya. Siapa tau kita bisa ketemu cara belajar yang lebih seru!’
Kata- kata pujian berdampak luar biasa terhadap diri seseorang. Misalkan saja suatu hari bos kita memuji pekerjaan kita, betapa
senangnya hati ini! Sepanjang hari kita dapat menjadi begitu
bergairah dan mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin. Setelah pulang ke rumah, kita akan bercerita kepada istri atau suami kita tentang pujian dari si bos tadi. Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga rindu untuk diberi semangat dan dihargai.
Saya yakin setiap orang tua pasti bisa menemukan hal-hal yang dapat dipuji dari anaknya, mulai dari tulisan tangannya, baju yang dipakainya, senyuman manisnya, dan lain-lain. Anak – anak masih belum mengerti siapa diri mereka dan potensi apa yang terkandung di dalam dirinya. Mereka bergantung kepada orang dewasa untuk menuntun mereka menemukan jati dirinya di dalam Tuhan.
Setiap perkataan yang keluar dari mulut kita seumpama benih yang ditabur. Buahnya mungkin tidak bisa kita lihat dalam waktu 1 hari, 1 minggu, bahkan 1 tahun. Namun, jangan pernah jemu menabur dalam diri anak-anak yang sudah Tuhan titipkan. Biarlah setiap kata-kata tersebut dapat menjadi akar yang kuat dan yang terus
bertumbuh, sampai kelak dia beranjak dewasa menjadi pribadi yang Tuhan kehendaki.
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya”
Amsal 18:21
Sorry, the comment form is closed at this time.