01 Jun Menyembah Tuhan dengan sikap kita – June 15
By Sherly Tanuhardja
Kita akan selalu menjadi diri kita yg terbaik apabila ada orang yang melihat kita. Kita menjaga sikap, kelakuan, perbuatan dan perkataan. Apakah kita menjaga tingkah laku dan perkataan kita yang sama pada saat kita ada di kamar, di rumah, di saat tidak ada satu pasang matapun yang memperhatikan? Kita diajak untuk selalu menjaga sikap agar kita dihargai, dipuji dan tidak mempermalukan diri kita sendiri ataupun keluarga kita.
Banyak dari pada anak-anak Tuhan pada hari minggu atau waktu ada dalam lingkungan "gereja" mengenakan pakaian "keKristenan", menjunjung tinggi standard sikap seorang anak Tuhan. Tapi apakah sikap seorang anak Tuhan terus dijaga pada saat kita keluar dalam lingkungan gereja? Pada saat kita sendiri di rumah? Pada saat kita berada dalam lingkungan sekuler? Apakah tetap menjunjung tinggi dan taat akan Tuhan dalam perkataan dan perbuatan kita atau apakah kita malu mengakui Yesus?
Apakah kita lari dari standard yang Tuhan ajarkan pada kita setelah kita keluar dari pintu gereja pada hari minggu?
Waktu kita tidak dalam lingkungan gereja atau di saat tidak ada mata melihat perbuatan kita, disitulah diri kita yang sebenarnya terlihat.
Apakan kita menjadi seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang biarpun lingkungannya memaksa dia untuk tidak menyembah Tuhannya, dia tetap menjadi dirinya sendiri yang mengasihi Tuhan. Apakah kita tetap menyembah Tuhan dengan tingkah laku kita di kantor? Di sekolah? Di kamar kita? Hanya kita yang tahu bagaimana realnya kelakuan kita. Daniel 3:12 Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan.”
One act of obedience is better than one hundred sermons.
Sorry, the comment form is closed at this time.