01 Nov My Family, My Joy – Nov 12
By Maria Tanudjaja
Ditengah kesibukan mereka mengurus bisnis café yang belum lama mereka rintis, pasanganAndradan Marta menyempatkan diri memenuhi permintaan RSMB untuk diwawancara. Meskipun hari mulai menjelang malam dan rasa letih mulai menyerang, kehangatan yang dipancarkan pasangan ini menyegarkan suasana. Mereka meladeni setiap pertanyaan yang dijawab dengan penuh canda tawa.
Apa yang paling kalian kagumi dari pasangan masing-masing?
(Andra) Marta itu orangnya penuh perhatian terhadap keluarga.
(Marta) Yang saya kagumi dariAndraadalah kesabarannya. Dia orangnya tidak mudah marah.
Andra dan Marta dikaruniai 2 orang anak, Gaby (12 tahun) dan Ben (8 tahun), apakah ada anak favorit? Bagaimana menghadapi anak yang iri atau cemburu dengan yang lainnya?
(Marta) Tidak ada anak favorit, kami sangat sayang sama mereka berdua. Kalau anak saling iri, ya ada saja. Misalnya sekarang Gaby butuh beli macam-macam barang. Ben juga mau ikutan padahal dia belum perlu, jadi dijelaskan ke Ben kalau sekarang belum waktunya.
Dengan adanya Elim Café di Oatley, keseharian Andra dan Marta penuh dengan aktivitas yang lumayan melelahkan. Apa yang membuat kalian berdua memberikan yang terbaik setiap harinya meskipun rasanya capek dan ingin istirahat?
(Andra) Kita doa minta sama Tuhan dan sudah dikabulkan, jadi kita harus bertanggung jawab. Meskipun capek, ya tetap harus dijalani.
(Marta) Apapun yang kita lakukan, kita lakukan segenap hati seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23).
Buat Marta, keluarga ideal itu seperti apa sih?
(Marta) Keluarga yang saling care satu sama lain, kita bisa saling mendoakan dan bercanda bersama. Kita bisa saling terbuka dan sharing tentang apa saja.
Jika boleh pilih antara belajar resep masakan baru, temani anak-anak jalan ke taman, atau pijitin istri, Andra pilih yang mana?
(Andra) Hahaha…. Pijitin istri!
Setelah 13 tahun bersama mengarungi bahtera rumah tangga, pelajaran apa yang paling berkesan buat Marta?
(Marta) Latar belakang keluarga bisa membuat perilaku seseorang terbentuk. Contohnya, tradisi ulang tahun keluarga saya itu makan bersama dan diberi kado, ternyata tradisi keluargaAndraberbeda. Kita belajar untuk saling mengerti, dan sekarangAndratidak pernah lupa memberi kado – walaupun saya tidak mempermasalahkan hal itu. Latar belakang keluarga yang berbeda bisa memicu konflik, tapi jika kita mau belajar dan membuka diri untuk berubah, kita akan bertumbuh dewasa dalam membina keluarga.
Sorry, the comment form is closed at this time.