01 Sep Merencanakan dengan bijaksana – Sept 12
By Dennis Harsono
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Yesaya 55:8
Apabila Tuhan yang berencana, apakah berarti saya tidak perlu membuat rencana?
Kita harus tetap merencanakan hidup kita secara bijaksana dengan hikmat dari Tuhan. Apabila kita gagal untuk berencana artinya kita sedang merencanakan kegagalan. Waspadalah supaya jangan tenggelam dalam rencana kita sendiri sehingga rencana Tuhan terlewatkan. Tuhan membutuhkan wadah untuk menggenapi rencanaNya dalam hidup kita. Janganlah kita menjadi anak Tuhan yang “nge-flow”, karena Tuhan selalu berkarya dengan memakai apa yang ada pada kita. Yesus memampukan pekerjaan tangan kita untuk berhasil.
Saya merasa gagal dan apa yang saya miliki tidak berarti untuk Tuhan pakai.
Injil Yohanes 2:1-11 menceritakan tentang “Perkawinan di Kana” yang kehabisan anggur. Kita tahu bahwa pesta pernikahan adalah suatu acara yang direncanakan dengan matang.
Tetapi di dalam cerita ini, kita melihat suatu kegagalan fatal yang dapat menjadi insiden memalukan. Dan, di sisi lain, kita juga dapat melihat bahwa Yesus sanggup memulihkan kegagalan dengan mengubah air “kobokan”
menjadi anggur yang terbaik. Tuhan sanggup memulihkan keadaan kita dan mengubah apa yang tidak bernilai, menjadi sesuatu yang berarti.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”
Yeremia 29:11
Bagaimana caranya untuk mengetahui rencana Tuhan dalam hidup saya?
Bangunlah hubungan dengan Tuhan melalui saat teduh, berdoa, dan membaca Firman Tuhan. Apabila kita tidak mendengar Firman Tuhan, kita tidak bisa mengenal siapa Yesus. Apabila kita tidak membaca Firman Tuhan, kita tidak bisa mengetahui perintah dan janji-janjiNya. Seiring dengan pertumbuhan rohani dan hidup didalam kebenaran Firman Tuhanlah, kita mengetahui rencana Tuhan dan bahkan mengalami penggenapanNya.
Apakah yang harus saya lakukan untuk mencapai tanah perjanjian itu?
Hidup sebagai anak Tuhan diumpamakan seperti seorang pelari yang sedang berlomba untuk memperoleh hadiah (1 Korintus 9:24). Dalam perlombaan ini, kita dapat menjadi lelah, namun janganlah menyerah! Ingatlah, Tuhan lebih mementingkan perjalanan hidup kita dibandingkan hasil akhirnya. Tuhan terlebih ingin kita sampai ke tanah perjanjian itu. Biarlah mata kita selalu tertuju kepada Yesus. Lakukan segala sesuatu dengan terbaik dan ketahuilah bahwa Tuhan tahu apa yang menjadi bagianNya.
Sorry, the comment form is closed at this time.