01 May Oh, Saya Tau Koq!
By Sianny
Setiap liburan di Jakarta, saya selalu menyempatkan pergi ke dokter gigi untuk pembersihan gigi, meskipun waktu liburannya sangat singkat. Saya sudah mengenal dokter gigi ini, karena dia mempunyai reputasi yang bagus dengan biaya yang masuk akal.
Setelah pembersihan gigi selesai, si dokter bertanya, “Kamu ga mau memutihkan gigi? Bagus loh, giginya jadi putih dan tidak kuning lagi.” Saya berpikir, bahwa saran ini merupakan ide yang bagus, apalagi waktunya cocok dengan pesta pernikahan yang akan diadakan sebentar lagi. Berikut ini adalah percakapan saya dengan dokter.
S: “Prosesnya lama ga Dok? Saya harus pulang 2 hari lagi nih”
D: “Oh tidak kok, cuma 2-3 jam lalu selesai”
S: “Berapa harganya?”
D: “Enam setengah”
S: “Oh ok Dok, besok bisa yah?”
D: “Iya, besok bisa jam 2 siang”
Tibalah saatnya saya kembali ke dokter gigi untuk pemutihan gigi. Proses awal yang dilakukan itu lumayan canggih dan saya mulai bertanya-tanya dalam hati, “Apa benar hanya 650ribu Rupiah?? Kok canggih banget yah.” Setelah melewati setengah proses, saya pun memberanikan diri untuk bertanya:
S: “Dok, ini jadi harganya brapa yah?”
D: “Enam setengah”
S: “650 ribu?”
D: “Bukan, 6.5 juta”
Lalu saya terbelalak dan langsung minta untuk stop proses pemutihan gigi itu.
Kebiasaaan berasumsi dan malu bertanya adalah sangat berbahaya. Kita sering kali mendengar kotbah yang ayatnya sering didengar dan berasumsi: “Ah sudah sering dengar, intinya pasti sama”. Asumsi adalah sesuatu yang sering kita lakukan disaat harga diri menjadi taruhan.
Roma 10:17 berkata “Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus”. Proses mengenal seseorang melibatkan percakapan antara kedua belah pihak, sedangkan proses mengetahui sesuatu hanya melibatkan informasi satu arah.
Apakah kita sudah mengenal Tuhan secara pribadi? Jika selama ini percakapan kita dengan Tuhan hanya satu arah, mulailah mengenal Dia dengan mendengarkan Firman Tuhan dan membaca firman Nya setiap hari.
Sorry, the comment form is closed at this time.